Apa Kabar Harimau Sumatera di Lanskap Sembilang?

 

Taman Nasional Berbak Sembilang yang terletak di Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan, serta di Kabupaten Muaro Jambi – Tanjung Jabung Timur, Jambi, bersama Betung Kerihun Danau Sentarum (Kapuas Hulu, Kalimantan Barat), dan Rinjani (Lombok, Nusa Tenggara Barat) resmi masuk daftar Biosphere UNESCO. Tiga taman nasional ini artinya dinobatkan sebagai cagar biosfer dunia. Keputusan ini dicapai dalam sidang ke-30 International Coordinating Council of the Man and Biosphere Programme (ICC-MAB) di Palembang, Sumatera Selatan, Rabu (25/7/2018).

Berbak dan Sembilang dikenal sebagai habitat harimau sumatera di dataran rendah Sumatera. Berbak didominasi rawa gambut, sementara Sembilang dengan hutan mangrove. Harimau sumatera bahkan pernah terpantau kamera jebak di wilayah Sembilang di penghujung 2012. Bagaimana perkembangannya sekarang?

“Setahun lalu kami mendengar auman harimau. Mungkin harimau yang ada di Pulau Betet,” kata Padup Pai (81), tokoh masyarakat Desa Tanah Pilih kepada Mongabay Indonesia, baru-baru ini. “Namun, si belang tidak pernah masuk ke desa atau mengganggu warga saat berada di kebun,” jelasnya.

Pemisah kebun warga Desa Tanah Pilih dan Pulau Betet adalah Selat Terusan, lebarnya sekitar 25-30 meter. Perkebunan warga terbagi dalam 35 pembatas parit yang umumnya menjadi perkebunan kelapa dan pinang sejak tahun 1970-an. Pada masa awal itu, masyarakat yang kini menetap di Desa Tanah Pilih menetap di Sungai Terusan Luar.

Pulau Betet masuk dalam zona inti lanskap Sembilang. Tapi, akibat kebakaran hutan dan lahan pada 1997-1998, sebagian wilayah pulau ini baru ditumbuhi mangrove kembali.

Baca: Harimau Sumatera Terus Diburu Memang Nyata

 

 

Harimau sumatera. Foto: Rhett Butler/Mongabay.com

 

 

Menurut Abdul Halim (75), warga Desa Tanah Pilih, pada saat mereka—sebagian besar berasal dari Bugis, Sulawesi Selatan—membuka kebun dan permukiman di Tanah Pilih pada 1972, menyatakan memang ada konflik dengan harimau sumatera. “Pertengahan tahun 1970-an sekitar lima warga tewas diterkam si belang. Tapi hingga saat ini tidak pernah lagi ada konflik. Sejak dulu kami tidak pernah menggangu harimau,” jelasnya.

Harimau sumatera yang ada di Pulau Betet, kata Nurdin, ketua kelompok masyarakat peduli api Desa Tanah Pilih, merupakan harimau sumatera yang dilepasliarkan Balai Taman Nasional Sembilang beberapa tahun lalu. “Nama harimau itu Putri. Kami sempat cemas, jika Putri masuk kebun warga. Alhamdulillah, sampai saat ini tidak pernah terlihat atau ditemukan jejaknya, kecuali pernah terdengar auman suaranya malam hari,” lanjut Halim.

Baca: Video: Dua Anak Harimau Terekam di Taman Nasional Sembilang, Sumatera

 

 

Awal Agustus 2011, seperti dikutip dari viva.co.id, seekor harimau sumatera yang berada di lahan konsesi HTI PT. Sumber Hijau Permai (SHP), Kabupaten Musi Banyuasin, Sumatera Selatan, dipindahkan ke Pulau Betet, TN Sembilang. Pemindahan ini disaksikan Menteri Kehutanan yang saat itu dijabat Zulkifli Hasan.

Beberapa bulan sebelumnya, Putri yang saat itu berusia 7 tahun terlibat konflik dengan manusia di lahan konsesi tersebut. Kemudian, pihak perusahaan bekerja sama dengan Balai TN Sembilang, Balai Konservasi Sumber Daya Alam Sumsel, dan Yayasan Pelestarian Harimau Sumatera (YPHS), menangkap Putri. Setelah dirawat di kandang observasi selama beberapa bulan, Putri dilepasliarkan ke Pulau Betet.

Suara auman harimau sumatera juga terdengar di Semenanjung Banyuasin, tepatnya di Sembilang Besar dan Sembilang Kecil atau Simpang Satu, tepatnya di zona inti Sembilang. “Kami sering mendengar auman buyut (harimau sumatera) dari dalam hutan. Dua bulan lalu, kami juga mendengarnya,” kata Iwan, nelayan yang setiap hari mencari ikan di Sungai Sembilang, khususnya di sepanjang tepian Sembilang Kecil, Sabtu (14/07/2018).

“Saya belum pernah melihatnya. Tapi, kami tidak pernah berani masuk hutan, sebab orangtua kami juga berpesan untuk tidak masuk hutan Sembilang. Itu rumah buyut. Kami tidak boleh menyebut harimau,” lanjut warga Desa Sungsang ini.

Muhammad Nasir, juru mudi speedboat, pernah mendengar ada nelayan melihat seekor harimau sumatera tengah minum di tepi Sungai Sembilang. “Nelayan itu jelas ketakutan, dia putar balik perahunya, menjauh dari apa yang dilihatnya,” jelasnya.

Baca: Berharap Ada Kawasan Konektivitas Harimau Sumatera di Lansekap Sendang

 

 

Pemantauan

Berdasarkan buku “Identifikasi dan Pemetaan Kantong-Kantong Habitat Gajah dan Harimau di Sumatera Selatan” yang dikeluarkan Balai Konservasi Sumber Daya Alam Sumatera Selatan, FMIPA Universitas Sriwijaya dan GIZ-BiOCLIME pada 2016, keberadaan harimau sumatera di kawasan Sembilang, Kabupaten Banyuasin, dihubungkan dengan kawasan Lalan di Kabupaten Musi Banyuasin, dari kawasan hutan mangrove ke rawa gambut, jumlahnya diperkirakan saat ini tersisa dua individu.

Pertanyaannya, apakah auman harimau sumatera yang didengar warga di sekitar Sembilang adalah harimau yang berbeda?

Yoan Dinata dari Forum HarimauKita, Senin (16/7/2018), mengatakan, pihaknya baru akan melakukan pendataan harimau sumatera di Sembilang akhir tahun 2018, “Untuk Sembilang akan dilakukan pengambilan data lagi akhir tahun ini,” jelasnya.

Baca juga: Usulkan Tiga Cagar Biosfer Baru ke UNESCO, Ini Alasannya

 

Pulau Betet, lokasi Putri, harimau sumatera yang dilepasliarkan pada 2011 lalu. Foto: Taufik Wijaya/Mongabay Indonesia

 

Sebagai informasi, awalnya kawasan hutan Sembilang ditetapkan sebagai taman nasional melalui SK Menteri Kehutanan No.95/Menhut-II/2003 tertanggal 19 Maret 2001 dengan luasan sekitar 202.896,31 hektar. Pada Maret 2016, Taman Nasional Sembilang digabung dengan Taman Nasional Berbak, dan namanya menjadi Taman Nasional Berbak Sembilang.

Bentang alam Sembilang terdiri hutan mangrove, rawa gambut, dan lahan terbuka. Ekosistem mangrove di Sembilang tergolong primer yang kondisinya bagus dengan luas, mendekati 90 ribu hektar. Sementara ekosistem rawa gambutnya mencapai angka 30 ribu hektar. Di hutan mangrove Sembilang terdapat sekitar 70 sungai, besar maupun kecil, yang saat ini menjadi lokasi pencarian ikan nelayan.

Yang menjadi ancaman di Sembilang saat ini adalah illegal logging, kebakaran, dan perambahan lahan untuk pertambakan ikan. Nama Sembilang diambil dari nama Sungai Sembilang yang berada di pantai timur Kabupaten Banyuasin yang sebenarnya lebih dikenal sebagai kawasan “Tanah Pilih”. Sembilang merupakan nama ikan yang hampir ditemukan di semua wilayah Sembilang, khususnya di Sungai Sembilang.

 

 

Artikel yang diterbitkan oleh
, , , , ,