Anggrek Spesies Kalimantan Terancam

anggrek

Paraphalaenopsis Laycockii , salah satu anggrek spesies Kalimantan yang dilindungi. Foto diambil dari Perhimpunan Anggrek Indonesia, Kalimantan Selatan

EKSPLOITASI hutan secara legal maupun ilegal mengakibatkan kerusakan hutan dan mengancam keberadaan anggrek (spesies) yang hidup secara epifit di pepohonan hutan. Ketua Bidang Litbang dan Konservasi Anggrek Spesies, Agustina Listianawati menyatakan, dengan penebangan hutan, habitat anggrek spesies akan hilang dan terancam punah. “Padahal, anggrek spesies dengan aneka jenis yang sampai ribuan merupakan kekayaan alam Kalimantan,” katanya seperti dikutip dari Tribunpontianak.

Penebangan hutan dengan modus kegiatan ekonomis, penjualan anggrek spesies secara tidak terkendali dan ilegal oleh penggemar anggrek dan penduduk setempat yang minim pengetahuan juga ancaman bagi kepunahan anggrek ini. Penjualan anggrek spesies langka kepada kolektor asing oleh penduduk setempat di daerah perbatasan dengan Serawak, Malaysia bisa mengancam kelestarian anggrek spesies Kalbar.

Indonesia merupakan satu dari 170 negara di dunia yang ikut meratifikasi peraturan dalam Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Flora and Fauna (CITES). Ini mengatur perdagangan antarnegara dari jenis-jenis flora dan fauna yang terancam punah, termasuk anggrek spesies yang tidak boleh diperdagangkan kecuali hasil perbanyakan.
“Namun, sosialisasi tentang aturan yang termaktub dalam CITES itu tidak sampai ke masyarakat setempat.”

Guna mengantisipasi kepunahan anggrek spesies, dapat dengan dua cara konservasi. Pertama, konservasi secara ex-situ yakni konservasi anggrek spesies dikoleksi dan ditanam di luar habitat asli. Di Kalbar, sudah dibangun Orchid Centre sejak 2004 oleh Pemprov Kalbar

Kedua, konservasi dilakukan secara in-situ. Artinya, anggrek spesies dibiarkan hidup di habitatnya untuk melindungi ekosistem dan habitat alam. “Karena kebanyakan anggrek tropis bersifat epifit dengan sistem akar yang melekat pada pohon tanpa merusak pohon itu sendiri.”

Artikel yang diterbitkan oleh
,