AS Berkomitmen Kembangkan Energi Terbarukan di Indonesia

PEMERINTAH Amerika Serikat (AS) melalui departemen energi berkomitmen mengembangkan energi terbarukan di Indonesia, seiring upaya  investasi senilai US$1,2 juta di negeri ini.

Wakil Menteri Departemen Energi AS, Phillys Yoshida, dikutip dari Antara di Surabaya mengatakan, berkomitmen mendukung proyek kerja sama saling menguntungkan kedua negara dan mengutamakan penggunaan teknologi energi ramah lingkungan.

Yoshida mengungkapkan, alokasi dana mencapai jutaan dolar AS di penjuru nusantara diwujudkan berupa proyek kerja sama antara AS dan Indonesia untuk energi terbarukan dan efisiensi energi. Besaran dana ini fokus dalam wujud bantuan pengembangan kebijakan, pendanaan energi ramah lingkungan, dan jaringan kerja sama.

Juga berupa proyek efisiensi energi seperti pengadaan pelatihan, penggunaan teknologi, dan standardisasi peralatan. Juga standardisasi bangunan komersial dan penguatan termasuk identifikasi dan seleksi proyek yang masih proses.

“Namun, hubungan kerja sama yang dijalin kedua belah pihak melalui pengembangan energi ramah lingkungan belum menentukan lokasi pasti dan berapa yang disumbangkan di masing-masing titik,” ujar dia.”Kami perlu melakukan serangkaian survei lebih lanjut baik terkait tempat yang potensial maupun dana yang akan disalurkan.”

Pemerintah AS melalui US Millenium Challenge Corporation (US MCC) menyalurkan dana senilai US$300 juta untuk mendukung komitmen Indonesia dalam mengurangi produksi karbon.

Salah satu kegiatannya, menurunkan emisi gas rumah kaca menjadi 26 persen tahun 2020, dan mempertahankan target pertumbuhan ekonomi sebesar tujuh persen per tahun.

“Tujuan utama proyek ini, sejalan dengan misi MCC meningkatkan tingkat produktivitas dan pendapatan rumah tangga dengan mengembangkan energi terbarukan.”

Guna memperbaiki pengelolaan tanah dan kekayaan alam dan mendukung usaha mengurangi emisi dari hutan yang gundul dan kerusakan lingkungan.

Fokus utama proyek ini, kata Yoshida, fasilitas pendanaan dengan metode pendanaan komersial untuk investasi energi terbarukan skala komersial dan investasi swasta dalam mengelola sumber daya alam.

“Lalu, pemberian hibah untuk mendukung proyek masyarakat yang terkait dengan energi terbarukan skala kecil dan penggunaan lahan berkelanjutan.”

Solar panel, salah satu sumber energi ramah lingkungan. Foto: Wikipedia

AS dana senilai US$300 juta untuk mendukung komitmen Indonesia dalam mengurangi produksi karbon

Direktur Jendral (Dirjen) Migas Evita Legowo, sangat mendukung jalinan kerja sama antara kedua negara guna mengembangkan energi ramah lingkungan di Indonesia.

Apalagi, melalui Departemen Keuangan AS juga menyiapkan dana US$650 ribu untuk memberikan bantuan dengan menempatkan satu orang penasehat lojak pada Divisi Energi Baru dan Terbarukan PLN.

Keberadaan penasihat itu berhubungan langsung dengan pejabat PLN yang ditunjuk untuk mengatasi hambatan yang ditemukan dalam mengembangkan energi terbarukan.

“Selain itu juga meningkatkan kemampuan pendanaan proyek PLN untuk mengembangkan sumber energi terbarukan seperti panas bumi, air, cahaya matahari, dan biomas.”

Bantuan lain dari Departemen Perdagangan AS yang berencana membentuk kelompok kerja dan menyelenggarakan dialog perdagangan AS-Indonesia. Ini untuk membahas pondasi terhadap energi ramah lingkungan dan kondisi lingkungan yang bersih.

Ada pula bantuan pengembangan energi ramah lingkungan Indonesia selama 3,5 tahun hingga enam tahun senilai US$16 juta ddalam Program Indonesia Clean Energy Development/ICED.

“Program itu bertujuan mengurangi emisi gas rumah kaca sebanyak 4 juta ton dengan memfasilitasi 20 proyek pembangkit listrik ramah lingkungan di Aceh, Sumatera Utara, dan Riau yang menghasilkan 120 MW listrik dan menyediakan akses energi ramah lingkungan bagi 1,2 juta orang.”

Artikel yang diterbitkan oleh
, , ,