Profauna Sesalkan Ungkapan Bupati Berantas Monyet

PROFAUNA Indonesia, menyesalkan pernyataan Bupati Karangasem yang menyarankan menangkap beberapa monyet dan diberi bandil agar saling serang dan akhirnya tewas. Profauna meminta, Bupati tidak memposisikan satwa liar sebagai musuh manusia yang harus diberantas dan diperakukan keji.

Senin(14/5/12), seekor monyet ekor panjang (macaca fascicularis) menyerang Nyoman Gunung, warga Desa Banjar, Dusun Tengah, Gianyar, Bali. Nyoman tewas.

Lalu muncul tanggapan dari Bupati Karangasem, I Wayan Geredeg di beberapa media lokal yang menginstruksikan memberantas monyet dengan menangkap beberapa ekor.

Setelah itu, ke dubur monyet-monyet ini dimasukkan bandil (daun rotan berduri). Dengan cara ini, monyet-monyet akan saling menyakiti dan saling serang hingga satu per satu tewas.

“ProFauna mengecam keras pernyataan Bupati Karangasem ini dan menilai sebagai pernyataan yang gegabah, provokatif, dan tidak mengindahkan nilai-nilai luhur keselarasan hubungan antara manusia, lingkungan dan Tuhan,” kata Jatmiko Wiwoho, koordinator ProFauna Bali Representative, Kamis(24/5/12).

Monyet ekor panjang. Foto: Rhett Butler

Dia mengatakan, sebagaimana sering terjadi di daerah lain, kasus-kasus konflik satwa liar dengan manusia seringkali dipicu berkurangnya hutan, sebagai habitat alami satwa liar.

Kondisi ini, mengakibatkan daya dukung pakan terhadap populasi di daerah itu turun. “Itu pula yang menyebabkan kompetisi antar individu khusus pejantan dominan di daerah itu tinggi.”

ProFauna Indonesia menilai, tindakan memberantas monyet dengan cara-cara keji sebagai bentuk kekejaman terhadap hewan (animal cruelty). Keadaan ini, justru akan meningkatkan agresifitas monyet-monyet di sekitar daerah itu.

Bupati Geredeg, seharusnya bijaksana mendengarkan saran para ahli seperti ahli biologi, kedokteran hewan, kehutanan, dan praktisi konservasi satwa, maupun para agamawan.

Monyet sedang asik makan. Foto: Rhett Butler

Menurut Jatmiko, salah satu metode tepat dengan kastrasi atau pemandulan pada pejantan sebagai bentuk upaya kontrol populasi.

“Tentu saja diperlukan kajian populasi untuk menentukan jumlah tepat yang perlu dikastrasi. Meskipun memerlukan kerja keras, namun metode ini mampu secara alamiah mengurangi kompetisi antarindividu.”

Perkembangan terakhir, dari hasil pengujian sampel darah monyet pada laboratorium Dinas Peternakan Bali, terungkap, monyet ini tidak terjangkit virus rabies. Awalnya, kera itu diduga gila dan ditembak mati, Sabtu (19/5/12).

Artikel yang diterbitkan oleh
, ,