Lindungi Segitiga Terumbu Karang

SEMUA pihak dari pemerintah, swasta, lembaga non pemerintah sampai masyarakat luas harus berperan aktif menjaga coral triangle atau segitiga terumbu karang. Demikian diungkapkan Sudirman Saad, Direktur Jenderal Kelautan, Pesisir, dan Pulau-pulau Kecil, Kementerian Kelautan dan Perikanan.

Coral Triangle adalah kawasan dengan tingkat keanekaragaman hayati laut tertinggi di dunia mencakup enam negara (Indonesia, Malaysia, Filipina, Timor Leste, Papua Nugini, Kepulauan Solomon).

Ia menyokong kehidupan lebih dari 120 juta orang yang tinggal di daerah pesisir dan ribuan unit usaha baik kecil, maupun besar di sektor perikanan dan pariwisata.

Salah satu upaya menjaga segitiga terumbu karang melalui Coral Triangle Day (CTD) pada 9 Juni di Pantai Kedonganan, Bali. CTD merupakan rangkaian peringatan Hari Laut Sedunia.

CTD diadakan bersama oleh beragam bendera. Dari Kementerian Kelautan dan Perikanan, WWF-Indonesia, Kelompok Pemuda Eka Canthi Kedonganan dan komunitas Turtle Guard Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana.

“Coral Triangle Day ini adalah bentuk nyata kolaborasi Kementrian Kelautan dan Perikanan dengan lembaga non pemerintah. Peran aktif dalam menjaga segitiga terumbu karang tidak hanya dilakukan oleh pemerintah, tetapi harus dilakukan oleh semua pemangku kepentingan,” katanya, Kamis(7/6/12).

Efransjah, Direktur Eksekutif WWF-Indonesia mengatakan, sejak dicanangkan Presiden RI pada World Ocean Conference 2009 di Manado, Indonesia kembali mengambil inisiatif upaya perlindungan kawasan Coral Triangle sebagai ajang keterlibatan publik di tingkat global.

Kegiatan ini sebagai bentuk perhatian publik terhadap masalah-masalah pengelolaan sumber daya laut agar bisa segera diperbaiki. Baik masalah perikanan, polusi, serta tekanan dari pemanasan global, dan pariwisata tidak bertanggung jawab.

Peta Segitiga Terumbu Karang. Foto: Coral Triangle Center

CTD kali pertama dirayakan dengan sejumlah kegiatan serentak di keenam negara Coral Triangle, seperti festival pantai, beach and reef clean up. Hingga, kompetisi memasak hidangan dari bahan seafood yang berkelanjutan dan bertanggung jawab, seminar kelautan, pemutaran film, dan banyak lagi.

Momen ini, ucap Efransjah, penting bagi masyarakat setempat dan wisatawan yang berkunjung mendapatkan informasi mengenai seafood ramah lingkungan dari praktik-praktik tak merusak serta legal. “Juga informasi tentang satwa laut dilindungi dan berbagai informasi lain mengenai laut.”

Kegiatan ini akan dimeriahkan dengan karnaval pantai menampilkan parade ogoh-ogoh yang melambangkan spesies-spesies unik kelautan. Ada penyu, hiu, tuna dan pari manta. Juga atraksi Marching Band dari Universitas Udayana, kompetisi mural, demonstrasi memasak seafood yang berkelanjutan oleh koki selebritis, Bobby Chinn, dan panggung musik.

Coral reefs di Nusa Penida. Foto: Coral Triangle Center

Festival Sabang

Sabang, Aceh, juga ikut merayakan Hari Laut Dunia dengan Festival Laut Sabang (Sabang Sea Festival) pada 9-10 Juni 2012. Sabang menjadi salah satu tempat di Indonesia bersama Bandung, Bali dan Manado yang merayakan Hari Laut Sedunia tahun ini.

Ketua panitia Riswan dari WCS, Selasa (5/6/12) mengatakan, ajang ini sekaligus peringatan 47 tahun Sabang. Seribuan warga Sabang akan terlibat di berbagai kegiatan selama dua hari. Paling menarik, makan bubur masal melibatkan 1.200 anak sekolah dan warga di Sabang Fair.

“Panitia menyediakan bubur dan mangkuk gratis dengan pesan-pesan penyelamatan laut,” katanya.

Pada puncak perayaan, 10 Juni, belasan penyelam dari Sabang dan Banda Aceh akan beraksi membersihkan sampah di dasar Taman Wisata Alam Laut (TWAL) Teupin Layeu di Iboih dan Pantai Gapang. Bersamaan dengan itu relawan juga akan menanam bakau juga di Jaboi.

Artikel yang diterbitkan oleh
, , ,