,

Mengabaikan Agenda Perubahan Iklim di Rio +20 akan Menihilkan Tujuan Lain

Kelompok Kerja Perubahan Iklim/ The Climate Change Task Force (CCTF)- yang terdiri dari 30 ilmuwan iklim, para ahli lain dan para pemimpin dunia-memperingatkan hari ini (18/06) bahwa upaya-upaya meminggirkan perubahan iklim pada KTT +20 Rio tentang Pembangunan Berkelanjutan berpotensi mengancam kemajuan pada tujuan-tujuan lain konferensi, yang mencakup pemberantasan kemiskinan dan desain pembangunan ekonomi berbasiskan sumberdaya alam.

“Saya sangat prihatin dan khawatir karena dokumen rancangan akhir dari konferensi Rio +20 tidak memberikan perhatian yang tepat untuk perubahan iklim,” kata mantan Presiden Rusia Mikhail Gorbachev dalam sebuah pernyataan pers. “Tampaknya seperti ada kemunduran dalam masalah ini dan itulah yang saya membuat khawatir begitu banyak karena tanpa mengatasi perubahan iklim, semua masalah yang lain dan tugas yang akan ditetapkan oleh dokumen akhir [dari konferensi Rio +20] tidak akan dicapai dan akan menjadi tidak berarti. ”

CCTF ini telah merilis sebuah laporan 33 halaman berjudul Aksi untuk Hadapi Realitas Genting Perubahan Iklim (Action to Face the Urgent Realities of Climate Change), yang berpendapat bahwa dunia harus segera membuat reduksi emisi gas rumah kaca dan membantu masyarakat beradaptasi terhadap dampak tak terelakkan dari pemanasan global.

“Dampak perubahan iklim sangat berdampak intensif di seluruh dunia: suhu yang belum pernah terjadi sebelumnya, pencairan gletser, pengubahan pola curah hujan, kekeringan, banjir, badai, kebakaran dan meluasnya penggurunan menyebabkan terjadinya penurunan signifikan dari ekosistem yang rapuh di planet ini.  Mereka menghancurkan kehidupan dan mata pencaharian jutaan manusia pada  hari ini dan prospek merusak untuk kemajuan, stabilitas dan perdamaian di masa depan,” tulis laporan itu.

The CCTF lebih jauh berpendapat bahwa para pemimpin pemerintahan perlu bergerak untuk melampaui janji mereka untuk menjaga suhu agar tidak melampaui pemanasan di atas 2 derajat Celsius, – karena dunia sudah melihat skala besar,- dari dampak kenaikan suhu saat ini yang hanya 0,8 derajat Celcius.

Meskipun negara-negara telah berjanji untuk menjaga suhu agar tidak naik di atas ambang batas 2 derajat, laporan itu juga mencatat bahwa tindakan yang terjadi saat ini akan membawa dunia menuju bencana iklim, prediksi tersebut didukung oleh banyak ilmuwan iklim dan Badan Energi Internasional (IEA).

“Kita melihat bahwa meskipun dalam tahun-tahun terakhir ini, terdapat negosiasi dan upaya untuk melepaskan diri dari berbagai ketergantungan pada batu bara dan upaya penggunaan sumber minyak tidak konvensional meningkat, kami tetap pada jalur prediksi terburuk, -yang jika tidak berubah,- akan menyebabkan kenaikan suhu global rata-rata pada tahun 2100 sekitar 6 derajat Celsius yang akan menyebabkan iklim menjadi tidak stabil.”

KTT Rio +20 telah dikritik selama berbulan-bulan karena para pemimpin dunia bekerja pada sebuah dokumen yang dianggap kurang ambisius untuk disepakati pada akhir minggu ini. Hingga terakhir malam, pengamat mengatakan bahwa perselisihan atas kata-kata dalam elemen kunci dalam dokumen, berjudul “Masa Depan yang Kita Inginkan” (The Future We Want), isinya telah dibuat lebih mudah.

“Kami melihat kemenangan bagi pemilihan kata-kata dan kalimat yang lemah,  dengan perbedaan 514 berbanding 10,” kata Lasse Gustavsson, kepala delegasi World Wide Fund for Wildlife (WWF), akhir pekan lalu.

Meskipun sudah memahami akan bahaya perubahan iklim, dan fakta bahwa hanya sedikit kemajuan telah dibuat sejak awal KTT Rio 20 pertama dua dekade yang lalu,  tampaknya KTT Rio +20 tidak akan banyak berbicara tentang masalah ini. CCTF mengatakan hanya akan sedikit kemajuan, – atau tidak akan ada kemajuan sama sekali, – untuk mengangkat populasi dunia yang paling rentan untuk dapat keluar dari kemiskinan.

“Dua puluh tahun setelah konferensi Rio yang pertama, ada bukti kuat bahwa keadaan iklim dan lingkungan telah diperlakukan dengan pendekatan  business-as-usual , yang sayangnya tidaklah cukup,” demikian Alexander Likhotal, Presiden Green Cross International, yang menjadi tuan rumah CCTF

“Ada kerusakan pada sistem politik multilateral yang telah menggantikan ‘hubungan dunia yang baik’ menjadi ‘keserakahan nasional’, yang telah memberi kebebasan untuk penggunaan sumberdaya alam secara habis-habisan yang menyebabkan krisis iklim yang utama, pada akhirnya sistem yang tidak berkelanjuta ini telah menyebabkan masyarakat dunia yang paling miskin untuk tetap hidup dalam kerentanan, keputusasaan dan penderitaan.”

Diterjemahkan oleh: Ridzki R. Sigit

Video perubahan Iklim Global dari NASA untuk Periode 1880 – 2011

Artikel yang diterbitkan oleh
, , , ,