Penulis Buku Konspirasi di Balik Lumpur Lapindo Kini Menghilang

Penulis buku Konspirasi di Balik Lumpur Lapindo, Ali Azhar Akbar,diduga menghilang setelah telepon selulernya tidak bisa dihubungi, dan pihak keluarganya juga tidak mengetahui dimana rimbanya. Kontak terakhir yang dilakukan oleh penulis ini, terjadi tiga hari lalu dengan pihak penerbit bukunya terkait acara bedah buku yang harus dihadiri dirinya.

Menurut rencana, Ali datang sebagai pembicara dalam acara bedah buku Konspirasi di Balik Lumpur Lapindo pada hari Jumat silam (22 Juni 2012)  di Aula Barat Institut Teknologi Bandung (ITB). Namun, sampai acara dimulai Ali Azhar tidak juga muncul.

Direktur Indopetro Publishing yang menerbitkan buku itu, Kusairi, akhirnya angkat bicara. “Kami tidak bisa menghubungi Ali Azhar sejak tiga hari yang lalu. Mohon maaf dia tidak bisa datang,” kata Kusairi kepada Kompas.com

Pertemuan terakhir Kusairi dengan Ali Azhar terjadi pada Jumat tanggal 15 Juni 2012 silam di Mahkamah Konstitusi. Saat itu mereka tengah mengajukan permohonan judicial review atas pasal 18 UU APBNP mengenai lumpur Lapindo. Ali Azhar mengatakan, bahwa dia sudah berada di Bandung pada hari Selasa tanggal 19 Juni 2012.

Pada hari Selasa, Kusairi mengirim pesan singkat (SMS) meminta kepastian pada Ali mengenai acara diskusi tapi tidak ada balasan. Keesokan harinya, dia kembali mengirim pesan singkat tapi hasilnya juga sama. Begitu ditelepon ternyata telepon selulernya tidak aktif.

Lama tak bisa dihubungi, Kusairi pun mulai menyadari ada yang tidak beres dengan Ali Azhar.  Ketika dikonfirmasi kepada keluarganya maupun temannya, mereka juga tidak mengetahui keberadaan yang bersangkutan. Kejadian ini memunculkan rasa khawatir Kusairi terhadap keselamatan penulis buku mengenai Lumpur Lapindo ini. Sebelum buku diterbitkan, sepanjang penyusunan hingga peluncuran buku, penulis kerap kerap mengalami teror.

Warga korban semburan lumpur masih terus menuntut ganti rugi kepada pihak berwenang. Foto: Aji Wihardandi

Dua bedah buku yang dilakukan di Jakarta maupun Yogyakarta berjalan dengan lancar dan Ali Azhar bisa hadir. Menurut rencana, diskusi berikutnya digelar di Surabaya atau Medan.

Namun demikian, menurut Kusairi, belum ada yang melaporkan ke polisi perihal hilangnya Ali Azhar. Pihaknya masih menunggu perkembangan terakhir sebelum memutuskan untuk melapor pada polisi.

Bencana semburan lumpur Lapindo yang terjadi 6 tahun silam, adalah salah satu bencana lingkungan terbesar yang pernah ada di Indonesia. Akibat semburan ini, 16 desa di tiga kecamatan tenggelam, lahan yang terendam adalah lahan tebu seluas 25 hektar di desa Renokenongo, Jatirejo dan Kedung Cangkring, masih ditambah lahan seluas 172 hektar di tujuh desa, 1605 ekor unggas, 30 ekor kambing, 2 ekor sapi dan 7 ekor kijang.

Dari sisi tenaga kerja, akibat semburan ini 30 pabrik yang tergenang terpaksa berhenti beroperasi dan mengakiatkan pengangguran sejumlah lebih dari 1800 orang.

Diluar semua dampak itu, dampak kesehatan kini semakin mengancam warga karena semburan gas yang dibawa lumpur mengandung logam berat kadmium dan timbal. Menurut data dari Walhi Jawa Timur, kandungan timbal yang dibawa oleh lumpur Lapindo ini 146 kali lebih berat dari ambang batas aman bagi manusia.

HIngga kini, proses penggantian kerugian terhadap para korban lumpur ini belum diselesaikan oleh pihak PT MInarak Lapindo.

Artikel yang diterbitkan oleh
, , , , , ,