Hutan Terus Dibakar, Penyakit Pernapasan Kini Menyerang Riau

Kualitas udara di propinsi Riau kini semakin merosot seiring dengan kabut asap yang terus melanda salah satu propinsi penghasil minyak di Indonesia ini. Beberapa pembakaran lahan, baik yang dilakukan masyarakat maupun dampak dari bisnis kehutanan, terus terjadi sampai saat ini. Bahkan angka ambang batas kualitasnya kini telah melewati angka 100, yang berbahaya bagi kesehatan manusia.

Menurut Kabid Pencegahan, Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan di Dinas Kesehatan Riau, Tengku Zul Effendi, Kualitas udara di Riau saat ini berada pada ambang batas tidak sehat, karena telah memasuki angka antara 100 hingga 200. Diatas angka tersebut adalah kategori berbahaya dan sangat berbahaya.

Pihak Dinas Kesehatan Riau mengimbau masyarakat untuk tetap tinggal di rumah jika tidak ada kebutuhan mendesak keluar rumah, demi menjaga kesehatan pernapasan.

“Untuk saat ini kita hanya lebih banyak menganjurkan masyarakat untuk mengurangi aktivitas keluar rumah. Apalagi saat malam hari bagi anak-anak,” ucap Tengku Zul Effendi kepada Riau Pos.

Penggunaan masker untuk menekan rasa sesak akibat terpaan asap, kini sudah semakin berdampak minimum, terbukti dengan semakin meningkatnya jumlah penderita Infeksi Saluran Pernapasan bagian Atas atau ISPA di bagian lain propinsi Riau, yaitu di Dumai. Setiap hari, Dumai menerima kasus tak kurang dari 50 orang penderita ISPA.

Usulan Dinas Kesehatan (Diskes) Riau sendiri untuk penambahan masker, telah disetujui oleh Departemen Kesehatan (Depkes) RI. Depkes mengalokasikan sebanyak 10 ribu masker untuk Provinsi Riau. Dalam waktu dekat, bantuan tambahan masker ini segera didistribusikan Depkes ke Pemprov Riau melalui Dinas Kesehatan Riau.

Tambahan 10 ribu masker tersebut belum ditentukan daerah penerimanya. Tapi lebih pada kondisi darurat bagi daerah-daerah yang membutuhkan. “Begitu ada daerah yang meminta bantuan masker, kita segera distribusikan ke masing-masing daerah,” ujarnya.

Penggunaan masker, dari sisi kesehatan hanya bisa sedikit mengurangi masuknya kabut asap yang tidak sehat yang bisa menyerang bagian atas tenggorokan manusia. Namun tidak mampu menghindar dari serangan ISPA sepenuhnya. “Tapi lebih sekadar langkah pencegahan saja,” ujarnya.

Terkait maraknya serangan penyakit pernapasan akibat kabut asap ini, pemerintah daerah di Riau menyatakan akan sepenuhnya menanggung biaya perawatan bagi warga yang sakit. “Masyarakat mampu maupun yang tidak mampu tidak akan dipungut biaya, asalkan mau dirawat di kelas tiga rumah sakit daerah,” kata Kepala Bidang Promosi Kesehatan Dinas Kesehatan Provinsi Riau Sudirman di Pekanbaru kepada Media Indonesia.

Biaya perawatan bagi korban akibat asap kebakaran hutan dan lahan bisa ditanggung dengan dana Jamkesda (Jaminan Kesehatan Daerah). Prosedurnya mudah, yakni pasien hanya menunjukan kartu tanda pendukuk (KTP) dan karu keluarga (KK) serta surat rujukan dari puskesmas atau dari rumah sakit umum daerah (RSUD).

Sementara itu di Dumai, asap putih tebal masih menyelimuti kota ini hingga pukul 10 pagi hari Senin, 25 Juni 2012 silam. Menurut Kepala Bidang Kehutanan pada Dinas Pertanian, Perkebunan, dan Kehutanan Dumai, Hadiono asap tebal muncul akibat kebakaran hutan dan lahan di beberapa kabupaten tetangga. Kendati demikian, potensi titik api di Dumai berdasarkan pantauan Satelit NOAA-18 menunjukkan nihil dan tidak ada aktivitas pembakaran.

Ketebalan kabut asap dengan jarak pandang hanya berkisar 100 hingga 200 meter ini, diperkirakan Hadiono, berasal kiriman dari kejadian kebakaran hutan dan lahan di Kabupaten Rohil dan Bengkalis. Kondisi nihil titik api di kota langganan kabut asap ini karena terus diguyur hujan dalam beberapa hari terakhir. “Untuk Dumai titik api nihil dan asap yang menyelimuti merupakan asap kiriman dari Bengkalis dan Rohil,” kata Hadiono. Ia mengharapkan kedepannya Dumai selalu turun hujan supaya potensi kebakaran itu dapat diminimalisasi dan mengurangi keberadaan kabut asap.

Kabut asap di Dumai sebelumnya dikategorikan kualitas udara tidak sehat dan membahayakan kesehatan manusia. Pihak pengamanan kehutanan dibantu manggala agni dan regu pemadam kelurahan dan kecamatan juga telah bekerja keras memadamkan kebakaran hutan di beberapa titik api yang terpantau.

“Usaha pengendalian api telah kita lakukan secara optimal dengan mengerahkan semua kemampuan. Namun karena adanya asap kiriman, jadi kita tidak bisa berbuat banyak,” katanya kepada Harian Republika.

Selain membagikan masker, pemerintah propinsi Riau sendiri masih berupaya melakukan sosialisasi kepada publik untuk tidak membakar lahan dan hutan untuk kepentingan pertanian dan perkebunan.

Artikel yang diterbitkan oleh
, , , , , ,