Hutan Hujan Madagaskar Kini Miliki Pusat Penelitian Kehutanan Super Canggih

Sebuah pusat penelitian kehutanan telah dibuka di tepian hutan hujan di Madagaskar. Gedung baru yang diberi nama Centre Valbio ini akan mendukung upaya-upaya untuk mempelajari kehidupan di alam liar Madagaskar yang unik, memberikan perawatan kesehatan bagi masyararakat untuk memberdayakan mereka dan memahami kaitan antara lingkungan dan pertanian. Proyek ini dipimpin oleh Patricia Wright, seorang ahli biologi dari Stony Brook University yang menemukan golden bamboo lemur tahun 1986 silam dan menjadi cikal bakal perlindungan petak hutan hujan tropis yang bernama Ranomafana. Taman ini kemudian menjadi sebuah model konservasi di seluruh Madagaskar dan bagian lain di Afrika.

Proses pengerjaan Centre Valbio dimulai sekitar satu dekade silam dan puncaknya terjadi pekan lalu (awal Juli 2012) dengan penyempurnaan ruang auditorium NamanaBe, sebuah gedung seluas 1440 meter persegi yang berisi laboratotium sains yang ditujukan untuk mempelajari keanekaragaman hayati dan penyakit menular. NamanaBe menganut desain dan konstruksi yang ramah lingkungan, termasuk dalam menggunakan material lokal, energi yang bisa diperbarui, manajemen limbah, pendinginan alami, dan taman di puncak gedung. Dan yang tidak umum di Madagaskar, gedung Centre Valbio memiliki koneksi internet berkecepatan tinggi.

Desain eksterior Centre Valbio. Foto: Centre Valbio

Centre Valbio diharapkan menjadi pusat dari penelitian ilmu pengetahuan di Madagaskar, yang merupakan salah satu negara termiskin di dunia, namun memiliki keragaman hayati tertinggi di dunia. Wilayah di seputar Centre Valbio dan Ranomafana memperlihatkan beberapa contoh langsung tantangan-tantangan yang lebih luas yang dihadapi dunia konservasi dan pembangunan berkelanjutan di Madagaskar. Kendati Ranomafana sendiri adalah hutan lindung, namun petani-petani miskin di seputar hutan ini secara rutin menebang hutan untuk keperluan pertanian dan peternakan mereka, penambang emas liar dan penebangan kayu liar beroperasi di hutan, dan para pemburu masih mencari sasaran di tempat ini. Patricia Wright dan ahli konservasi lain berharap model konservasi Ranomafana bisa diterapkan di tempat lain, dimana kehidupan lokal berpadu dengan ekowisata dan aktivitas terkait, dan diaplikasikan di wilayah lain, serta bisa meningkatkan penghasilan bagi warga setempat dan memberi akses kesehatan demikian halnya juga dengan perlindungan satwa liar dan ekosistem.

Hutan di sisi timur Madagaskar masih sangat kaya. Ranomafana adalah rumah bagi lebih dari selusin spesies lemur dan hewan unik lainnya seperti tenrec air (sejenis landak) dan fossa (hewan sejenis puma). Hutan ini juga kaya dengan 115 jenis burung, 100 spesies katak, dan 60 spesies reptil. Diluar daftar ini, masih lusinan spesies lain yang sudah didata oleh para ahli dalam satu dekade terakhir di Ranomafana. Dengan fasilitas baru ini akan mempercepat penemuan-penemuan sains dan juga mempercepat penelitian sosial ekonomi yang seharusnya dilakukan dalam dua dekade.

Apa kabar dengan Indonesia, yang memiliki hutan hujan tropis ketiga terbesar di dunia, sudah ada rencana membangun pusat penelitian kehutanan semaju ini?

Bunglon di hutan Ranomafana Foto: Rhett A. Butler
Artikel yang diterbitkan oleh
, , , , , , ,