WWF: Prioritaskan Pengembangan Energi Panas Bumi

PENGEMBANGAN energi panas bumi sudah saatnya menjadi prioritas sebagai bentuk pengelolaan energi nasional berkelanjutan.

Nazir Foead, Direktur Konservasi WWF-Indonesia, mengatakan, seiring perkembangan ekonomi, kebutuhan listrik Indonesia meningkat pesat rata-rata lebih dari tujuh persen per tahun. Sebagian besar dipasok dari sumber energi fosil yang makin terbatas.

“Kita memiliki sumber energi terbarukan yang melimpah, mengapa tidak dikembangkan? Ini bukan pilihan, tapi kebutuhan mendesak. Sudah saatnya pengembangan energi berkelanjutan menjadi prioritas,” katanya, Kamis(5/7/12).

WWF-Indonesia, 5 Juli ini meluncurkan sebuah laporan berjudul “Menyalakan Cincin Api: Sebuah Visi Membangun Potensi Panas Bumi Indonesia (Igniting the Ring of Fire: A Vision for Developing Indonesia’s Geothermal Power). Ini sebuah kajian mengelaborasi tantangan dan peluang pengembangan energi panas bumi di Indonesia. Lalu, memberikan peta kemungkinan solusi.

Indonesia, memiliki potensi energi panas bumi terbesar di dunia, dengan sekitar 29 Giga Watt total. Dari jumlah  ini, baru dimanfaatkan sekitar 1,2 Giga Watt. Kebijakan energi nasional menargetkan panas bumi mampu memberikan kontribusi lima persen energi nasional pada 2025. Namun, hingga kini panas bumi baru menyumbang satu persen dengan perkembangan lambat.

Nazir mengatakan, beragam kendala dan tantangan dihadapi dalam pengembangan panas bumi. Baik, dari sisi kebijakan dan regulasi, pengaturan institusi, isu koordinasi lintas sektor, otonomi daerah, sumber daya manusia, dan isu tata kelola (good governance). Juga hal-hal teknis, seperti, akurasi data, proses tender, pelibatan masyarakat dalam proses pembangunan, negosiasi harga, perizinan, dan lain-lain.

WWF-Indonesia, sedang melaksanakan program Geothermal Ring of Fire. Program yang dikembangkan bersama WWF-Filipina dan WWF Climate & Energy Global Initiative ini diharapkan bisa memacu pergerakan signifikan pemanfaatan sumber energi terbarukan. Khusus, produksi dan pemanfaatan panas bumi berkelanjutan di Indonesia dan Filipina tahun 2015.

Nyoman Iswarayoga, Direktur Program Iklim dan Energi WWF-Indonesia mengungkapkan, panas bumi sebagai energi terbarukan mampu menopang ketahanan energi nasional jangka panjang.

“Antara lain karena rendah emisi dan perlu lebih sedikit lahan daripada jenis energi lain. Juga, mengurangi ketergantungan bahan bakar fosil untuk listrik, dan mengurangi beban subsidi energi.”

WWF melihat panas bumi merupakan jenis energi terbarukan rendah emisi dan ramah lingkungan. Untuk itu, pengelolaan perlu memperhatikan beberapa aspek.

Pertama, kelestarian dan peningkatan nilai-nilai konservasi tinggi. Yakni, keanekaragaman hayati dan habitat, tata ruang, ekosistem unik, jasa lingkungan, serta kesejahteraan masyarakat setempat.

Untuk itu, perlu penilaian strategis guna meminimalkan dampak kerusakan lingkungan dan nilai konservasi tinggi

Kedua, pertimbangan sosial, ekonomi, dan lingkungan yang terintegrasi dalam perencanaan kegiatan pengembangan guna mengantisipasi risiko yang dapat terjadi dan mengancam keberlanjutan kegiatan.

Ketiga, pengakuan hak masyarakat lokal dengan memastikan partisipasi mereka sejak proses perencanaan hingga pelaksanaan.

WWF pun mengajak peran serta para pemangku kepentingan dalam mengawasi dan evaluasi proyek secara keseluruhan. Dengan melibatkan perwakilan dari Bappenas, Dewan Energi Nasional, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Kementerian Keuangan, Kementerian Kehutanan, Kementerian Lingkungan Hidup, dan Kementerian Dalam Negeri.

Tak ketinggalan libatkan pula,  pemerintah daerah, PT PLN (Persero), Perusahaan Pengembang Panas Bumi dan Asosiasi Panas Bumi Indonesia, akademisi, serta organisasi swadaya masyarakat lain.

Artikel yang diterbitkan oleh
, , ,