ProFauna: Hentikan Konsumsi Daging Biawak di Bali

Terkait maraknya budaya memakan daging biawak di Bali, lembaga perlindungan satwa ProFauna Indonesia, menyerukan kepada masyarakat Bali untuk menghentikan kebiasaan mengkonsumsi daging biawak air (alu dalam bahasa setempat).

Seruan tersebut disampaikan sebagai upaya melindungi populasi biawak air, karena ProFauna mencatat adanya tren peningkatan konsumsi daging biawak air di Bali.

Koordinator ProFauna Wilayah Bali Jatmiko Wiwoho menyatakan, tren peningkatan konsumsi daging biawak air di Bali dapat dilihat dengan makin meningkatnya permintaan daging biawak air dari Bali ke daerah lainnya di Indonesia. Sebagai contoh secara rata-rata dalam satu bulan Bali mendatangkan ratusan ekor biawak air dari Jawa Timur.

“Berdasarkan hasil investigasi kawan-kawan ProFauna di Jawa Timur, justru pengiriman banyak dari Jawa Timur, angkanya sekitar ratusan per-bulan. Sementara di Bali ada investigasi, tetapi ada indikasi ada tren peningkatan jumlah orang yang berjualan biawak air,” ungkap Jatmiko.

Jatmiko Wiwoho menambahkan konsumsi daging biawak air di Bali selama ini karena adanya mitos bahwa daging biawak air dapat mengobati penyakit kulit dan sesak napas. Namun secara medis manfaat daging biawak air untuk pengobatan belum bisa dibuktikan.

Kadal air Asia Tenggara (Varanus salvator macromaculatus) atau yang umum disebut dengan biawak, tersebar luas di seluruh wilayah Asia. Panjangnya mencapai 3 meter, dan dianggap sebagai salah satu jenis kadal terbesar di dunia, hanya kalah dengan Komodo, yang masih dalam jenis yang sama.

Biawak adalah pemakan segala dan memburu berbagai jenis hewan lain untuk santapan. Mereka juga perenang yang sangat lincah di air.

Artikel yang diterbitkan oleh
, , , ,