,

Terumbu Karang Dunia Mengkhawatirkan

PARA ilmuwan terumbu karang mendesak pemerintah lokal dan nasional segera bertindak menyelamatkan terumbu karang dunia. Mereka menyatakan siap membantu para pejabat dan politisi kapan pun. Tanpa aksi global mengurangi emisi karbondioksida dan meningkatkan perlindungan di tingkat lokal, mayoritas terumbu karang di dunia akan hancur. Begitu juga manfaat terumbu karang bagi miliaran orang akan musnah dalam beberapa dekade mendatang. Demikian para ilmuwan memperingatkan pada Simposium Internasional Terumbu Karang (ICRS) ke-12 di Cairns, Australia.

Masyarakat sains terumbu karang internasional 100 persen setuju terhadap perlu aksi melindungi terumbu karang. “Lebih dari 2.500 ilmuwan kelautan menandatangani sebuah pernyataan konsensus untuk itu,” kata Stephen Palumbi, Direktur Hopkins Marine Station di Stanford University, California.

“Perlu kepemimpinan kuat dari pengambil kebijakan untuk membuat perubahan guna melindungi terumbu karang. Kami ingin mereka tahu kami di sini untuk membantu, menyediakan ilmu pengetahuan untuk mendukung perubahan itu,” ujar dia kepada IPS.

Melindungi terumbu secara lokal bisa dengan mengurangi kegiatan memancing, mencegah polusi, menghambat pembangunan pesisir, dan tindakan lain yang dianggap secara politik berisiko atau sulit. Namun, para ilmuwan siap mendukung upaya lokal dan global menyelamatkan terumbu karang.

“Kami punya ilmu pengetahuan untuk membela keputusan ini. Ada data yang sangat layak tentang bagaimana melindungi terumbu karang dan kita paham cara kerja itu.”

“Bagi lebih dari 2,6 miliar orang, seafood merupakan sumber utama protein,” kata Jane Lubchenco, seorang ilmuwan kelautan dan kepala US National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA).

Karanglah yang bertindak sebagai tempat pembibitan dan habitat bagi banyak spesies ikan, selain melindungi garis pantai dari badai. “Terumbu karang sangat berharga bagi umat manusia,” kata Lubchenco dalam pidato di hadapan lebih dari 2.100 peserta lebih dari 80 negara.

“Sebuah studi dari Belize memperkirakan, tanpa perlindungan terumbu di garis pantai, badai akan menyebabkan kerusakan senilai US$240 juta.”

Selama dekade terakhir ancaman terhadap terumbu telah melangkah dari “mengkhawatirkan menjadi mengerikan. Sebelum pertengahan abad, separuh dari terumbu yang tersisa akan mengalami pemutihan parah karena suhu laut meningkat. Terumbu karang yang sehat dapat pulih bila pemutihan tak berlangsung terlalu lama.

Pemutihan, penangkapan ikan berlebihan, polusi, dan penyakit telah menghapus kelompok karang yang luar biasa di Karibia. “Wilayah ini kehilangan 80 persen karang sejak 1970-an,” kata Jeremy Jackson, profesor oseanografi emeritus, Scripps Institution of Oceanography.

“Tinggal sedikit area yang terlindung dengan baik seperti di sekitar Pulau Bonaire,” ucap Jackson. Selebihnya, hanya terumbu karang yang sangat terpencil.

Namun, di masa depan, pemutihan dan peningkatan kadar asam di laut akan berpengaruh, bahkan terhadap terumbu karang terpencil.
Menurut para peneliti sekitar 10 tahun lalu, emisi karbondioksida (CO2) dari penggunaan bahan bakar fosil seperti batubara, minyak, dan gas alam membuat laut lebih asam 30 persen. Lautan menyerap sepertiga CO2 ini, yang memperlambat laju pemanasan global.

Kabar buruknya, lautan kini lebih asam dan akan bertambah buruk karena lebih banyak emisi CO2. Ini adalah kimia laut yang mendasar dan sudah dipahami dengan baik. Tak ada perbedaan pendapat ilmiah mengenai hal ini.

Pernyataan konsensus mengenai Perubahan Iklim dan Terumbu Karang” menyatakan: “emisi CO2 pada laju saat ini akan menghangatkan suhu permukaan laut minimal 2-3° C. Ini menaikkan permukaan air laut hingga 1,7 meter, mengurangi pH air laut dari 8,1 menjadi kurang dari 7,9, dan meningkatkan frekuensi dan atau intensitas badai.

Kombinasi perubahan suhu dan komposisi kimia laut ini tak pernah terjadi sejak krisis terumbu terakhir 55 juta tahun silam.

Robert Richmond, ketua International Society for Reef Studies dan ahli biologi kelautan Universitas Hawaii, Manoa mengatakan, tanpa ada pengurangan emisi CO2 dalam jumlah besar, “penjahat kembar” perubahan iklim. Yakni, laut lebih panas dan laut lebih asam, mungkin hanya akan menyisakan 10 persen terumbu hidup di dunia pada 2070.

Terumbu karang sudah sembuh dari ujicoba bom nuklir pada 1950-an hingga mereka kuat. Namun, dampak kronis dari polusi, sedimentasi, dan penangkapan ikan berlebihan membuat mereka lemah dan tak mampu menahan wabah penyakit dan tekanan pemutihan dan pengasaman.
“Apa yang kita tinggalkan kepada anak-cucu kita akan merefleksikan apa yang kita perbuat kini dan beberapa tahun ke depan.” * Diterjemahkan oleh Farohul Mukthi. Naskah ini dipublikasikan atas kerja sama Yayasan Pantau dan IPS Asia-Pasifik

Artikel yang diterbitkan oleh
, , , ,