Terumbu Karang Indo-Pasifik Lebih Tangguh Hadapi Ancaman

Berdasar hasil penelitian terbaru terkait terumbu karang, terungkap bahwa terumbu karang di wilayah Indo-Pasifik ternyata lebih cepat mengalami pertumbuhan dan perbaikan dibanding terumbu sejenis yang ada di wilayah Karibia.

Dr. George Roff dan Profesor Peter Mumby dari ARC Centre of Excellence for Coral Reef Studies dan Unversitas Queensland mengatakan hal tersebut dalam imposium Internasional Terumbu Karang Dunia di Cairns, Australia tanggal 12 Juli 2012 silam. “Alasan utama mengapa terumbu karang di kawasan Indo-Pasifik lebih tangguh adalah karena mereka memiliki rumput laut lebih sedikit dibanding di Karibia,” ungkap Dr. Roff. “Rumput laut dan terumbu karang di laut saling berebut tempat untuk tumbuh. Jika rumput laut tumbuh lebih lamban seperti kondisi di Indo-Pasifik, maka terumbu karangnya akan lebih cepat berkembang. Hal ini akan memberikan keuntungan lebih pada terumbu dibanding rumput laut.”

“Hal ini bukan berarti kita sudah boleh berpuas diri. Terumbu di seluruh dunia masih sangat terancam dengan perubahan iklim dan aktivitas manusia,” ungkapnya lebih lanjut. “Yang ingin saya katakan disini adalah, terumbu karang di Indo-Pasifik merespons lebih baik terhadap upaya perlindungan, dan langkah-langkah yang sudah kita ambil akan memiliki kemungkinan lebih besar untuk berhasil di wilayah ini.

“Banyak cerita-cerita suram sudah kita dapatkan dari Karibia, dimana wilayah ini mengalami kerusakan yang sangat cepat dalam 30 tahun terakhir,” ungkap Profesor Mumby. “Kami sekarang bisa lebih menghargai bahwa Indo-pasifik dan Karibia ternyata sangat berbeda dari yang kita bayangkan selama ini.”

Peneltian ini diterbitkan di jurnal Trends in Ecology and Evolution (TREE), termasuk data dari hasil survey di kawasan Indo-Pasifik dan Karibia sejak tahun 1965 hingga 2010.

Para peneliti juga menemukan bahwa rumput laut di kawasan Indo-Pasifik berkembang empat kali lebih lambat dibanding di Karibia.

“Kami tak yakin mengapa hal ini terjadi, namun salah satu kemungkinannya adalah karena air laut di Karibia lebih banyak mengandung zat besi,” ungkap mereka. “Selama ribuan tahun, Laut Karibia telah menerima debu yang ditiupkan menyeberangi Lautan Atlantik dari Sahara, dan debu ini membawa besi – sebuah elemen yang penting bagi alga untuk tumbuh.”

“Hal ini kemudian menyebabkan perbedaan antara terumbu karang di Indo-Pasifik dan Karibia sangat fundamental, dan terjadi dalam skala besar.”

“Faktor lainnya yang membuat terumbu di Indo-Pasifik terlindungi adalah melimpahnya ikan-ikan herbivora seperti ikan Botana (Surgeon fish) dan ikan Kakatua (Parrot fish) yang memakan rumput laut sebagai makanan utama mereka. Di wilayah Indo-Pasifik memiliki banyak sekali ikan ini.

“Di Indo-Pasifik ada lebih dari 70 spesies dan enam genera ikan Kakatua, sementara di Karibia cuma ada 13 spesies dan dua genera ikan ini.” Kendati temuan ini membuat banyak pihak optimis di wilayah Indo-Pasifik, namun negara seperti Australia tetap harus melakukan perlindungan di wilayah laut mereka, kata para peneliti mengingatkan.

“Semua terumbu karang menghadapi masa depan yang tidak pasti, terutama di wilayah yang banyak aktivitas manusia,” sambung kedua peneliti ini. “Kita tetap harus menekan pengambilan yang berlebihan terhadap ikan-ikan herbivora, karena mereka sangat banyak di Indo-Pasifik. Kita juga perlu menjaga tingkat nutrient di dalam air dan mencegah tercabutnya terumbu dari tanah jika perlu.”

“Berita baiknya adalah wilayah Indo-Pasifik yang kita miliki saat ini jauh lebih tangguh dari yang kita kira -kita cuma harus memastikan bahwa upaya yang kita lakukan tidak merusak ketangguhan alami mereka.”

Artikel yang diterbitkan oleh
, , , ,