,

Data Terkini: Jumlah Harimau Sumatera Lebih Banyak Dari Perkiraan

Hutan Indonesia adalah rumah bagi 600 harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae), seperti dilaporkan dalam survey terbaru, yang memberikan gambaran lebih optimistik dibanding laporan yang dibuat tahun 1994 yang memperkirakan bahwa harimau Sumatera tersisa 400 hingga 500 ekor saja.

Survey baru ini digelar sejak 2007 hingga 2009 silam di wilayah lebih dari 250 kilometer persegi yang meliputi 38 cagar alam.

“Harimau Sumatera terdeteksi di lokasi 27 hingga 29 buah cagar alam,” ungkap Hariyo T. Wibisono, ketua forum konservasi Harimau Kita kepada beritasatu.com hari Senin tanggal 16 Juli 2012. “Ditemukan harimau Sumatera di wilayah-wilayah tersebut namun jumlahnya masih belum bisa dipastikan. Kami hanya tahu penyebarannya, di area-area tertentu dengan jumlah yang banyak, sedikit atau stabil.”

Hariyo menyebutkan bahwa di wilayah yang jumlahnya lebih banyak bukan disebabkan bertambahnya populasi, namun adanya pola ekstrapolasi yang lebih baik. Dia mengatakan bahwa metode yang digunakan di tahun 1994 tidak seakurat yang digunakan dalam penelitian terbaru ini, dan hanya dilakukan di tujuh lokasi: lima taman ansional dan dua hutan konservasi Sumatera.

“Jumlah yang ditemukan sekitar 400 hingga 500 ekor di tahun 1994 dan penghitungan dilakukan tahun 1992. Namun setelah model analisis population-viability dilakukan, ditemukan bahwa metode ekstrapolasi itu tidak akurat,” jelasnya.

Untuk melihat pola distribusi harimau Sumatera, beberapa LSM yang fokus dalam pencegahan spesies ini melakukan survey kembali dan mempublikasikan hasil ilmiah ini tahun lalu. Survey kedua  yang dilakukan di area yang meliputi 59% dari 38 cagar alam memperlihatkan bahwa harimau Sumatera menempati 72% dari keseluruhan habitat mereka.

“Kompilasi data digunakan untuk menghitung jumlah populasi yang diperoleh dari kamera jebakan yang didapat dari beberapa LSM,” jelas Hariyo. “Dari situ diperlihatkan setidaknya ada 600 ekor harimau. Namun ini juga belum meliputi seluruh wilayah.”

Hariyo menambahkan bahwa menghitung populasi harimau dengan kamera tersembunyi sangat sulit mengingat terbatasnya sumber daya dibandingkan dengan luasan wilayah yang harus dikontrol. Namun Hariyo menekankan menghitung populasi harimau tidak terlalu penting dibandingkan mencari cara untuk melindungi spesies langka ini.

“Dalam melindungi harimau Sumatera, informasi tentang perkiraan jumlah populasi mereka tidak penting,” ungkap Hariyo. “Yang penting bagi manajemen konservasi adalah apakah jumlahnya bertambah, berkurang, atau justru tetap stabil, seperti yang dapat dilihat dari indikator kehadiran dan penyebaran mereka.”

Dia juga menambahkan bahwa ia selalu hati-hati dalam menyebut jumlah karena masalah metodologi.

Salah satu harimau Sumatera yang terjerat kabel besi penduduk bulan Maret 2012 di Jambi. Foto: Dian Risdianto/TNKS

Tekanan terhadap harimau Sumatera memang terus meningkat seiring dengan semakin berkurangnya wilayah mereka akibat perambahan, pembukaan hutan untuk perkebunan, dan sebab lainnya seperti terperangkap jebakan. Setiap bulan di tahun 2012 ini, setidaknya satu ekor harimau Sumatera terjerat jebakan manusia. Salah satunya adalah Dara, harimau Sumatera betina yang berhasil diselamatkan dari jerat bulan Februari silam kini ditarnsfer ke Taman Safari Indonesia Bogor awal Juli ini.

Harimau betina ini ditemukan oleh pekerja konsesi HPH di Kecamatan Muko-Muko, Bengkulu. Kaki depannya terluka akibat jeratan kabel besi. Jebakan ini sengaja dipasang oleh perambah hutan untuk berburu.

Artikel yang diterbitkan oleh
, , ,