,

Pembalakan Liar dan Ekspansi Perumahan Tenggelamkan Padang

Pembalakan liar dan masifnya pembangunan area perumahan di kota Padang dituding menjadi peyebab utama banjir bandang yang melanda lima kecamatan di kota ini tanggal 24 Juli 2012. Akibat banjir besar ini ratusan rumah terendam, dan sekitar 1200 warga mengungsi. Walikota Padang sendiri, Fauzi Bahar menyatakan sekitar 20% dari sekitar 12.000 hektar hutan di kota Padang mengalami kerusakan parah.

Penebangan liar ini dilakukan oleh orang yang mencari keuntungan dari komoditi kayu, ia juga menambahkan tidak pernah ada izin yang dirilis terkait penebangan tersebut. ““Pemkot Padang tidak memberikan izin kepada pengusaha yang melakukan penebangan di kawasan hutan lindung,” tegasnya kepada Seputar Indonesia hari Rabu, 25 Juli 2012.

Kondisi hutan yang terparah akibat pembalakan liar berada di enam kecamatan, yakni Pauh, Koto Tangah, Lubuk Kilangan, Lubuk Begalung, Bungus, serta Teluk Kabung. “Kita akan melakukan koordinasi dengan pihak kepolisian, di samping membentuk tim pengawas pembalakan liar,” tambahnya.

Fauzi sendiri memberikan sayembara bagi warganya, terkait penebangan liar ini. “Bagi warga yang memiliki informasi tentang oknum yang terlibat akan diberi hadiah,” terangnya kepada Okezone.com.

Banjir bandang yang menimpa warga Kota Padang juga disebabkan pembangunan yang sangat cepat di kawasan tengah Kota Padang. Kawasan tengah Kota Padang kini memang telah berubah menjadi kawasan perumahan, sehingga resapan air di kawasan tersebut berkurang.

Perubahan pada bagian hilir kota juga menjadi pemicu terjadinya banjir bandang di Kota Padang. Menurut Khalid, bagian hilir Kota Padang tepatnya di Batang Arau sudah beralih fungsi menjadi daerah pembangunan. Kondisi ini jelas akan mempengaruhi aliran air dari hulu sungai yang tidak tertahan dengan debit yang besar.

Menurut catatan Walhi Sumbar, dari 65% kawasan hutan lindung dan kawasan konservasi di Sumbar, 50% di antaranya sudah habis dibabat pembalak liar. “Jika tidak cepat dihentikan maka dipastikan bencana serupa yang lebih besar bukan tidak mungkin akan terjadi di masa depan,” jelas Direktur Eksekutif Wahana Lingkungan Hidup Sumatera Barat, Syaiful Khaliq.

Sejumlah pejabat yang terkait dengan lingkungan dan kehutanan, justru tidak yakin bahwa banjir ini disebabkan oleh pembalakan liar.

Kota Padang. Peta: Google Map

Seperti dilaporkan oleh Inilah.com, Wadan Satgas Polhud BKSDA Sumbar Zulmi dari Badan Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumbar menyebutkan, pihaknya masih belum bisa memastikan berapa jumlah titik pembalakan hutan yang ada di bagian hulu Sungai Kuranji atau bagian hulu Sungau Danau Karing. Hal ini memberi bukti bahwa selama ini pihak terkait sangat minim dalam melakukan pengkajian langsung secara ilmiah terhadap kondisi hutan Kota Padang.

Di sisi lain, Kepala Dinas Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perkebunan (Pernakhutbun) Kota Padang Corry Saidan justru menyatakan pihaknya belum bisa memastikan bahwa banjir bandang disebabkan ilegal loging.“Saya sudah langsung turun ke lapangan untuk melihat kondisi banjir yang terjadi di kawasan Limau Manis dan Batu Busuk, dan saya belum bisa memastikan banjir bandang kemarin akibat ilegal loging,” ujar Corry kepada Harian Haluan Padang.

Untuk mencegah terjadinya pembalakan liar lagi di masa mendatang, Pemkot akan berkoordinasi dengan pihak kepolisian. Mereka juga akan membentuk tim pengawas pembalakan liar untuk mencegah kerusakan hutan di daerah itu.

“Pembentukan tim pengawas pembalakan liar menjadi salah satu langkah tepat yang diambil Pemkot Padang dalam menjaga kelestarian hutan karena hutan merupakan paru-paru dunia,” kata Walikota Padang, Fauzi Bahar seperti disampaikan kepada Kompas.com.

Hingga saat ini, tim dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) masih melakukan evakuasi terhadap warga menuju tempat yang lebih tinggi.

Artikel yang diterbitkan oleh
, , , , , , ,