Komnas HAM: Proyektil Peluru Tajam Ditemukan di TKP Bentrok Warga VS Brimob

Buntut dari pecahnya bentrokan antara warga desa di Limbang Jaya, Ogan Ilir dengan pasukan Brimob pada Jumat 27 Juli 2012 silam yang menewaskan seorang bocah bernama Angga, Polisi kini terus ditekan untuk mengakui penggunaan peluru tajam dalam peristiwa tersebut.

Pihak kepolisian sendiri, lewat Kepala Kepolisian Republik Indonesia, Jenderal Timur Pradopo telah memberikan jawaban, dua hari setelah bentrokan tersebut, bahwa mereka tidak menggunakan peluru tajam untuk melukai warga desa Limbang Jaya.

Di sela kunjungan ke Kalimantan Timur tanggal 29 Juli 2012 silam, Jenderal Timur Pradopo menjawab: “Tidak ada penggunaan peluru tajam dan tidak ditemukan proyektil terkait bentrok di Kabupaten Ogan Ilir. Tetapi, kasus itu akan diselidiki lebih lanjut,” ungkap Timur Pradopo kepada AntaraNews.com, seraya menambahkan bahwa penyelidikan akan dilakukan menyangkut prosedur yang akan dicek karena ada korban yang meninggal. Timur menegaskan, hasil penyelidikan akan disampaikan lebih lanjut secara akuntabilitas dan bisa dipertanggungjawabkan secara hukum. “Saya jamin akuntabilitas dan transparansi,” lanjutnya.

Insiden berdarah ini sendiri menewaskan seorang bocah bernama Angga, 13 tahun, setelah tertembak di kepala. Empat orang lainnya yang mengalami luka tembak di bagian bahu dan tangan kiri adalah Rusman, 36 tahun, dan Yarman, 50 tahun. Farida, 46 tahun, tertembak di bagian tangan kanan, sementara Man, 30 tahun, di bagian telinga kiri. Mereka kini mendapat perawatan intensif di Rumah Sakit Bhayangkara, Palembang.

Belakangan, sanggahan Jenderal Timur Pradopo terkait penggunaan peluru tajam dalam penanganan konflik tanah antara warga dengan PTPN VII Cinta Manis di Ogan Ilir, Sumatera Selatan ini harus dibuktikan lebih lanjut setelah Komisi Nasional Hak Asasi Manusia menemukan selongsong peluru tajam di lokasi kejadian.

Pihak kepolisian sendiri juga menemukan selongsong peluru tajam yang digunakan dalam peristiwa bentrokan di Ogan Ilir. Kini selongsong tersebut masih dalam pemeriksaan untuk memastikan apakah benar proyektilnya juga berupa peluru tajam.

“Kami menemukan selongsong tajam di sekitar lokasi saat ini masih dalam pemeriksaan laboratorium, ada beberapa. Bisa jadi dari senjata peluru hampa dan peluru tajam,” jelas Kadiv Humas Irjen Pol Anang Iskandar kepada Merdeka.com tanggal 31 Juli 2012.

Anang juga menjelaskan uji balistik masih belum bisa dilakukan selama peluru tajam atau proyektil belum bisa ditemukan.

“Proyektil belum ditemukan. Sehingga selongsong tidak bisa membuktikan peluru tajam. Uji balistik belum dilakukan,” terang Anang lagi.

Namun, kontras dengan pernyataan pihak kepolisian, Komnas HAM menyatakan sudah menemukan proyektil peluru ajam di lapangan. “Saya bersama tim ketika melakukan peninjauan ke lokasi bentrokan antara petani dengan polisi di Desa Limbang Jaya, Kabupaten Ogan Ilir, Senin (30/7) menemukan beberapa proyektil peluru tajam di TKP,” kata Nurkholis dalam keterangannya di kantor Walhi Palembang, Selasa 31 Juli 2012 kepada Republika Online.

Dia mengatakan, peninjauan ke lokasi kejadian tersebut selain untuk menghimpun data dan fakta lapangan juga berupaya membuktikan ada tidaknya penggunaan peluru tajam oleh polisi ketika bentrokan yang terjadi pada 27 Juli 2012.

Namun bukti proyektil peluru tajam yang ditemukan di TKP belum bisa dipastikan apakah peluru tersebut yang menyebabkan meninggalnya Angga Bin Darmawan (12) seorang anak petani setempat ketika bentrokan tersebut terjadi.

“Soal kematian itu akan dipelajari lebih dalam sehingga bisa diperoleh suatu kesimpulan penyebab pastinya dan tindakan aparat kepolisian yang melakukan pengamanan lokasi konflik antara petani dengan pihak PT Perkebunan Nusantara VII sudah sesuai prosedur tetap (protap) atau tidak,” kata dia.

Bentrok antara warga desa setempat dan aparat kepolisian berawal dari laporan perusahaan perkebunan tebu Cinta Manis PTPN VII yang kehilangan pupuk sebanyak 127 ton di Rayon tiga pada 17 Juli 2012.

Saat personel Polda Sumsel dan Polres Ogan Ilir mengadakan olah TKP dan patroli serta dialog dengan warga situasi cukup kondusif. Namun, saat iring-iringan anggota dari Polres yang terdiri atas penyidik, intel, sabhara, dan Brimob itu kemudian terlibat bentrok dengan warga.

Artikel yang diterbitkan oleh
, , , , , , , ,