,

Tarakan Jadi Proyek Percontohan Budidaya Udang Windu Lestari

PEMERINTAH Kota Tarakan melalui Dinas Kelautan dan Perikanan (Diskanlut) dan WWF-Indonesia Rabu (31/7/12) menandatangani kerja sama pengadopsian praktik pengelolaan ramah lingkungan atau Better Management Practice (BMP) Budidaya Udang Windu Tanpa Pakan dan Tanpa Aerasi pada tambak percontohan di Kota Tarakan, Kalimantan Timur (Kaltim). Program ini khusus membantu pembudidaya tradisional udang windu di daerah itu.

BMP adalah panduan dikeluarkan WWF-Indonesia untuk membantu penerapan praktik perikanan bertanggung jawab secara sosial dan berkelanjutan baik, ekonomi dan kelestarian lingkungan. BMP ini sesuai standar Aquaculture Stewardship Council (ASC) untuk perikanan budidaya atau Marine Stewarship Council (MSC) untuk perikanan tangkap.

Abidinsyah, Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Tarakan mengatakan, kerja sama ini sejalan dengan arahan pemerintah pusat. “Yakni, peningkatan produksi budidaya udang windu tradisional sesuai standar nasional maupun internasional hingga bisa menjangkau pasar lebih luas,” katanya, dalam pernyataan pers, Rabu(1/8/12).

Sofyan Raka, Asisten II Sekretaris Kota Tarakan mengungkapkan, udang salah satu produk andalan ekspor Kota Tarakan. Dalam lima tahun terakhir produksi berkisar 7.000 – 10.000 ton per tahun. Udang juga unggulan Indonesia dan diprediksi produksi meningkat 74,7 persen tahun 2014.

Dengan potensi lahan budidaya cukup besar, Indonesia menghadapi tantangan, terutama sisi teknis. Untuk itu, perlu tindakan strategis melibatkan seluruh stakeholder penting dalam dunia budidaya udang. “Yaitu pelaku utama, pengusaha, asosiasi, pemangku kebijakan, perbankan, dan lembaga swadaya masyarakat,” kata Agus Surono, Kasubdit Budidaya Air Payau dan Laut, Kementerian Kelautan dan Perikanan.

Tarakan salah satu sentra produksi udang berkapasitas 10.000 ton per tahun dengan target terbesar Jepang. Ini tantangan besar karena pasar ekspor menerapkan aturan ketat, mulai dari aspek legalitas tambak, dan proses budidaya. “Hingga pasca panen harus sesuai prinsip keamanan biodiversitas, keamanan pangan dan pelestarian lingkungan.”

Dengan kondisi ini, pembudidaya udang Tarakan dan Indonesia harus memulai langkah – langkah antisipasi dengan menerapkan prinsip-prinsip budidaya ramah lingkungan dan bertanggungjawab.

Wawan Ridwan, Direktur Program Kelautan WWF-Indonesia, mengatakan, tren hijau seperti ini memang mulai masuk ke segala komoditas, termasuk udang budidaya. “WWF menawarkan BMP ini, Pemkot Tarakan pihak pertama mengadopsi sistem ini di pemerintah secara resmi. Kami sepenuhnya mendukung dan turut berinvestasi dalam program ini.”

Candhika Yusuf, Koordinator Perikanan Budidaya di Program Kelautan WWF-Indonesia, menjelaskan, dalam enam bulan ke depan, tambak percontohan ini diharapkan memberi hasil udang yang mendekati ramah lingkungan dan bertanggungjawab. “Kita juga bekerja sama dengan satu perusahaan pemrosesan dan eksportir udang di Kota Tarakan sebagai salah satu solusi pemasaran produk.”

Artikel yang diterbitkan oleh
, , , , , , , , ,