,

Harimau Sumatera di Jambi: Kini Kandang Lebih Aman Dibanding Alamnya (Bagian I)

Siang itu Peter dan Uni, dua ekor harimau sumatera koleksi kebun binatang Taman Rimbo Jambi sedang beristirahat di dalam enclosure mereka. Para pengunjung yang datang untuk melihat dan mengambil foto tidak membuat dua harimau ini merasa terganggu karena  harimau-harimau yang berasal dari kebun binatang Ragunan ini memang telah terbiasa melihat manusia.

Berbeda dengan Emat, harimau Sumatera berjenis kelamin betina berusia sekitar dua tahun yang dititipkan oleh BKSDA Jambi di kebun binatang ini ditempatkan di kandang khusus yang tertutup bagi pengunjung, Hanya perawat satwa dan dokter hewan yang boleh masuk ke kandang, karena jika melihat atau mencium bau manusia selain perawat dan dokter hewan Emat akan menjadi agresif.

“Emat dibawa tim BKSDA Jambi ke kebun binatang Taman Rimbo pada tanggal 28 Mei 2012 lalu dalam kondisi kaki kanan depan cedera akibat jerat dan saat ini masih dalam proses penyembuhan” ungkap Dani Sembiring, Kasi Konservasi Kebun Binatang Taman Rimbo Jambi ketika ditemui Mongabay Indonesia, Senin 30 Juli 2012.

Emat adalah harimau yang terperangkap dalam jerat yang dibuat oleh masyarakat di daerah Muaro Imat, Kabupaten Kerinci sekitar 2 kilometer dari kawasan Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS). Tibanya Emat di kebun binatang ini menjadikan biaya yang harus dikeluarkan untuk memenuhi kebutuhan pakan satwa menjadi semakin besar dan ini membuat pihak BKSDA dan kebun binatang cukup kewalahan, hal ini diakui oleh Tri Siswo Rahardjo, Kepala BKSDA Jambi.

“Setiap bulan pihak kebun binatang, BKSDA dan para mitra nya yang terdiri dari beberapa LSM yang peduli dengan harimau harus mengeluarkan dana minimal 3 juta rupiah hanya untuk pakan Emat saja, diluar biaya obat-obatan, gaji perawat satwa dan dokter hewan. Terus terang BKSDA kewalahan dalam pembiayaan pemeliharaan ini karena kami tidak memiliki alokasi dana khusus untuk ini” .

Tabel Penurunan Jumlah Harimau Sumatera berdasarkan beberapa penelitian. Desain: Mongabay Indonesia, Foto latar: Lili Rambe

Populasi yang Terus Menurun

Berdasarkan survey melalui kuesioner yang dilakukan oleh Borner pada tahun 1978 populasi harimau Sumatra masih sekitar 1000 ekor. Pada tahun 1985 Santiapillai dan Ramono mencatat setidaknya  800 ekor tersebar di 26 kawasan lindung. Pada tahun 1992, Tilson et. Al. memperkirakan antara 400 – 500 ekor yang hidup di 5 Taman Nasional dan 2 kawasan lindung.

Dan di tahun 2007, Kementerian Kehutanan Indonesia memperkirakan minimal 250 individu harimau Sumatera hidup di 8 dari 18 habitat harimau Sumatera. Angka-angka ini memang bukan angka yang mutlak namun angka-angka ini merupakan sebuah gambaran betapa drastisnya penurunan populasi harimau Sumatra.

Untuk daerah Jambi sendiri Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) dan Taman Nasional Berbak adalah dua kawasan yang memiliki kepadatan populasi harimau yang cukup tinggi. “Di Taman Nasional Berbak masih terdapat sekitar 30 harimau” ungkap Nurazman Nurdin, Kepala Seksi Wilayah III BKSDA Jambi. Sedangkan perkiraan populasi harimau di kawasan TNKS berdasarkan data yang dirilis oleh pihak Balai TNKS adalah 166 harimau.

Artikel yang diterbitkan oleh
, , , ,