,

Kebakaran Hutan Jateng: Pohon Jati di Cilacap dan Lereng Dieng Ikut Hangus (Bagian II)

Selain kebakaran di lereng Gunung Slamet yang telah mencapai 50 hektar hingga tanggal 26 Agustus silam , sejumlah wilayah di Jawa Tengah tepatnya hutan di lereng Gunung Petarangan, Dataran Tinggi Dieng, dilaporkan juga terbakar. Diduga api muncul akibat dari gesekan ranting kering dampak dari musim kemarau.  “Kobaran api mulai terlihat di wilayah Telaga Terbis, Kabupaten Batang, Sabtu 25 Agustus 2012, sekitar pukul 10.00 WIB. Minggu, 26 Agustus 2012, api mulai merambat ke wilayah Kecamatan Batur, Banjarnegara,” kata Kepala Pos Pengamatan Gunung Api Dieng, Tunut Pujiharjo, kepada Mongabay Indonesia.

Sedangkan di Cilacap, dilaporkan ribuan tanaman pohon jati seluas 4 hektar terancam mati akibat kebakaran hutan jati di di Resort Pemangkuan Hutan (RPH) Kubangkangkung, Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Kawunganten, Kawasan Pemangku Hutan (KPH) Perhutani Banyumas Barat. Kebakaran diperkirakan akibat gesekan ranting kering, angin kencang menyebabkan luas wilayah hutan jati yang terbakar meluas. Api baru bisa dijinakkan setelah didatangkan pemadan kebakaran.

Selain itu, Dandim Purbalingga, Letkol Arm Jati Bambang Priyambodo, Koordinator tim relawan terpadu untuk kebakaran hutan di Gunung Slamet mengatakan, pihaknya sudah melakukan koordinasi dengan tim untuk melakukan evaluasi dan upaya pencegahan kebakaran hutan yang dimungkinkan bisa terjadi sewaktu-waktu, terutama di musim kemarau seperti ini. Semua pelaksaan kegiatan dilapangan ini juga akan di lapaorkan baik di tingkat desa sampai ketingkat pusat. “Kami akan segera mendata luas lahan yang terbakar dibantu oleh pihak perhutani, menyelidiki penyebab kebakaran dan mendata tanaman yang terbakar, serta pencegahannya kedepan,” kata Letkol Alm Jati BP.

Saat dikonfirmasi Mongabay Indonesia, Asper Perhutani Purbalingga, Ahmad Efendi, mengatakan, untuk wilayah luas kebakaran hutan kami belum ketahui secara pasti, begitu juga dengan penyebabnya. Penting untuk diketahui bahwa hutan yang terbakar berdasarkan peta wilayah hutan, masuk hutan kabupaten Pemalang, akan tetapi karena ada di perbatasan kami ikut mengantisipasi agar tidak meluas dan membantu upaya pemadaman.

“Kami akan melakukan cek lokasi kembali, melihat peta wilayah kebakaran dan secara bersama dan bergilir melakukan pemantauan,” kata Ahmad Efendi. Musim kemarau menjadi waktu yang rentan akan terjadinya kebakaran lahan. Perlu upaya pencegahan dari pihak-pihak terkait agar tidak terjadi banyak kebakaran lahan.

Luas hutan hujan tropis di dunia hanya meliputi 7 % dari luas permukaan bumi, tetapi mengandung lebih dari 50 % total jenis yang ada di seluruh dunia. Fakta ini menunjukkan bahwa hutan hujan tropis merupakan salah satu pusat keanekaragaman hayati terpenting di dunia.  Meskipun luas Indonesia hanya 1.3 % dari luas bumi, tetapi memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi, meliputi : 10 % dari total jenis tumbuhan berbunga, 12 % dari total jenis mamalia, 16 % dari total jenis reptilia, 17 % dari total jenis burung dan 25 % dari total jenis ikan di seluruh dunia. Hal ini menyebabkan Indonesia menjadi pusat perhatian dunia internasional dalam hal keanekaragaman hayatinya.

Hasil perhitungan ulang kerugian ekonomi yang dihimpun Tacconi (2003), menunjukkan bahwa kebakaran hutan Indonesia telah menelan kerugian antara US $ 2,84 milyar sampai US $ 4,86 milyar yang meliputi kerugian yang dinilai dengan uang dan kerugian yang tidak dinilai dengan uang. Kerugian tersebut mencakup kerusakan yang terkait dengan kebakaran seperti kayu, kematian pohon, HTI, kebun, bangunan, biaya pengendalian dan sebagainya serta biaya yang terkait dengan kabut asap seperti kesehatan, pariwisata dan transportasi.

Tulisan sebelumnya bisa dinikmati di: Kebakaran Hutan Jateng: Sebagian Api di Gunung Slamet Mulai Padam (Bagian I)

Artikel yang diterbitkan oleh
, , ,