, ,

Titik Panas Kalbar Tertinggi se-Indonesia

KEMENTERIAN Kehutanan melansir titik panas (hotspot) di Indonesia mencapai 24.663 titik. Data itu diambil dari hasil deteksi satelit NOAA-18 selama kurun waktu 1 Januari hingga 10 September 2012. Sebaran hotspot didominasi dua pulau besar di Indonesia, yakni Kalimantan dan Sumatera.

Hotspot terkonsentrasi di beberapa provinsi, yakni Kalimantan Barat 5.027 hotspot, Riau 4.318, Sumatera Selatan 4.297, Jambi 1.895, Kalimantan Tengah 1.736, dan Kalimantan Timur 1.058 hotspot.

WWF-Indonesia melakukan analisis Geographic Information System (GIS) dan menyorot distribusi hotspot Agustus berdasarkan tipe lahan, menemukan di Kalimantan dan Sumatera tersebar di lahan pertanian masyarakat, konsesi hutan (HPH/HTI), peruntukan hutan produksi lain, kawasan konservasi, konsesi perkebunan, dan penggunaan lahan lain.

Di Kalimantan, penyumbang hotspot terbesar ada pada lahan pertanian masyarakat mencapai 42,17 persen. Lalu, kawasan peruntukan hutan produksi lain 27,21 persen, konsesi hutan (HPH/HTI) 17,14 persen, kawasan konservasi 2,46 persen, konsesi perkebunan 2,53 persen, dan penggunaan lahan lain 8,49 persen. Sedangkan, sebaran hotspot di lahan gambut Kalimantan mencapai 16,51 persen.

Begitu pula di Sumatera, distribusi hotspot tersebar di lahan pertanian masyarakat 35,32 persen. Lalu konsesi hutan (HPH/HTI) 15,13 persen, kawasan peruntukan hutan produksi lain 24,69 persen, kawasan konservasi 5,63 persen, hutan lindung 3,47 persen, konsesi perkebunan 4,55 persen, dan penggunaan lahan lain sebesar 11,21 persen. Sebaran hotspot di lahan gambut Sumatera mencapai 23,42 persen.

Manajer WWF-Indonesia Kalbar, Hermayani Putera menyebut kondisi di Kalimantan, khusus Kalbar harus diketahui banyak pihak. “Saya kira informasi ini masih berbasis pada analisis data spasial hingga perlu tindaklanjut di tingkat management authority,” katanya di Pontianak, Selasa (11/9/2012).

Hotspot tahun 2012 diprediksi meningkat dibandingkan tahun lalu mencapai 28.357 titik. Informasi dari BMKG juga menyebut di tahun ini terjadi gejala el nino ringan. Ini memengaruhi musim kemarau yang diperkirakan masih berlangsung sampai Oktober 2012.

Sejauh ini, hotspot terbanyak terjadi pada Agustus 2012 mencapai 8.372 titik. “Ini yang harus kita highlight agar semua pihak tahu. Tujuan kita supaya dapat bersama-sama mengantisipasi kemungkinan terburuk dari dampak kebakaran hutan dan lahan.”

Kepala Bidang Pengendalian dan Konservasi Sumber Daya Alam, Badan Lingkungan Hidup Daerah Kalbar, Wuyi Bardini mengakui sebaran hotspot di Kalbar didominasi dari lahan pertanian. “Kita sudah turun ke lapangan dan menemukan fakta sejumlah titik panas, khusus di Kubu Raya bersumber dari lahan pertanian,” katanya.

Wuyi menampik keberadaan hotspot di kawasan HTI. “Kalau di HTI di Kalbar saya kira tidak ada. Kita sudah periksa semua kawasan HTI dan tidak menemukan titik panas. Kecuali perkebunan sawit. Memang ada hotspot, tapi relatif sedikit.”

Wuyi menyebut tidak semua hotspot yang terdeteksi satelit itu benar. “Saya ambil contoh di Kabupaten Sanggau. Satelit mendeteksi ada hotspot. Ketika dicek ke lokasi, ternyata tidak ada. Ya, namanya titik panas bisa bersumber dari mana saja.”

Artikel yang diterbitkan oleh
, , ,