,

Kalteng Masih Diselimuti Asap, Jambi Makin Pekat

Data Lapan pada 17 September, titik panas tertinggi terditeksi di Papua mencapai 82 titik.

Kabut asap masih menyelimuti Kalimantan Tengah (Kalteng) akibat kebakaran hutan, lahan, hingga mengganggu aktivitas warga dan jadwal penerbangan di daerah itu. Bahkan, Minggu(16/9/12), pesawat terbang yang membawa Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, M Nuh, yang tiba di Bandara Tjilik Riwut, Palangkaraya sekitar pukul 07.50, sempat tertunda beberapa jam.

Dikutip dari Antara, kabut asap tebal di Kota Palangkaraya dan beberapa kabupaten lain terjadi pada 16 September 2012. Kepala Posko Penanggulangan Bencana Asap Kalteng, Mugeni mengatakan, kabut asap di Palangkaraya saat ini bisa saja kiriman dari kebakaran lahan di daerah lain, antara lain kebakaran lahan gambut tebal di Desa Pilang, Kecamatan Jabiren Raya, Kabupaten Pulang Pisau.

Kabut asap tak hanya menggangu aktivitas warga, juga penerbangan dari dan ke Kota Palangkaraya, seperti dialami Menteri Pendidikan Mohammad Nuh ketika menghadiri peringatan Hari Aksara Internasional (HAI). Karena kabut asap, pesawat dari Jakarta yang ditumpangi menteri harus dialihkan sementara ke Bandara Internasional Sepinggan, Balikpapan, Kalimantan Timur, sebelum mendarat di Bandara Cilik Riwut, pada siang hari.

Begitu juga aktivitas penerbangan di sejumlah bandara di beberapa kabupaten lain antara lain di Muara Teweh dan Kotawaringin Timur (Kotim). Penerbangan di Bandar Udara Haji Asan Sampit, Kotim, terganggu kabut asap karena jarak pandang di landasan pacu hanya 500 meter.

“Jadwal penerbangan mulai terganggu terutama untuk pagi hari karena jarak pandang di landasan pacu hanya 500 meter,” kata Kepala Seksi Keamanan dan Keselamatan Penerbangan Bandara Haji Asan Sampit, Kabupaten Kotim, Harianto di Sampit.

Berdasarkan ketentuan keamanan dan keselamatan penerbangan, jarak pandang teraman di landasan pacu minimal dua kilometer. Jika kurang dari itu, penerbangan harus dibatalkan, sebab berisiko tinggi jika dipaksakan.

Berdasarkan data dari Posko Penanggulangan Bencana Asap Badan Penanggulangan Bencana daerah (BNPD) Kalteng, titik panas di Kalteng hingga 16 September 2012 mencapai 1.234 panas, terbanyak dibandingkan dengan pada Agustus 2012.

Sementara itu, berdasarkan pantauan titik panas di laman Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan), titik api di seluruh Indonesia pada 17 September 2012 terpantau sebanyak 238 titik api. Kali ini yang menduduki posisi teratas Papua dengan 82 titik panas. Disusul Kalteng 30, Sumatera Selatan 27 dan Kalimantan Barat (Kalbar) 20 titik panas.

Asap Jambi Makin Pekat

Di Kota Jambi dan sekitar, kabut asap makin pekat pada Selasa (18/9/2012). Kondisi itu mengakibatkan jarak pandang hanya mencapai 500 meter pada pagi hari. Koordinator Bidang Pengkajian dan Informasi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Jambi Kurnianingsih mengatakan, jarak pandang hanya 500 meter sejak pukul 06.00.  Kondisi memburuk pukul 07.00 dengan jarak pandang 400 meter.

“Penyebabnya banyak kebakaran hutan dan lahan di Jambi,” katanya Selasa(18/9/12) dikutip dari Kompas online.

Penerbangan menuju Jambi terganggu. Pasawat Garuda Indonesia tujuan Jakarta-Jambi pada Selasa pagi mengalihkan pendaratan ke Pekanbaru, Riau, demi alasan keamanan.

Kurnianingsih mengemukakan, jarak pandang baru mulai membaik pada pukul 09.00 sejauh 1.500 meter, tetapi pesawat belum direkomendasikan mendarat di Bandara Sultan Thaha Jambi.

Asap Bengkulu Bau

Kabut asap juga terjadi di Bengkulu. Bedanya, di daerah lain kabut asap karena kebakaran hutan dan lahan, di sini pembakaran sampah rumah tangga. Pembakaran sampah ini hampir setiap pagi hingga asap menyelimuti sebagian wilayah di Kabupaten Mukomuko, Bengkulu. Terlebih hujan jarang turun.

Dikutip dari laman Asosiasi Pemerintah Kabupaten Seluruh Indonesia, di Desa Ujungpadang, Kecamatan Kota Mukomuko, Senin(17/9/12) pukul 06.30, kabut asap tebal dari pembakaran sampah rumah tangga warga desa, Kelurahan Pasar Mukomuko, dan Bandarratu.

Meskipun kabut asap tidak begitu tebal dan tidak sampai menutup jarak pandang di sepanjang jalan desa, kabupaten, dan nasional, namun bau sangat busuk dan menganggu pernapasan.

“Baunya sangat busuk sampai masuk dalam rumah, hingga pagi hari pintu sengaja tidak kami buka,” kata Warga Desa Ujungpadang, Nyonya Lisa Novisa, di Mukomuko.

Hampir setiap pagi kabut asap berbau busuk ini menyelimuti sebagian wilayah itu. Dia khawatir bau berdampak terhadap kesehatan anak.

Kepala Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Mukomuko, Risber A RAzak, mengimbau warga tidak asal dan sembarangan membakar sampah rumah tangga terutama pada musim kemarau.”Pengaruhnya sangat besar terhadap kualitas udara, karena sampah yang dibakar itu mengandung berbagai bahan kimia, ketika sampai dihirup bisa berdampak pada kesehatan.”

Artikel yang diterbitkan oleh
, , ,