,

Tur Kepak Sayap Enggang Temukan Perusakan Hutan Gambut Kalbar di Konsesi Pemasok PT APP

Tur Kepak Sayap Enggang-Mata Harimau akan ditutup pada Jumat(28/9/12) di Pontianak, dengan konser Band Navikula. Tur Seri Kalimantan yang telah menyusuri hutan dan perkampungan di Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah dan Kalimantan Barat, pun berakhir. Selama perjalanan ini, terlihat betapa hutan Kalimantan, terkikis. Dari kebakaran hutan, ekspansi sawit sampai tambang, mengancam hutan dan alam di tanah Borneo ini.

TIM aktivis Kepak Sayap Enggang –Mata Harimau Seri Kalimantan, Kamis(27/9/12) di Kuala Labai, Ketapang, Kalimantan Barat (Kalbar), menemukan bukti perusakan hutan lahan gambut, dan habitat orangutan, di lokasi perusahaan penyuplai kayu untuk PT Asia Pulp and Paper (APP).

Aktivis Greenpeace dan Walhi, bersama Robi, vokalis band Navicula, tiba dan menyaksikan lahan yang baru dibuka (land clearing) di tengah perkebunan milik PT Asia Tani Persada.

Zulfahmi, Jurukampanye Hutan Greenpeace Indonesia, mengatakan, mereka ingin melihat APP membuktikan dan menghormati komitmen yang diumumkan untuk menghentikan perusakan hutan.

Eksavator terlihat membuat kanal di hutan lahan gambut dalam konsesi PT Asia Tani Persada, penyuplai PT APP. Foto: Greenpeace

“Perusakan yang kami saksikan hari ini di konsesi suplier mereka jelas bertolak belakang dengan komitmen itu. APP harus mengendalikan suplier mereka jika ingin mendapat kepercayaan dari pasar,” katanya, dalam rilis kepada media, Kamis(27/9/12).

Direktur Walhi Kalbar, Anton P. Widjaya mengatakan, yang dilakukan Asia Tani Persada ini bukan hanya meningkatkan keterancaman ekosistem juga berpotensi menyebabkan konflik dengan masyarakat setempat.  “Seperti merusak sumber air bersih dan batas konsesi dengan lahan warga.”

Moratorium, ujar dia, harus mampu meninjau kembali seluruh perizinan konsesi pada kawasan bergambut dan hutan alam. Konflik di sektor kehutanan maupun perkebunan di Kalbar, terus terjadi, sementara kebijakan moratorium hutan akan berakhir tahun 2013.

“Kesuksesan moratorium harus berdasarkan capaian seperti tuntasnya konflik lahan dengan masyarakat dan melindungi gambut,” ucap Anton.

Pembukaan hutan tengah berlangsung di konsesi PT Asia Tani Persada, suppier PT APP di Kuala Balai, Kalimantan Barat. Foto: Greenpeace
Kayu baru tebang dari pembukaan hutan di konsesi Asia Tani Persada, supplier PT APP di Kuala Balai, Kalimantan Barat. Foto: Greenpeace

Greenpeace, Walhi, AMAN dan sejumlah LSM lain mendesak pemerintah meninjau kembali operasi izin perusahaan perkebunan dan kehutanan. Mereka meminta,  pemerintah mengeluarkan hamparan gambut dalam yang kaya karbon dan habitat satwa dilindungi seperti orangutan dan enggang dari konsesi perusahaan.

Band Navikula Tutup Tur

Band rock asal Bali Navicula akan tampil dalam konser kampanye Tur Kepak Sayap Enggang – Mata Harimau di Gedung Anex Universitas Tanjungpura, Pontianak, Kalbar, Jumat (28/9/12).

Gede Robi Supriyanto, vokalis Band Navicula di Balai Berkuak, Kalbar, Rabu(26/9/12) mengatakan, perjalanan tim menjadi pengendara motor menjadi pengalaman nyata bagi Navicula. Perjalanan ini memperlihatkan, kondisi hutan Kalimantan yang habis akibat eksploitasi sumber daya alam oleh perusahaan tambang dan ekspansi perkebunan sawit.

Kepak Sayap Enggang melintasi tiga provinsi yaitu Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Barat adalah lanjutan Tur Mata Harimau di Sumatra tahun lalu. Di Sumatra, Tim Mata Harimau terdiri dari lima pengendara sepeda motor trail bercorak loreng Harimau Sumatra dan berkostum corak sama. Tur Mata Harimau seri Kalimantan ditambah tiga sepeda motor bercorak burung enggang gading, spesies langka yang dihormati suku Dayak.

Greenpeace mempromosikan Mata Harimau sebagai identitas bagi publik yang peduli pada penyelamatan hutan Indonesia. Harimau Sumatra yang populasinya terancam -diperkirakan tak sampai 400 ekor tersisa. Hutan rumah mereka terkikis. Serupa enggang gading di Kalimantan yang diburu, paruh diambil dan orangutan dianggap hama bagi sawit.

Robi mengatakan, di jalan Trans Kalimantan dari Kabupaten Lamandau, Kalteng menuju perbatasan Kalbar terlihat hanya lautan sawit. Di sekitar Delang, Kalbar, masih ada hutan cantik namun ekspansiperkebunan sawit sudah mendekat.

“Tanpa ada komitmen serius pemerintah untuk menjaga hutan yang pernah menjadi identitas Kalimantan, niscaya bila melewati daerah itu tiga tahun lagi hanya bentangan sawit,” ucap Robi.

Tim Kepak Sayap Enggang-Mata Harimau, melintasi hutan di Kalimantan Barat. Foto: Greenpeace
Personil Band Navikula, Robi sebagai vokalis dan gitaris, drummer oleh Gembul, gitaris, Dangkie dan Made, gitas bass. Mereka bergabung dalam tur Mata Harimau seri Kalimantan. Foto: Greenpeace

Navicula bergabung dengan Tim Mata Harimau di Palangkaraya, Kalteng, sepulang tur dari Kanada. Tim Mata Harimau memulai perjalanan di Banjarbaru, Kalsel pada 16 September. Selama tur Navicula menggelar beberapa pertunjukan musik,  antara lain, dua kali di Palangkaraya.

Tidak hanya di kota besar seperti Palangkaraya dan Pontianak, Navicula juga tampil di hadapan masyarakat adat. Seperti pada pertemuan dengan pengurus Credit Union Gemalaq Kemisiq di Tanjung, Jelai Hulu, Ketapang, Senin (24/9/12).

Credit Union ini tidak hanya bergerak dalam simpan pinjam juga penguatan masyarakat. Masyarakat yang bertahan dengan komitmen ekologis bercocok tanam karet di tengah ekspansi dan penyerobotan lahan oleh perusahaan sawit. CU Gemalaq Kemisiq berdiri tahun 1999 memiliki 10.200 anggota tersebar di tujuh kecamatan dan mengelola aset Rp110 miliar.

Navicula akan membawa materi dokumentasi dari Tur Mata Harimau di konser Sound For Orangutan di Rolling Stone Cafe, Jakarta Selatan, Minggu (30/9/12). Konser ini untuk penggalangan dana bagi Center for Orangutan Protection (COP).

Navicula akan melanjutkan tur ke Kaltim dan Kalsel sebagai rangkaian Borneo Tour 2012. Borneo Tour Navicula dibiayai lewat proyek di portal pendanaan oleh crowdfunding kicsktarter.com dan patungan.net.

Pada proyek di kickstarter.com, Navicula berhasil mendapatkan dukungan US$ 3.142 dalam waktu 30 hari dari durasi proyek 45 hari. Dana itu untuk biaya transportasi band dan tim ke bumi Kalimantan, menggelar konser bersama skena musik lokal dan lembaga konservasi lingkungan.

Artikel yang diterbitkan oleh
, , , ,