Sektor Pertanian Sebabkan 80% Deforestasi di Kawasan Tropis

Sektor pertanian adalah pendorong langsung terjadinya 80% deforestasi di kawasan tropis, sementara penebangan hutan menjadi penyebab tunggal degradasi hutan, ungkap sebuah laporan yang didanai oleh pemerintah Inggris dan Norwegia.

Laporan ini, ditulis oleh Gabrielle Kissinger dari Lexeme Consulting di Vancouver dan Martin Herold serta Veronique De Sy dari Universitas Wageningen di Belanda, membahas seputar pendorong terjadinya deforestasi untuk memberi masukan bagi para pembuat kebijakan yang terlibat dalam pengembangan mekanisme REDD+, sebuah program internasional yang bertujuan menekan emisi karbon akibat dari deforestasi dan degradasi hutan. Data yang ada di dalam laporan ini bersumber dari berbagai terbitan ilmiah hingga laporan pemerintah sampai World Bank dan analisis PBB.

Estimasi di tingkat benua akan pentingnya faktor pendorong deforestasi seperti yang dilaporkan di 46 negara: (a) dalam hal proporsi benua secara keseluruhan jumlah data negara dihitung dengan perubahan kawasan hutan bersih berbanding negara (km2 / y, FAO, 2010a) untuk periode 2000-2010 (b) data yang sama ditunjukkan dalam hal perubahan kawasan hutan nasional yang mutlak bersih dengan (km2 / y, FAO, 2010a), dan (c) untuk estimasi benua terkait  tingkat pentingnya faktor pendorong  relatif terhadap degradasi hutan (Sumber: Hosonuma et al. , 2012). Caption dan gambar courtesy of Kissinger et al. Klik gambar untuk memperbesar.

Laporan berjudul Drivers of Deforestation and Forest Degradation ini mencatat bahwa aktivitas industri adalah pendorong dasar dari terjadinya deforestasi dan degradasi hutan di seluruh dunia, namun pertanian subsisten dan konsumsi kayu menjadi pendorong langsung yang sangat penting terhadap terjadinya deforestasi, terutama di Afrika. Faktor pendorong ini bervariasi di berbagai skala regional. Misalnya, pembuatan wilayah peternakan dan pertanian skala besar adalah pendorong utama deforestasi di Amerika Latin, sementara itu ekspansi perkebunan kelapa sawit, pertanian intensif dan perkebunan pulp and paper menjadi penyebab utama deforestasi di Indonesia.

Laporan ini juga membahas faktor pendorong tidak langsung deforestasi, termasuk harga komoditi dunia, tren populasi, korupsi dan pemerintahan yang lemah, hak-hak kepemikan tanah, konsumsi dan kebijakan pemerintah.

“Temuan kami memastikan bahwa pertumbuhan ekonomi yang berbasis pada ekspor beberapa komoditi utama dan meningkatnya permintaan akan kayu dan berbagai produk pertanian dalam ekonomi global adalah pendorong tidak langsung yang sangat penting,” ungkap para penulis.

Kendati tekanan terhadap hutan terus meningkat seiring dengan meningkatnya konsumsi dan globalisasi ekoomi, serta meningkatnya jumlah penduduk dunia, laporan ini melihat adanya sebuah harapan bagi hutan di seluruh dunia.

“Ada strategi yang menjanjikan untuk memisahkan pertumbuhan ekonomi dari deforestasi,” jelas laporan ini. Pendekatan nasional -berbasis pada tata guna lahan yang efektif, kebijakan dan insentif- memungkinkan adanya sebuah perubahan dari aktivitas yang memakan biaya digantikan dengan pembangunan yang rendah karbon tanpa mengorbankan pembangunan ekonomi. Namun, mengatasi faktor-faktor utama tadi menjadi sangat penting untuk menentukan apakah intervensi faktor-faktor pendorong tadi akan berhasil mereduksi emisi yang ditargetkan.”

Wilayah-wilayah yang terjadi deforestasi di Indonesia dan upaya lanjutan untuk mengatasinya. Peta menggunakan dari penginderaan jarak jauh Landsat antara tahun 2000-2009. Klik untuk memperbesar peta. Sumber: MOFOR 2011

Kendati demikian, tantangan masih tetap ada. Skala yang berbeda-beda dari faktor pendorong deforestasi artinya intervensi yang akan dilakukan juga harus berjalan melaintasi berbagai skala tersebut. Solusi juga akan diperlukan untuk mengatasi pemerintahan yang buruk dan terutama di berbagai institusi yang masih tertinggal di beberapa negara, begitu pula dengan minimnya transparansi dalam tata guna lahan dan adanya berbagai kepentingan bisnis yang masuk dalam manajemen kehutanan.

Memangkas deforestasi dan degradasi memang bisa menekan emisi gas rumah kaca jutaan ton setiap tahun, dan sisi lain, menyelamatkan habitat juga akan menjaga ekosistem yang masih tersisa. Namun kuncinya, adalah untuk memaksimalkan manajemen hutan yang baik dan agar bisa membawa keuntungan untuk berbagai pihak, meningkatkan kinerja pemerintahan, mendorong produktivitas, memperkuat tata guna lahan dan melawan korupsi menjadi faktor penting.

CITATION: Drivers of Deforestation and Forest Degradation; Gabrielle Kissinger, Principal, Lexeme Consulting, Vancouver, Canada, Martin Herold and Veronique De Sy of Wageningen University, The Netherlands.

Artikel yang diterbitkan oleh
, , , ,