SETELAH lengan kanan diamputasi, Pelangsi, orangutan liar yang diselamatkan oleh tim International Animal Rescue (IAR) di hutan Pelangsi, Kuala Satung, Kalimantan Barat (Kalbar) sudah pulih. Ia siap dilepasliarkan ke alam bebas.
Pelangsi pulih dari operasi dan mampu bergerak, memanjat di kandang meskipun cacat. Kontak manusia dengan orangutan dewasa jantan ini dijaga minimum. Semua pengobatan cedera diupayakan yang meminimalkan stres.
Direktur Eksekutif IAR, Karmele Llano Sanchez mengatakan, Pelangsi sangat aktif dan mudah-mudahan tak terlalu lama sebelum kembali ke hutan serta menunjukkan seberapa baik ia dapat mengatasi cacatnya.
“Ia penuh semangat mengumpulkan daun dan cabang-cabang yang disediakan. Ia membuat sarang serta bisa jadi tidak melupakan keterampilan ini untuk bertahan hidup di alam liar.”
Saat ini, tim IAR bekerja sama dengan kelompok lokal, Yayasan Palung, guna mengidentifikasi lokasi pelepasliaran Pelangsi di hutan yang aman, bebas jerat dan ancaman manusia lain.
Pelangsi ditemukan April 2012 terperangkap jerat, dan bertahan tanpa makan dan minum selama 10 hari. Beruntung, tim IAR menemukan dan menyelamatkan orangutan yang hampir mati ini. Lengan kanan terkena jerat yang disiapkan untuk menjebak rusa dan babi hutan.
Tim penyelamat dipimpin Direktur Hewan Karmele Llano Sanchez, membebaskan dari jerat dan memberikan obat penenang kepada orangutan ini. Ia juga diberi cairan untuk mengatasi dehidrasi parah sebelum dibawa ke klinik IAR di Ketapang.
Pelangsi, begitu nama yang diberikan sesuai daerah di mana ia ditemukan. Selama 48 jam pertama kondisi orangutan ini tetap kritis dan tidak cukup stabil menjalani operasi. Ia mengalami septicemia sebagai akibat cedera. Tangan juga infeksi. Dia terus diberi cairan intravena dan antibiotik serta obat penghilang rasa sakit. Tim medis bekerja berjam-jam untuk menyelamatkan. Karena parah dan infeksi, lengan Pelangsi, harus diamputasi.
Tim dokter hewan IAR Indonesia, dipimpin Adi Irawan, di bawah bimbingan Paolo Martelli, Kepala Dokter Hewan Ocean Park Hong Kong. Setelah lima jam menjalani operasi pemotongan lengan, Pelangsi, mulai pulih. Orangutan ini membuat kemajuan baik. Sanchez mengatakan, operasi berjalan lancar dan mampu mengamputasi lengan siku ke bawah.
Ia mulai membaik dan membutuhkan dua bulan untuk pulih dari operasi. Kini, Pelangsi mencoba bersembunyi di bawah dedaunan di kandangnya setiap kali dokter hewan mendekati.
Dikutip dari website IAR, menyebutkan, warga lokal yang memasang perangkap mengatakan, memasang 60 jerat di hutan yang hanya 400 hektare itu. Hutan di Pelangsi, adalah rumah bagi sejumlah besar orangutan yang melarikan diri dari perkebunan sawit baru, PT Kayung Agro Lestari (PT KAL) dari Austindo Nusantara Jaya Group.
Pusat IAR di Ketapang, sudah merawat tiga bayi orangutan yang diselamatkan dari perkebunan sawit PT KAL. Tim juga gagal menyelamatkan tiga lagi yang ditemukan di sana selama operasi pembukaan lahan.
Perusahaan ini adalah anggota dari Round Table on Sustainable Palm Oil (RSPO), asosiasi yang dibentuk untuk mempromosikan produksi berkelanjutan dan penggunaan minyak sawit. Mereka bertanggung jawab atas sejumlah besar kematian orangutan di daerah itu.
Sanchez mengatakan, Pelangsi adalah contoh nasib orangutan yang tak terhitung , kehilangan tempat tinggal dan lapar ketika hutan ditebang. “Pusat penyelamatan kami sekarang merawat 50 orangutan. Jumlah itu terus meningkat pesat hingga ada tindakan nyata perusahaan sawit melindungi orangutan dan satwa liar lain dari efek merusak industri mereka. ”
Alan Ksatria OBE, Chief Executive IAR, menambahkan, tim dokter hewan Indonesia dan Eropa bekerja sepanjang jam menyelamatkan nyawa Pelangsi itu. “Saya tidak bisa lebih bangga dengan komitmen dan dedikasi mereka untuk membantu dan menyembuhkan hewan yang sakit dan terluka.” “Terima kasih kepada Dr Adi, Dr Wendi, Dr Silje, Dr Richa, Dr Yesus dan Dr Raul untuk semua yang mereka lakukan.”