Walt Disney Tinggalkan Produk Asia Pulp & Paper Karena Rusak Hutan Indonesia

Salah satu penerbit buku anak-anak kelas dunia, Walt Disney akhirnya mengambil langkah tegas terkait penggunaan material kertas yang digunakan dalam berbagai produk mereka. Seperti dilaporkan oleh Guardian.co.uk, mulai saat ini, Walt Disney akan membuat produk buku mereka hanya dari sumber kertas terpercaya dan ramah lingkungan dengan memutuskan hubungan bisnis dengan produsen kertas ketiga terbesar di dunia Asia Pulp and Paper.

Keputusan ini diambil perusahaan penghasil produk anak-anak tersohor ini setelah bernegosiasi selama dua tahun dengan Rainforest Action Network (RAN) dalam sebuah kebijakan tertulis. Kebijakan ini intinya menekankan bahwa Walt Disney akan melakukan segalanya untuk menjaga hutan tropis yang terancam dan ekosistemnya.

“Disney menyuarakan kebijakan perusahaan ini untuk tidak mengorbankan hutan hujan tropis yang semakin terancam di Indonesia atau dimanapun, demi kertas yang kami gunakan setiap hari,” ungkap Direktur Eksekutif RAN, Rebecca Tarboton dalam pernyataan mereka. Kini, kisah The Jungle Book benar-benar tak lagi merusak hutan.

Secara teknis, Disney akan mengindari penggunaan kertas yang berasal dari kayu keras yang berasal dari hutan tropis Indonesia dan akan mencari sumber alternatif seperti misalnya kertas daur ulang atau kertas dengan standar yang sudah terverifikasi sesuai dengan Forest Stewardship Council (FSC).

Secara otomatis, kebijakan ini mengakhiri hubungan bisnis Walt Disney dengan produsen kertas ketiga terbesar di dunia yaitu Asia Pulp and Paper serta Asian Pacific Resources International Holdings (APRIL), yang selama ini terlibat dalam penggundulan jutaan hektar hutan tropis di Indonesia.

Selain memutus hubungan dagang dengan APP dan APRIL, Walt Disney juga menegaskan niat mereka untuk bekerjasama dengan lembaga-lembaga non-pemerintah untuk mengidentifikasi dan memprioritaskan perhatian mereka terhadap negara-negara yang tidak memiliki manajemen kehutanan yang baik dan masih memiliki angka deforestasi yang tinggi. Perkembangan terkait kebijakan ini akan dimasukkan dalam bagian khusus dalam laporan tahunan mereka.

Walt Disney merupakan perusahaan penerbitan kesembilan yang sudah mengambil langkah tegas memutus rantai deforestasi dengan pebisnis yang melakukan penggundulan hutan, sebagai sebuah tanggapan nyata dari penelitian yang dilakukan oleh Rainforest Action Network di tahun 2010, yag memuat data-data ilmiah serta bukti-bukti bahwa buku-buku yang diterbitkan untuk anak-anak selama ini sudah menggunduli hutan dunia.

Awalnya, Walt Disney tidak menanggapi masukan yang diberikan oleh RAN, namun semua berubah drastis setelah para aktivis RAN yang berdandan seperti Mickey dan Minnie Mouse melakukan aksi di pintu gerbang kantor utama Walt Disney di tepian kota Los Angeles di Burbank bulan Mei 2011 silam, sambil membawa banner besar bertuliskan: ‘Disney: Merusak Hutan Indonesia’. Seminggu setelah aksi tersebut delegasi senior eksekutif mulai berdatangan ke San Fransisco dimana kantor RAN berada dan memulai negosiasi.

“Transparansi dalam rantai suplai kertas ini sangat menantang. Bahan kertas ini bermula dari hutan ke pabrik pengolahan lalu ke pedagang, ke percetakan, ke penyuplai dan kemudian ke Disney,” ungkap Robin Averbeck yang memimpin kampanye ke Disney. Ia juga mengatakan bahwa tidak memerlukan waktu lama bagi para eksekutif senior di Disney untuk memahami bagaimana citra Walt Disney sebagai perusahaan bisa hancur berantakan jika mereka terus terlibat dalam kejahatan lingkungan penggundulan hutan tropis dunia, yang menjadi rumah harimau Sumatera dan gajah Sumatera serta ikut menyumbang dalam pemanasan global.

Peta tutupan hutan alam di Sumatera tahun 1985 (kiri) dan tahun 2005 (kanan). SUMBER: Jajang Jamaludin. Going After the Big 14. Tempo Magazine. 22 April 2012.

Masalahnya, sekarang adalah luasnya bisnis yang dimiliki oleh Disney, karena mereka memiliki 25.000 pabrik dan 10.000 diantaranya ada di Cina, dan kebijakan baru ini tidak cuma meliputi kertas untuk buku, namun juga brosur taman hiburan, menu di kapal pesiar dan alat-alat tulis di perusahaan mereka.

RAN sejauh ini sukses untuk menekan penggunaan kertas dari hutan tropis dunia ke banyak penerbit terkemuka dunia, diantaranya adalah Random House, Pierson/Penguin, Mattel dan Tiffany yang sudah mempraktekkan bisnis berkelanjutan. Satu-satunya perusahaan besar yang masih gagal untuk mereka ubah pendiriannya adalah HarperCollins. Sebenarnya perusahaan ini pernah bernegosiasi terkait penggunaan kertas mereka dengan RAN, namun tanpa sebab yang jelas kemudian mereka mundur dan tidak menyebutkan alasannya secara terbuka. HarperCollins adalah perusahaan milik raja media Rupert Murdoch.

Perusahaan asal Amerika Serikat lainnya yang baru saja memutukan hubungan dengan Asia Pulp and Paper adalah jaringan perdagangan eceran atau retail bernama Dollar General, yang memiliki 100.000 toko di seluruh wilayah Amerika Serikat.

Artikel yang diterbitkan oleh
, , ,