Penelitian: Degradasi Lingkungan, Peringkat Resiko Bencana Indonesia Melonjak

Penurunan kualitas lingkungan akibat deforestasi yang terjadi, serta ancaman terhadap kelestarian wilayah perairan dan terumbu karang Indonesia, jelas tidak hanya membahayakan berbagai spesies yang tinggal di dalamnya. Hal terpenting dan paling berbahaya dari dampak kerusakan lingkungan tersebut, justru mengancam manusia Indonesia, yang kini masuk dalam kategori rentan terhadap resiko terjadinya bencana alam.

Hal ini terungkap dalam sebuah laporan bertajuk World Risk Report 2012 atau Laporan Resiko Dunia 2012, yang merupakan basil kerjasama antara German Allinace for Development Works (Alliance), United Nations University Institute for Environment and Human Security (UNU-EHS) dan The Nature Conservancy (TNC).

Laporan Resiko Dunia 2012, mengkaji  siapa saja yang beresiko terhadap bencana alam, apa saja yang menyumbang  terhadap resiko itu dan apa saja yang bisa dilakukan tentang hal tersebut. Dunia mencatat rekor yang cukup mengkhawatirkan selama dekade 2002-2011, yaitu terjadi 4.130 bencana, lebih dari satu juta kematian dan kerugian ekonomi minimal 1.195 triliun dolar.

Dalam laporan ini, terungkap rentannya kondisi Indonesia yang kini berada pada peringkat negara dengan resiko tinggi ke-33 dunia dengan nilai 10.74%. Negara kita yang membentang di garis khatulistiwa ini juga beresiko sangat tinggi terkena empat jenis bencana alam, yaitu gempa bumi, badai, banjir, dan kenaikan air laut.

Menurut Dr. Michael Beck, penurunan kualitas lingkungan memang berbpengaruh sangat signifikan dalam menaikkan resiko suatu negara terhadap bencana. “Laporan ini menggambarkan peranan kuat yang dapat dimainkan oleh alam dalam mengurangi resiko terhadap manusia dan harta benda dari bahaya alam di wilayah pesisir seperti badai, erosi dan banjir. Terumbu karang, tiram dan bakau menawarkan pertahanan garis depan yang fleksibel, hemat biaya, dan  berkelanjutan, serta manfaat lain seperti perikanan dan pariwisata yang sehat yang tidak pernah disediakan oleh dinding laut dan pemecah gelombang buatan,” kata Dr. Michael Beck, Ilmuwan Kelautan Utama TNC.

Hal senada, juga diungkapkan oleh Direktur Program Kelautan TNC Indonesia, Abdul Halim. “Asia Tenggara, khususnya Indonesia, sejauh ini memiliki jumlah penduduk terbesar yang tinggal di dataran rendah. Terumbu karang di area ini tergolong paling terancam, maka perlindungan dan pemulihan terumbu karang adalah krusial untuk memastikan agar terumbu karang terus memberikan manfaat bagi manusia sekarang dan generasi mendatang. Kita harus berusaha untuk terus mendorong pemerintah dan para pamangku kepentingan lokal untuk terlibat lebih jauh dalam konservasi kelautan dan penggunaan sumber daya alam yang berkelanjutan.”

Dalam laporan ini juga terungkap, 15 negara yang paling beresiko seluruhnya adalah negara tropis dan pesisir di mana habitat pesisir seperti terumbu karang dan bakau memegang peranan yang sangat penting bagi kehidupan dan mata pencaharian masyarakat. Terumbu karang misalnya, dapat mengurangi energi gelombang yang mendekati pantai lebih dari 85 persen.

“Laporan Resiko Dunia terbaru memberi kita gambaran nyata tentang perusakan lingkungan dalam skala global yang meningkat menjadi ancaman langsung bagi umat manusia. Ketika daerah lereng telah mengalami deforestasi, ketika terumbu karang, bakau, dan lahan basah yang dilindungi telah mengalami penurunan atau bahkan telah sepenuhnya hilang, kekuatan alam memiliki dampak yang jauh lebih tinggi daripada daerah yang tak berpenghuni,” pernyataan dari Peter Mucke, Direktur Alliance Development Works.

Artikel yang diterbitkan oleh
, , , ,