,

Seekor Pesut Ditemukan Mati di Perairan Kalimantan Barat

SEEKOR pesut (Orcaella brevirostris) ditemukan mati di sungai sekitar Batu Ampar Kecil, Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat (Kalbar). Senin(15/10/2012) sekitar pukul 17.00, tim survei WWF berangkat dari Camp Kandelia menuju lokasi pengamatan bekantan di Batu Ampar Kecil.

Saat itu, setelah menempuh perjalanan kurang lebih 30 menit menggunakan speedboat, dengan kecepatan 30 PK, Rinto, karyawan PT Kandelia, bercerita pernah melihat tiga kawasan pesut pada pagi hari di sungai yang mereka lalui. “Pada sore hari ketika mau kembali ke basecamp, tiga kawanan pesut masih dijumpai,” katanya.

Tak berapa lama berselang, Rinto meminta driver speedboat memutar balik. Dia melihat di sungai, persis di sisi kanan tempat duduknya ada pesut mati. Tidak ditemukan luka fisik pada pesut. Hanya ada beberapa bagian kulit terkelupas dan mengeluarkan gas dari dalam tubuh.

Pada 27 Maret 2012, pesut juga ditemukan mati oleh Tim WWF-Indonesia Program Kelautan di padang peneluran penyu Kecamatan Paloh, Kabupaten Sambas, Kalbar.

Peneliti pesut dari WWF-Indonesia, Dwi Suprapti pada Maret 2012 dalam rilis kepada media, mengatakan,  temuan ini mencerminkan keterancaman pesut tinggi di Kalbar.

Salah satu penyebab kematian lumba-lumba hidung pesek ini diduga akibat terjaring tanpa sengaja (by catch) oleh jaring plastik nelayan. Ini sangat beralasan mengingat pesut tidak mampu mendeteksi keberadaan jaring plastik yang tipis dan bening dengan sonar yang dimilikinya.

“Nah, di saat berusaha mengejar ikan dan udang sebagai salah satu pakan utama, di sinilah pesut itu ikut terjaring. Pesut itu hewan air yang bernafas dengan paru-paru. Di saat terjaring, pesut tak dapat mengambil oksigen di permukaan dan akhirnya mati.”

Untuk pesut di Kalbar, belum ada penelitian apakah sama dengan pesut yang ada di Sungai Mahakam, Kalimantan Timur (Kaltim). Pesut Mahakam merupakan sub-populasi Orcaella brevirostris baru ditemukan di sana.

Dikutip dari Berani.co.id, di Sungai Mahakam populasi pesut diperkirakan sekitar 70 ekor (2005). Ancaman tertinggi kelangkaan populasi pesut Mahakam oleh belitan jaring nelayan. Selain itu, habitat terganggu, baik oleh lalu-lintas perairan Sungai Mahakam maupun pencemaran air, erosi, dan pendangkalan sungai akibat pengelolaan hutan di sekitar.

Kelestarian pesut terancam karena bahan makanan berupa udang dan ikan terbatas, karena harus bersaing dengan para nelayan di sepanjang Sungai Mahakam.

Rendahnya populasi ini membuat lumba-lumba air tawar ini menjadi salah satu binatang paling langka di Indonesia. nternational Union for Conservation of Nature (IUCN) pun memasukkan pesut sebagai critically endangered atau kritis alias berada dalam keterancaman tertinggi.

Artikel yang diterbitkan oleh
, ,