Laporan PBB: 870 Juta Penduduk Dunia Kurang Gizi, 100 Juta Diantaranya Balita

Kondisi dunia saat ini, dimana internet dan sosial media merajalela lewat puluhan jenis gadget canggih terkini, ternyata masih terdapat 870 juta orang yang masih mengalami kekurangan gizi. Angka ini, kira-kira sama dengan satu dari delapan penduduk dunia masih jauh dari kondisi sehat. Hal ini terungkap dalam laporan terkini PBB.

Kendati angka kelaparan dunia menurun dari tahun 1990 hinga 2007, namun kemajuan yang diraih sangat lamban, terkait krisis ekonomi global. Apalagi, dalam beberapa tahun belakangan ini, berbagai kondisi cuaca yang ekstrem juga sangat mempengaruhi produksi pangan dunia.

Ternak mati akibat kemarau berkepanjangan di Afrika Timur tahun 2011 silam. Foto: Oxfam Afrika Timur

“Kami rasa itu hal yang tidak bisa diterima samasekali dengan adanya fakta lebih dari 100 juta anak balita mengalami kekurangan berat badan,” dalam pembukaan laporan yang dikerjakan bersama antara Food and Agriculture Organization (FAO), International Fund for Agricultural Development (IFAD), dan World Food Programme (WFP), berjudul State of Food Insecurity in the World 2012. Dalam laporan ini juga dibahas betapa sulitnya untuk mengembangkan potensi bocah-bocah tersebut baik potensi sebagai manusia maupun sosial ekonomi, mengingat kekurangan pangan ini menjadi penyebab kematian 2,5 juta anak setiap tahun.

Sejak awal 1990-an hingga hari ini, jumlah penduduk dunia yang kelaparan berkurang hingga 132 juta orang, atau turun sekitar 18,6% menjadi 12,5% dari populasi total dunia. Kendati terjadi kemajuan, setiap wilayah ternyata mengalami hal yang berbeda-beda.

Faktanya, di Afrika kelaparan meningkat. Sekitar 64 juta orang mengalami kelaparan sejak tahun 1990-an. Pertumbuhan jumlah penduduk juga yang tertinggi di Afrika.

Secara keseluruhan, dunia berharap bisa menekan angka kelaparan hingga 11,6% di tahun 2015, sebagai salah satu Tujuan Pembangunan Millenium atau Millenium Development Goals (MDG). Namun para ahli mengatakan, hal ini mungkin akan sulit untuk dicapai, terutama mengingat pertumbuhan penduduk dunia yang terus terjadi dan meningkatnya berbagai peristiwa cuaca ekstrem seperti kekeringan dan banjir, dimana hal itu terkait langsung dengan perubahan iklim.

Seperti yang sudah terjadi di Amerika Serikat yang mengalami gelombang panas dan kekeringan, lalu di Eropa yang diterjang banjir, serta kemarau panjang di Rusia dan Ukraina telah menybabkan turunnya produksi pangan dunia. Sementara itu, meningkatnya permintaan akan daging dan produk-produk turunannya di negara berkembang dan konflik berkepanjangan antara pangan dan biofuel semakin memperbesar biaya pangan global. Dan pada akhirnya, ledakan populasi di berbagai belahan dunia memaksa produksi pangan harus terus berkembang setiap tahun untuk mengejar ketertinggalan.

“Kita tidak sanggup memproduksi pangan sebanyak kita mengonsumsinya. Itu sebabnya cadangan pangan terus menurun. Suplai pangan sangat terbatas di seuruh dunia dan cadangan pangan berada di level sangat rendah, sehingga tak bisa mengantisipasi jika sesuatu terjadi di tahun berikutnya,” ungkap Abdolreza Abbassian, ahli ekonomi di FAO kepada the Guardian baru-baru ini.

Dunia mengonsumsi pangan lebih dari yang mampu disediakan. Foto: Rhett A. Butler

Tahun 2012, diharapkan menjadi tahun keenam di sebelas tahun terakhir dimana masyarakat global mengonsumsi pangan lebih dari kemampuan ketersediaannya. Ketidakberimbangan ini telah menyebabkan cadangan pangan banyak negara berkurang secara signifikan dalam sepuluh tahun terakhir.

Kendati demikian, para ahli mengatakan bahwa situasi terkini belum mencapai level krisis di tahun 2008 atau 2011. Pertumbuhan komoditi gandum, padi dan gula masih baik sejauh ini. Namun jika cuaca ekstrem kembali terjadi tahun depan, hal itu bisa menekan produksi pangan dan harga pangan ke arah yang berbahaya.

Pada akhirnya, laporan PBB ini menggarisbawahi bahwa 870 juta orang di dunia masih kekurangan gizi, sementara 1,4 juta orang lain mengalami obesitas dan penyakit terkait. Hal ini meninggalkan tanda tanya besar, apakah pertumbuhan ekonomi berkorelasi dengan nutrisi yang lebih baik.

Artikel yang diterbitkan oleh
, , , , , , , , ,