, , ,

Tiga Saudara Mencengkeram Rimba Kubu Raya (bagian 2)

KALA rombongan berkunjung ke areal kerja PT Bina Ovivipari Semesta (Bios), terkesan keselamatan kerja cenderung diabaikan. Pekerja di perusahaan ini terkesan tidak memiliki standar operasional prosedur (SOP) dalam meminimalisasi kecelakaan. Salah satu terlihat di Unit Produksi Arang di Kampung Bunbun, Desa Tanjung Harapan, Rabu (17/10/2012). Tak satu pun pekerja arang mengenakan masker. Padahal, ada sekitar 90 karyawan bekerja di situ.

PT Bios memperoleh IUPHHK melalui SK No 68/Menhut-II/2006 pada 27 Maret 2006 dengan konsesi seluas 10.100 hektar. Unit Produksi Arang PT Bios memiliki 47 tungku pembakaran dan menghasilkan 800 – 1.000 kilogram arang per bulan per tungku. “Setelah proses pembakaran selesai, arang dikemas dalam karung plastik sebelum diekspor ke Korea,” kata Sutrosno, Koordinator Service Dapur Unit Produksi Arang PT Bios.

Supervisor Perencanaan, Toto Subiyakto menjelaskan, selain produksi arang, mereka juga menjual bahan baku industri chip ke PT Bina Silva Nusa (BSN). Namun, tidak diketahui berapa kemampuan kedua perusahaan itu memasok kebutuhan bahan baku BSN. Direksi enggan memperlihatkan industri chip mereka dengan alasan kondisi alam tidak memungkinkan.

Optimistis Kelola Hutan Lestari

Meski sederet persoalan terbentang di lapangan, Direktur Utama PT Kandelia Alam, Fairus Mulia optimistis bisa mengelola hutan secara lestari. Sama seperti PT Bios– yang sudah menerima Sertifikat Pengelolaan Hutan Produksi Lestari (PHPL) pada 8 Agustus 2012. “Kita sedang bergerak meraih sertifikat itu,” katanya.

Bahkan, Kandelia Group siap menerapkan Sistem Verifikasi Legalitas Kayu (SVLK) dan Forest Stewardship Council (FSC). FSC merupakan skema pengelolaan hutan dengan memperhatikan tiga aspek utama, yakni ekologi, lingkungan, dan sosial.

Skema ini sekaligus memastikan, semua produk kayu di pasar memiliki status legalitas yang bisa dipertanggungjawabkan. Sebagai organisasi konservasi, WWF-Indonesia mencoba memfasilitasi perusahaan pengelola hutan alam melalui program Global Forest and Trade Network (GFTN).

Perusahaan pemegang konsesi hutan alam yang berkomitmen tinggi mengelola hutan terus didampingi dalam menerapkan best management practice (BMP). Perusahaan juga dituntut menjaga hutan dengan mengindahkan aspek konservasi demi keberlangsungan spesies dan masyarakat sekitar hutan. Mari kita lihat. Warga Kubu Raya menanti komitmen Kandelia Group. Habis

Karyawan PT Bios, di area penebangan. Foto: Andi Fachrizal
Artikel yang diterbitkan oleh
, ,