Penelitian: Rantai Produksi Pangan Sumbang Sepertiga Emisi Karbon Dunia

Tahukah anda? Rantai produksi pangan manusia, mulai dari penanaman, pengiriman, proses pendinginan hingga makanan  yang terbuang menyumbang kurang lebih 19 hingga 29 persen emisi gas rumah kaca di seluruh dunia di tahun 2008 silam. Hal ini terungkap dalam sebuah analisis yang dikeluarkan oleh CGIAR Research Program on Climate Change, Agriculture and Food Security (CCAFS). Jika dikonversi ke dalam angka, jumlah ini kira-kira antara 9,8 hingga 16,9 miliar ton karbondioksida, atau duakali lipat emisi bahan bakar fosil di seluruh negara Cina di tahun yang sama. Lebih dari 80% emisi pangan ini berasal dari proses produksi (yaitu pertanian dan perkebunan) dimana di dalamnya termasuk deforestasi dan alihfungsi lahan.

“Kami berpendapat bahwa agrikultur adalah pemain kunci dalam perubahan iklim,” ungkap Frank Rijsberman, CEP Konsorsium CGIAR, dalam rilisnya. “Tak hanya adanya fakta bahwa emisi dari sektor pertanian ternyata lebih besar dari yang diperkirakan, namun juga adanya catatan cuaca bulanan sebagai bagian dari penyesuaian iklim regional, membuktikan adanya kebutuhan penelitian untuk membantu petani kecil untuk beradaptasi ke dalam kondisi yang selalu baru.”

Kendati para peneliti telah sejak lama memperkirakan biaya akibat adanya perubahan iklim dari sektor pangan, namun ini adalah analisis pertama yang melibatkan industri pangan secara keseluruhan.

“Hal ini termasuk pengembangan dari sisi pemupukan, kemudian proses pertanian itu sendiri, lalu juga distribusi pangan dan penjualan, penggunaan makanan di rumah rangga, dan bagaimana sisa makanan yang tidak terpakai itu diolah,” ungkap penulis utama laporan ini, Sonja Vermeulen, kepada Inter Press Service dalam sebuah wawancara.

Para analis mencatat bahwa perubahan iklim bisa menyebabkan adanya orang yang dirugikan dan diuntungkan dalam sistem pertanian. Beberapa jenis tanaman harus ditinggalkan seiring dengan panas yang meningkat, sementara tanaman lain jutsru bisa berkembang. Bagaimanapun, kondisi ketahanan pangan, terutama di negara-negara miskin akan terus mengancam di dunia yang semakin panas ini.

“Kepedulian utama dalam isu sistem pangan dunia yang berada di dalam perubahan iklim ini adalah saat ini kondisinya mengurangi kemampuan dunia untuk menyediakan cadangan pangan bagi populasi yang rentan terhadap kelaparan dan kekurangan gizi,” tulis laporan tersebut.

Menurut data dari PBB sekitar satu dari delapan penduduk dunia saat ini mengalami kekurangan gizi, atau sekitar 870 juta penduduk dunia. Para ahli perubahan iklim mengaitkan hal ini dengan kondisi cuaca yang ekstrem -gelombang panas, kekeringan dan banjir- sebagai bagian dari pemanasan global.

Artikel yang diterbitkan oleh
, , , , ,