Diduga akibat alih fungsi lahan rawa menjadi perkebunan sawit di kawasan Muara Pahu, habitat Pesut Mahakam (Orcaella brevirostris) mengalami perpindahan secara besar-besaran hingga Muara Muntai, hal ini di jelaskan Ivan Yusfi Noor, Karyasiswa Kemenhut IPB Bogor, yang melakukan penelitian S3 tentang konservasi Pesut Mahakam.
Menurut Ivan Pesut Mahakam atau dalam bahasa inggrisnya disebut Irrawaddy dolphin awalnya banyak di jumpai di kawasan Muara Pau Kabupaten Kutai Barat, sekitar 10 tahun yang lalu, namun saat ini Pesut Mahakam lebih memilih untuk pindah ke bagian hilir.
“Saya belum bisa memastikan karena masih melakukan penelitian, namun ada kemungkinan besar perubahan alih fungsi lahan rawa menjadi perkebunan sawit, mengakibatkan ikan-ikan kecil yang menjadi makanan utama Pesut menghilang, sehingga Pesut saat ini lebih sering dijumpai dikawasan Muara Muntai,” kata Ivan saat di hubungi Mongabay Indonesia pekan lalu.
Mahasiswa S3 IPB Bogor ini nyaris sebulan lalu, 10 Oktober 2012, menemukan satu pesut muda dengan jenis kelamin perempuan, tewas di pinggir sungai di kawasan Muara Muntai. Ivan mendapati salah satu ekor pesut sedang mengapung dan terdapat jerat bekas jaring ikan di leher dan ekor.
“Satu lagi pesut muda mati karena rengge atau jala, sayang sekali, pengalaman yang sama sekali tidak diharapkan, Saya menemukan pesut mati ketika melakukan penelitian yang justru dilakukan untuk berusaha melestarikan satwa ini,” kata Ivan.
Dalam peristiwa tersebut, untuk pertama kalinya 30 ekor pesut muncul di kawasan Muara Muntai yang saat itu pada posisi air surut. Ke 30 ekor pesut tersebut terlihat seolah-olah sedang mencoba menolong pesut muda yang tewas akibat terkena jala dan ini diakui motoris bernama Udin yang membantu penelitian Ivan. “Untuk pertama kalinya saya melihat Pesut Mahakam muncul sekitar 30 ekor dan ini baru pertama kali dari sekian kali saya mengantar tamu atau peneliti,” papar Udin seorang warga setempat.
Menurut Ivan dari data tahun 2010 lalu jumlah Pesut Mahakam sekitar 87 ekor, namun diperkirakan menurun karena belakangan ini sudah tiga kali pesut ditemukan tewas akibat rengge, atau jala. “Saya belum bisa memastikan berapa banyak jumlah pesut, yang pasti data terakhir tahun 2010 sekitar 87 ekor, dan saat ini belum di ketahui terjadi penurunan atau penambahan,” ungkap Ivan.
Sementara itu salah seorang warga di kawasan Muara Kaman, bernama Ayek saat di temui Mongabay Indonesia sepekan sebelumnya mengaku, selama 40 tahun ia berada di Kampung yang memiliki sejarah Kerajaan Kutai ini, baru dua kali menemukan pesut mati karena terkena rengge.
“Di Muara Kaman ini baru dua kali saya menemukan pesut yang mati dan semua itu karena terkena rengge. Namun bukan karena masyarakat yang membunuh, namun karena tidak sengaja, masyarakat juga butuh penghidupan dari hasil merengge, sementara lumba-lumba air tawar itu memerlukan makan ikan,” kata Pak Ayek yang memiliki usaha warung makan tepat di bantaran sungai Mahakam, Kawasan Muara Kaman.
Pesut Mahakam saat ini dapat ditemui di kawasan Muara Muntai, dan Muara Kaman. Namun menurut Ivan, keduanya bukan dua kelompok yang berbeda. “Saat ini Pesut dapat ditemui di Muara Muntai dan Muara Kaman dan keduanya bukan dua kelompok pesut yang berbeda, karena pesut ini memiliki daya jelajah yang cukup jauh,” ungkap Ivan.