,

Mengajak Blogger Aktif Bicara Lingkungan

RABU malam (14/11/12), ruangan lantai dua Kafe 1/15, Jakarta, sudah dipenuhi peserta diskusi “Blogger Bicara Lingkungan.” Berbagai kalangan, dari beragam komunitas hadir dalam diskusi yang diadakan Mongabay-Indonesia ini. Ada mahasiswa, blogger, sampai aktivis lingkungan kumpul di sana. Tiga pembicara hadir: Zulfahmi, Forest Campaign Team Leader Greenpeace Indonesia; Thomas Barano dari WWF dan Pramudya Harzani, Direktur Jakarta Animal Aid Network (JAAN).

Peserta pun aktif bertanya dalam diskusi bertema Ketidakjelasan Tata Ruang dan Turunnya Satwa Liar yang dimoderatori, Ridzki R Sigit, Koordinator Mongabay-Indonesia, ini.  Suasana tambah ramai dengan penampilan band Kepal dari Yogyakarta, yang membuka dan menutup acara dengan lagu-lagu bertema lingkungan.

Dalam diskusi itu, Zulfahmi mengatakan, masalah hutan di Indonesia, sangat kompleks, dari kebijakan sampai tata kelola yang tak baik. “Hutan tersisa kayak pulau-pulau, jadi pulau di dalam pulau, nggak menguntungkan bagi satwa,” katanya.

Kondisi ini, mendorong kemerosotan tutupan hutan alam sudah sampai pada titik sangat mengkawatirkan. “Bukan hanya berdampak pada perubahan iklim tetapi nyata mendorong satwa liar makin mendekati kepunahan.”   Untuk itu, momentum moratorium harus dimanfaatkan semaksimal mungkin guna memastikan perbaikan tata kelola hutan dan perlindungan terhadap satwa liar.

Senada dengan Thomas Barano dari WWF. Menurut dia, di negeri ini kepentingan investasi seringkali mengalahkan aturan tata ruang yang seharusnya mendukung kehidupan ekologis di hutan. “Karena manusia membuka lahan di habitat satwa, satwa terdesak ke luar mencari makan ke tempat kini ditempati manusia. Sayangnya mereka dianggap hama.”

Menurut Pramudya, gara-gara hutan dikonversi menjadi hutan sawit, nasib satwa liar seakan pindah habitat. Ini secara otomatis pemusnahan satwa. Di hutan yang rusak, mereka bernasib ibarat sudah jatuh tertimpa tangga. “Dan diinjek-injek pula.”

Satwa-satwa liar yang makin terancam dan terdesak inipun, menjadi sasaran perdagangan. Pram, mencontohkan, Jakarta, sebagai kota dengan permintaan satwa liar tinggi  dan menjadi kota penghubung perdagangan ilegal.  Di Pasar Burung, Jakarta, misal, tiap minggu ada 20 ekor dari dua jenis elang diperdagangkan.

Begitu juga orangutan, setidaknya satu sampai empat individu terperangkap dalam perdagangan ilegal.

Usai diskusi, Ridzki mengatakan, mengingat masalah lingkungan makin serius di negeri ini, maka Mongabay-Indonesia, pun berinisiatif mengadakan diskusi reguler untuk topik-topik lingkungan.  “Kali ini tema yang diambil “Blogger Bicara Lingkungan: Ketidakjelasan Tata Ruang dan Turunnya Populasi Satwa Liar.”

Acara ini merupakan kegiatan reguler Mongabay-Indonesia, dalam mengajak seluruh elemen masyarakat, baik media, blogger, penulis, generasi muda, pecinta kehidupan asli Indonesia bersama-sama membantu melestarikan, menginformasikan dan bekerja sama menyelamatkan kekayaan hayati nusantara.  “Mongabay-Indonesia memandang acara seperti ini diperlukan sebagai suatu bagian membangun pemahaman tentang isu-isu lingkungan di Indonesia secara utuh.”

Dia berharap, setelah acara ini,  terutama para blogger, makin banyak menyuarakan isu-isu lingkungan dalam ‘rumah-rumah’ maya mereka.

Sebelum ke diskusi, pembukaan acara dimulai dari sambutan pendiri dan CEO Mongabay.com, juga Mongabay-Indonesia, Rhett Butler. Butler menceritakan seputar Mongabay, dari asal nama, yang diambil dari salah satu nama tempat di Madagaskar, sampai isi situs ini tak hanya berita dan informasi lingkungan, juga hasil penelitian.  Kegiatan ini ternyata tak hanya ramai di tempat diskusi. Kicauan di twitter pun seru hingga bisa diikuti bagi yang tak sempat hadir di acara.

Rhett Butler, pendiri dan CEO Mongabay saat membuka acara diskusi. Foto: Aji Wihandardi
Lidwina Marcella, koordinator Sosial Media Mongabay Indonesia. Foto: Aji Wihardandi
Moderator Ridzki R Sigit (paling kiri), bersama para pembicara Zulfahmi, Pramudya Harzani, Thomas Barano. Foto: Aji Wihardandi
Peserta diskusi. Foto: Aji Wihardandi
peserta diskusi. Foto: Aji Wihardandi
Band Kepal dari Yogyakarta yang mengisi acara di diskusi Mongabay Indonesia. Foto: Aji Wihardandi
Artikel yang diterbitkan oleh
, , ,