, , ,

Ayo, Berwisata Sekaligus Rehabilitasi Mangrove di Pangandaran

TERIK matahari tak menyurutkan semangat rombongan Jelajah Pangandaran 2012, menanam mangrove di Kawasan Bulaksetra, Pangandaran, Minggu (25/11/12). Acara yang diadakan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif bekerja sama dengan Indonesia Ecotourism Network (Indecon) ini diikuti 25 peserta dari berbagai kalangan. Ada mahasiswa, blogger, fotografer, jurnalis, maupun aktivis lingkungan. “Ayo kita menanam!” kata fotografer dari komunitas Photospeak, Fajri Ahmad.

“Sangat menyenangkan! Ini hal baru. Menanam pohon itu sudah biasa, tapi penanaman mangrove, itu hal baru buat saya,” ujar Fajri. Mereka tampak senang menanam sambil berwisata.

Sfat Idecon, Haerul mengatakan,  di Pangandaran ada beberapa lokasi ekosistem mangrove seperti Bulaksetra, Bojong Salawe, Batukaras dan Karangtirta. Mereka datang ke Saung Edukasi Bulaksetra.

Kawasan Bulaksetra merupakan tanah timbul membentuk pulau hasil sedimentasi dua sungai yaitu Sungai Putrapinggan dan Cikidang serta Sungai Cibuntung. Sungai Cibuntung merupakan pemisah antara daratan utama dengan Bulaksetra. Status kepemilikan lahan di Bulaksetra adalah tanah negara dimanfaatkan masyarakat untuk pemukiman, lahan pertanian dan tambak. Sebelum tsunami 2006, Bulaksetra merupakan pemukiman bagi 38 keluarga pindahan proyek pembangunan pelabuhan samudera Pangandaran.

“Pasca tsunami, pemukiman hancur. Begitupun dengan lahan pertanian dan tambak, tidak terurus dan ditinggalkan,” kata Haerul. Pasca tsunami itu dijadikan momentum menyadarkan masyarakat mengenai pentingnya menjaga kelestarian kawasan hutan mangrove. Kawasan Bulaksetra pun berubah fungsi menjadi lahan mangrove.

Komunitas Ilalang merupakan sekelompok pemuda Desa Babakan yang peduli kelestarian alam. Mereka bekerja sama dengan Indecon, LWG (Local Working Group) mengelola kawasan Bulaksetra dan memelihara hutan mangrove. Program rehabilitasi mangrove sejak 2007 hingga 2013.

Guna mensiasati kekurangan anggaran pemeliharaan, dikembangkan konsep ekowisata. Wisatawan yang datang, bisa berpartisipasi dengan menanam bibit, atau berkontribusi dalam bentuk materi.

Gio Wagiono, Koordinator Komunitas Ilalang, pengelola Bulaksetra mengatakan, kawasan Bulaksetra bermanfaat sebagai pelindung ancaman bencana dari laut bagi masyarakat tiga dusun di Desa Babakan yaitu Kalapa Tiga, Bojong Karekes dan Kamurang, dihuni 1.556 keluarga (5.618 jiwa).

Manfaat lain dari konservasi mangrove, katanya, untuk melindungi garis pantai dari ancaman abrasi dan membantu menangkap sendimen yang dibawa air sungai ke laut hingga membantu melindungi ekosistem lain seperti terumbu karang.

“Sebelum tsunami, kondisi hutan mangrove di Pangandaran sudah rusak karena alam maupun manusia. Namun alhi fungsi dari hutan mangrove menjadi pemukiman dan tambak ikan penyebab utama kerusakan.”

Meskipun sudah ditanam, belum tentu bibit tumbuh karena ada beberapa kendala seperti banjir dan kemarau. Jika banjir bibit banyak tersapu dan mati. Saat kemarau, bibit susah tumbuh hingga memerluka perawatan ekstra.

Kondisi alam Bulaksetra, berupa pasir panas gersang hingga cukup sulit bagi upaya konservasi ditambah dukungan masyarakat sekitar masih kurang.

Haerul menunjukkan lokasi pembibitan mangrove. Foto: Indra Nugraha
Artikel yang diterbitkan oleh
, ,