,

Perburuan Liar dan Alih Fungsi Lahan Desak Populasi Anoa

Populasi satwa khas Sulawesi, anoa (Bubalus depressicornis), di kawasan  hutan dan pegunungan di seluruh Sulawesi terus mengalami penyusutan karena perburuan maupun alih fungsi lahan menjadi tambang atau kebun sawit.

”Populasi anoa makin berkurang dan khawatir mempercepat kepunahan satwa ini.  Ini akibat perburuan liar, juga luas hutan berkurang karena alih fungsi menjadi keperluan pertambangan juga perkebunan,” kata Abdul Haris Mustari, peneliti anoa, juga dosen pada Departemen Konservasi Hutan dan Ekowisata Fakultas Kehutanan IPB, kepada Mongabay.co.id di Gorontalo, Selasa (4/12/12).

Menurut dia, hampir seluruh hutan di Sulawesi, terjamah dialih fungsi menjadi pertambangan dan perkebunan sawit. Contoh, Gorontalo, Taman Nasional Bogani Nani Wartabone di Kabupaten Bone Bolango,  sekitar 14.000 hektar konsesi pertambangan PT Gorontalo Mineral, anak usaha PT Bumi Resources, taipan keluarga Bakrie.

Dari perkiraan kasar, anoa di Taman Nasional Bogani Nani Wartabone mencapai 300 ekor. “Belum ada data terakhir jumlah anoa ini. Namun perkiraan kasar di bawah 5.000 ekor. Itu mencakup anoa dataran rendah dan gunung.”

Di Sulawesi yang masih ada anoa, antara  lain di Gorontalo (Suaka Margasatwa Nantu di hulu Sungai Paguyaman dan  pegunungan Boliyohuto), Taman Nasional Bogani Nani Wartabone, dan Sulawesi Tengah (di Pantai Barat dan Pantai Timur, Toli-Toli, pegunungan Kalamanta, hutan lindung Lore Lindu).

Untuk Sulewsi Barat di  Pegunungan Takolekaju dan Pegunungan Latimojong. Di Sulawesi Selatan di Pegunungan Quarles di sebelah utara Tanah Toraja, hutan lindung di sekitar Danau  Matano dan Danau Towuti, serta Pegunungan Faruhumpenai.

Sementara di Sulawesi Tenggara, anao bisa ditemukan di hutan Tanjung Peropa, hutan di Kolaka Utara dan Pegunungan Abuki. Di wilayah Buton, masih ada di hutan Lambusango dan cagar alam Buton Utara.

Ismail Lomaya, mahasiswa pecinta alam yang pernah meneliti  di kawasan Suaka Margasata Nantu, menungkapkan, perburuan anoa di kawasan konservasi seringkali terjadi tetapi sulit terdeteksi.

”Warga ada yang mengaku mengkonsumsi daging anoa. Mereka menganggap anoa sapi hutan yang boleh diburu dan dikonsumsi. Tapi mereka enggan menyebutkan dapat dari mana daging itu. Ada juga yang mengaku berburu anoa, dan langsung memotong daging di dalam hutan,” kata Ismail.

Artikel yang diterbitkan oleh
, , ,