,

Pasukan Lumba-Lumba Pendeteksi Ranjau Akan Segera Pensiun

Setelah bertugas sejak tahun 1960, pasukan lumba-lumba penjinak ranjau air, akhirnya akan pensiun dari jajaran Angkatan Laut AS secara bertahap mulai tahun depan. Lumba-lumba hidung botol (Bottlenose dolphin – Tursiops truncatus) memang sejak lama dilatih oleh Angkatan Laut AS untuk mendeteksi ranjau di perairan mereka maupun wilayah lawan. Pasukan mamalia air ini bahkan juga bertugas di Perang Vietnam, Perang Teluk dan juga Perang Irak.

Dengan kemajuan teknologi yang ada saat ini, Angkatan laut AS berencana mengganti secara bertahap kekuatan sonar lumba-lumba yang selama ini diandalkan untuk mencium keberadaan ranjau, dengan sejenis robot torpedo tanpa awak yang mengadopsi teknologi sonar lumba-lumba ini.

Namun, pihak Angkatan Laut mengaku mereka belum siap secara penuh untuk mengistirahatkan mamalia laut ini dan menggantikan fungsi mereka dengan robot baru ini.

“Dengan kemampuan unik mamalia laut ini, terutama di perairan dangkal, banyak sekali misi penting yang berhasil mereka lakukan dan tak bisa disamai hingga kini oleh teknologi atau peranti keras dalam waktu dekat,” ungkap james Fallin, Juru Bicara Space and Warfare Systems Command Pacific (Spawar) kepada Harian North County Times.

Namun, peralatan pendeteksian ranjau dan sistemnya sudah berkembang signifikan dalam beberapa tahun terakhir, dan pejabat di Angkatan Laut mengatakan bahwa robot tanpa awak ini bisa melakukan hal serupa dan bisa dibangun dengan lebih cepat, tanpa harus melatih dan mengasah kemampuan lumba-lumba yang memakan waktu sekitar 7 tahun.

Kabar gembira ini, ternyata bukan akhir dari tugas lumba-lumba tersebut di kemiliteran. Hanya 24 ekor lumba-lumba yang terlibat dalam misi pendeteksian ranjau di air, dan pihak militer tetap berencana untuk mempekerjakan mereka untuk tugas lainnya.

Tugas ini salah satunya adalah untuk mengambil berbagai benda yang tenggelam di dasar lautan dan juga mendeteksi penyelam-penyelam pasukan musuh.

Satu-satunya kabar gembira dari rencana militer terhadap satwa liar adalah mereka tidak akan lagi menangkap lumba-lumba dari alam liar untuk proyek pelatihan satwa senilai 24 juta dollar AS untuk melakukan tugas berbahaya di medan perang. Ini adalah saat yang tepat untuk memberikan pensiun dan menikmati masa tua pasukan tempur lumba-lumba yang sudah bekerja keras di medan perang selama ini.

Artikel yang diterbitkan oleh
, , ,