Laporan WWF: Perdagangan Gelap Satwa Internasional Mendanai Kejahatan Terorisme

Sebuah laporan yang dirilis oleh WWF Internasional hari Rabu tanggal 12 Desember 2012 mengingatkan bahwa perdagangan gelap satwa dan bagian-bagian tubuhnya yang kini mencapai nilai 19 miliar dollar AS, tak hanya mengancam habitat dan kelangsungan hidup berbagai jenis spesies dunia, namun juga mengancam stabilitas pemerintahan dan keamanan nasional berbagai negara yang terlibat.

Laporan ini mengungkapkan bahwa upaya yang tengah dilakukan untuk menekan laju perdagangan ilegal bagian-bagian tubuh badak, gajah dan spesies terancam lainnya semakin kewalahan melawan sindikat kejahatan global yang menancapkan kuku mereka dimana-mana. “Upaya perlawanan ini nyaris kalah oleh teknologi, sumber daya dan kekuatan organisasi yang mereka miliki,” ungkap presiden WWF, Carter Roberts.

Tabel: Jalur Perdagangan Ilegal Satwa dan Bagian Tubuhnya ke Seluruh Dunia. Klik untuk memperbesar tabel

Berdasar laporan yang disusun dari hasil wawancara dengan pegawai pemerintahan negara-negara yang terlibat dalam perdagangan gelap ini, baik negara sumber maupun negara tujuan di Asia dan Afrika, dibutuhkan kerja keras ekstra dari pihak pemerintah untuk menangani kasus-kasus perdagangan gelap satwa dan bagian-bagian tubuhnya yang semakin marak. Lembaga konservasi besar ini, juga akan melakukan pertemuan dengan perwakilan dari PBB terkait isu ini, untuk meminta agar neara-negara di dunia melakukan upaya lebih kuat untuk melawan perdagangan gelap ini.

Apalagi, kini pola perdagangan gelap ini sudah berubah, para pelaku kini tak hanya berdagang, namun juga melengkapi diri dengan senapan mesin layaknya pasukan militer, seperti yang sudah terjadi di Taman nasional Bouba Ndjida. Sepasukan bersenjata membunuh ratusan gajah dalam sekali serbu, seperti diungkapkan laporan WWF tersebut. Aktivitas perdagangan satwa dan bagian tubuhnya secara ilegal ini, kebanyakan digunakan untuk mendanai gerakan-gerakan separatis dan terorisme di negara-negara Afrika yang tengah terjadi perebutan kekuasaan, dan perdagangan ini menggunakan rute dan jaringan yang sama dengan bisnis gelap lain seperti misalnya perdagangan obat bius.

Kasus-kasus perdagangan satwa umumnya melibatkan masyarakat di negara-negara miskin di Afrika. Foto: WWF-Canon/James Morgan

Ledakan jumlah perdagangan ilegal satwa dan bagian tubuh mereka ini tak urung menarik perhatian Pentagon dan Departemen Luar Negeri AS, setelah statistik menunjukkan bahwa dalam lima tahun terakhir perdagangan cula badak meningkat drastis, mulai dari 20 ekor setiap tahun menjadi sekitar 600 ekor tahun ini. Apalagi, nilai jual bubuk cula badak di pasaran dunia terus meningkat dengan semakin sulitnya cula didapat. Satu kilogram bubuk cula badak bernilai sekitar 100.000 dollar AS, dan satu buah cula badak bernilai tak kurang dari 600.000 dollar AS. Harga yang cukup untuk menyogok para aparat pemerintah yang korup dengan segepok uang untuk melupakan masalah ini.

“Permintaan produk ilegal dari satwa semakin meningkat seiring dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi di negara-negara yang membutuhkannya, dan ini adalah ‘uang gampang’ dan menghasilkan untung besar, para pelaku mendapat kesempatan untuk mengumpulkan uang cepat dari sini,” ungkap Steven Broad, Direktur Eksekutif TRAFFIC, yang selama ini memantau jaringan perdagangan satwa.

Diagram: Dampak Perdagangan Ilegal Terhadap Masyarakat. Klik untuk memperbesar.

Menteri Luar Negeri AS, Hillary Clinton bulan lulu menyatakan bahwa perdagangan gelap satwa dan bagian tubuh mereka mini tai hanya menjadi bagian dari isu konservasi belaka, namun juga keamanan nasional. Perdagangan gelap ini sudan mengancam kontrol pemerintah dan perbatasan negara, ungkapnya lebih lanjut.

Laporan WWF ini lebih banyak fokus dalam transformasi pola perdagangan gelap. Para pedagang dan penyelundup ini kini berlindung dibalik sindikat dunia yang amat kuat dan memiliki kekuasaan lintas negara. Keuntungan yang besar digunakan untuk membeli senjata, membiayai perang sipil dan menyuap para aparat pemerintah.

Amerika Serikat adalah negara tujuan kedua terbesar bagi barang-barang selundupan dari satwa liar. “Ini bukan isu yang bisa diselesaikan sendirian oleh Departemen Taman Nasional atau penjaga hutan yang bertarung di garis depan. Kita membutuhkan kekuatan pemerintah secara penuh,” ungkap Jim Leape, Direktur WWF Internasional kepada Guardian.co.uk.

Hal senada juga diungkapkan oleh Sekjen CITES (Convention on International Trade in Endangered Species), John Scanlon. “Kami tak hanya harus menugaskan kepolisian, dalam beberapa kasus kami nampaknya sudah harus menugaskan kekuatan militer untuk mengatasinya,” ungkap Scanlon kepada Guardian.co.uk. “Kita harus bisa mengungkap siapa yang mengatur ini semua, menemukannya, menuntutnya, dan menghukum mereka,” sambungnya.

Kasus terbaru terjadi di Port Klang, Malaysia. Hari Selasa 11 Desember 2012 silam pihak imigrasi Malaysia membongkar perdagangan gelap 1500 buah gading gajah yang diselundupkan menuju Cina. Dalam dokumen ekspor, gading ini disamarkan sebagai kayu mahogani.

Selama ini, Malaysia memang dikenal sebagi negara untuk transit perdagangan gelap satwa dan bagian tubuh mereka, terutama untuk komoditi yang akan menuju ke Cina. Total berat gading gajah yang berhasil diamankan adalah sekiar 24 ton, dan dimuat ke dalam dua kontainer. Total nilai gading gajah ini secara ekonomi diperkirakan 20 juta dollar AS, dengan kerugian ekologi yang tidak terkira.

Untuk membaca laporan lengkap dari WWF, silakan klik: www.traffic.org/general-reports/Dalberg-report-Dec-2012.pdf

Artikel yang diterbitkan oleh
, , , , , ,