Spesies Kukang Baru Teridentifikasi di Indonesia, Perdagangan Ilegal Sudah Dilakukan

Para ahli menemukan sebuah spesies baru kukang Indonesia bernama Nycticebus kayan atau Kayan Loris atau Kukang Kayan dalam Bahasa Indonesia. Hal ini diungkapkan dalam jurnal American Journal of Primatology yang diterbitkan bulan Desember 2012 ini. Nama Kayan ini diambil dari sungai yang melintasi habitat kukang ini di pulau Kalimantan.

Lewat penemuan ini spesies utama yang bernama Nycticebus coucang menaguensis ternyata terdiri dari empat spesies berbeda yaitu: Nycticebus bancanus , Nycticebus borneanus dan yang terbaru Nycticebus kayan. Kedua spesies yang pertama disebut, kini bukan lagi sub-spesies dari Nyticebus coucang menaguensis.

Kajian ini dilakukan oleh Anna Nekaris dari Oxford Brookes University di Inggris, Susan Ford dari Southern Illinois University dan Rachel Munds dari University of Missouri. Para peneliti menganalisis perbedaan warna bulu di bagian tubuh dan wajah untuk membedakan semua spesies kukang tersebut.

“Dalam kajian pertama untuk mengidentifikasi perbedaan bentuk wajah kami telah berhasil menganalisis tiga spesies baru kukang ini, dua diantaranya sudah dikenal sebagai sub-spesies dari N. menaguensis, namun kini telah berubah menjadi spesies yang mandiri,” ungkap Rachel Munds dalam pernyataannya.

Meningkatkan status spesies kukang ini akan membuat perlindungan terhadap kukang ini menjadi lebih sulit, apalagi spesies kukang ini tidak terdomestikasi di dalam sebuah wilayah tertentu dan tidak terlindungi dalam CITES (Convention on International Trade in Endangered Species).

Kukang kayan di alam liar. Foto: Ch’ien C. Lee

“Sayangnya tak hanya hilangnya akibat deforestasi, namun juga meningkatnya angka perdagangan satwa ilegal membuat kukang-kukang ini terancam. Mereka biasanya digunakan sebagai hewan peliharaan, digunakan sebagai property untuk foto-foto bersama wisatawan atau dibunuh sebagai bahan obat-obatan tradisional di Asia,” tambah Munds.

Metode yang digunakan untuk mengekstrak bagian tubuh dan cairan dari kukang untuk digunakan sebagai obat-obatan ini seringkali sangat kejam. Menurut salah satu peneliti, Anna Nekaris, yang juga direktur organisasi advokasi untuk kukang, Little Fireface Project, untuk mendapatkan air mata loris yang memiliki mata sangat besar ini, biasanya digunakan tusuk sate melalui anus satwa ini hingga menembus mulut. Lalu satwa yang masih hidup ini dipanggang pelan-pelan di atas api yang penuh asap, lalu air mata yang mengalir dari mata mereka dikumpulkan dan digunakan untuk mengobati penyakit mata pada manusia.

Setidaknya terdapat 10 spesies kukang di seluruh Asia, kendati demikian, para ahli primata berharap mereka akan menemukan spesies-spesies baru dan melihat lagi semua spesies yang saat ini dikategorikan sebagai sub-spesies.

Semua kukang memiliki racun, dan hal ini tidak umum untuk jenis mamalia yang memakan baik vegetasi maupun daging (omnivora). Beberapa jenis kukang dikategorikan sebagai ‘rentan’ dalam Daftar Merah IUCN.

CITATION: R. Munds, S. Ford, K.A.I. Nekaris, “Taxonomy of the Bornean Slow Loris, with New Species Nycticbus Kayan (Priamtes Lorisdae)”, American Journal of Primatology, December 2012, DOI: 10.1002/22071

Artikel yang diterbitkan oleh
, , ,