,

Guru Pedalaman Sintang Ingin Serahkan Orangutan, BKSDA Tak Kunjung Tiba

Seorang guru dari  Dusun Senibung, Desa Suak Medang, Kecamatan Ketungau Tengah, Kabupaten Sintang,  berniat menyerahkan bayi orangutan yang diperoleh dari warga ke Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalbar. Kini, , orangutan (Pongo pygmeaus-pygmeaus) ini masih dipelihara warga.

Pero Rusdi, guru SMP Negeri 3 Ketungau Tengah, dikonfirmasi dari Pontianak mengatakan, bayi orangutan itu belum bisa duduk. “Saya sudah titip uang Rp600 ribu kepada warga untuk membantu pemeliharaan. Tapi ini harus cepat diambil. Takut dia kekurangan gizi,” katanya di Sintang, Senin (23/12/2012).

Langkah itu dia tempuh agar warga tidak menjual orangutan ke pihak yang salah dan terjebak pada persoalan jual-beli satwa dilindungi. Apalagi, orang kampung tidak tahu menahu soal itu.

Dia meyakini induk orangutan ini sudah dibunuh warga sebelum anak berhasil diambil-alih. “Kejadian berlangsung sekitar sebulan lalu. Sampai sekarang, bayi oranguta masih sehat.”

Dalam catatan Pero, selama dua tahun sebagai guru di Ketungau Tengah, sudah ada tiga kasus orangutan dipelihara warga. Bahkan, tahun lalu satu orangutan peliharaan warga mati. “Saya berniat menyelamatkan satwa ini dari tangan warga. Hanya, saya tidak tahu mau dibawa ke mana,” ujar dia.

Pero sudah berupaya mencari sumber-sumber informasi. Sebagian orang mengarahkan ke BKSDA. Ada pula yang menyarankan dibawa ke Yayasan Kobus di Sintang, untuk penanganan evakuasi lebih lanjut. Lembaga ini juga punya tempat rehabilitasi orangutan.

Akhirnya dia lebih memilih mencari informasi melalui situs jejaring sosial facebook. Dari situs itu, dia diarahkan ke BKSDA Kalbar. “Saya sudah dapat kontak BKSDA dan coba hubungi Ibu Niken di sana. Tapi sampai sekarang belum ada konfirmasi lanjutan.”

Lantaran berdomisili jauh dari kota, dia perlu penjelasan bagaimana cara terbaik dalam mengevakuasi orangutan. “Di sekitar kampung kami, antara Ketungau Tengah dan Ketungau Hulu masih ada orangutan. Di situ banyak perbukitan. Ada Bukit Rabung dan Bukit Bangkit. Saya kira di situ masih menjadi habitat bagi orangutan.”

Artikel yang diterbitkan oleh
, , ,