Mungkin belum banyak diantara kita yang mendengar tentang kawasan Danau Sentarum. Padahal kawasan konservasi ini merupakan sebuah kawasan ekosistem unik dan salah satu perwakilan daerah hamparan banjir (floodplain) tersisa terluas di Indonesia bahkan di Asia Tenggara. Jika anda seorang environmentalis, pengabadi hidupan alam liar (fotografer) ataupun wisatawan petualang jelajah alam, sudah selayaknya anda menyempatkan diri untuk berkunjung ke lokasi ini.
Mengutip dari penjelasan MacKinnon et al (2000), maka wilayah Danau Sentarum dan danau-danau di sekitarnya merupakan suatu ekosistem lahan basah yang disebut dengan Danau-Danau Kapuas. Danau-danau Kapuas terletak di suatu lembah di daerah yang meliputi luas kira-kira 6.500 km2 yang terkurung oleh deretan pegunungan Kapuas Hulu di sebelah utara, Pegunungan Muller di sebelah timur, Dataran Tinggi Madi di sebelah selatan dan Pegunungan Kalingkang di sebelah barat.
Keberadaan danau dataran banjir ini bergantung kepada tingkat curah hujan yang tinggi di bagian hulu sungai Kapuas. Akibatnya danau dapat dipandang sebagai sungai yang mengalir sangat lambat dan dasarnya menjadi sangat lebar dan dalam. Sungai Kapuas sendiri merupakan sungai terpanjang di Indonesia yang mengalir lebih dari 1.143 km hingga mencapai laut Karimata di sebelah barat pulau Kalimantan.
Tingginya curah hujan sangat mempengaruhi kondisi kawasan Taman Nasional Danau Sentarum. Dengan letak dan kondisinya yang berada di tengah-tengah jajaran pegunungan menjadikan kawasan ini sebagai daerah tangkapan air. Selama periode hujan lebat dalam musim hujan, air di bagian hulu sungai Kapuas akan naik dan masuk ke danau melalui sungai Tawang yang menghubungkan antara danau dengan sungai Kapuas dan membentuk danau sementara. Dalam puncaknya ditaksir air mengalir 1.000 m3/detik dan menaikkan muka air danau hingga 10-12 meter dari batas ketinggiannya di musim kemarau. Keberadaan wilayah “kantong air” menyebabkan wilayah hilir di Kalimantan Barat, termasuk ibukota Kalbar Pontianak, aman dari banjir besar. Selain dari sungai Tawang, maka kompleks danau terhubung dengan sungai Leboyan yang berhulu ke sungai Embaloh.
Sekitar 9 -10 bulan dalam setahun kondisi kawasan Danau Sentarum yang sebagian besar merupakan dataran rendah berupa cekungan akan terendam air dan pada musim kemarau panjang (Juli-September) sebagian besar danau kering dan hanya meninggalkan alur sungai dan hanya sebagian danau-danau permanen yang terisi air. Keunikan lainnya air Danau Sentarum adalah airnya yang berwarna seperti air teh encer, yang merupakan ciri bahwa air Danau Sentarum mengandung air asam humus yang tinggi.
Karena sifat uniknya, sudah sejak tahun 1999, kawasan Danau Sentarum ditetapkan sebagai kawasan Taman Nasional dengan luas lebih kurang 132.000 ha. Sebelumnya sejak sejak tahun tahun 1994 Danau Sentarum ditetapkan sebagai lokasi situs Ramsar. Konvensi Ramsar sendiri merupakan konvensi untuk melindungi kawasan-kawasan lahan basah yang berlaku secara internasional, dimana Indonesia sudah meratifikasi perjanjian ini sejak tahun 1991.
Sumber Perikanan dan Kawasan Habitat Satwa Dilindungi
Perubahan muka air telah menciptakan suatu keseimbangan ekosistem unik tersendiri di Danau Sentaraum. Hingga saat ini, Danau Sentarum merupakan kawasan penghasil ikan penting di Kalimantan. Pada musim banjir naik, jenis-jenis ikan konsumsi umum diantaranya adalah ikan berdaging putih (dari golongan Cyprinidae), sebaliknya sebaliknya ikan “hitam” (sejenis lele, betok dan gabus) yang tertinggal di dataran banjir banyak dijumpai ketika musim banjir surut. Nelayan Danau Sentarum memanfaatkan jenis-jenis ikan konsumsi seperti Toman, Jelawat, Patin Lais dan Belida sebagai sumber mata pencarian.
Lebih dari 290 jenis ikan air tawar berada dalam ekosistem hamparan banjir ini, yang terbagi dalam 120 genus dan 40 famili. Ikan Siluk Merah atau Arwana Merah (Scleropages formosus) dari Danau Sentarum, konon merupakan jenis arwana yang terbaik karena pengaruh air danau yang khas yang mampu memunculkan warna merah pada ikan tersebut. Jenis ikan hias asli dari Danau Sentarum adalah ikan Botia (Botia macracanthus) yang bersisik hitam dan kuning keemasan.
Dari sisi antropologis, nelayan di Danau Sentarum umumnya adalah suku Melayu yang keberadaannya dapat dirunut hingga awal abad ke 18. Mereka umumnya tinggal di rumah jangkung (rumah yang dibangun di atas tiang kayu tinggi) dan rumah lanting (rumah terapung). Keberadaan suku Melayu di wilayah ini tidak dapat dipisahkan dengan perkembangan kerajaan-kerajaan kecil di wilayah Kapuas Hulu yang dilakukan melalui perjalanan civilisasi yang bermula dari penyusuran sungai Kapuas.
Pada musim kemarau, burung-burung pemakan ikan bermigrasi ke wilayah ini untuk mencari makan. Burung-burung pencari ikan diantaranya dari famili Alcedinidae seperti Raja Udang, serta berbagai spesies langka dari famili Bucerotidae (rangkong) dan famili Ciconiidae (bangau). Dari seluruh jenis spesies burung yang ada di Indonesia (1.519) maka 20%-nya (310 spesies) berada di Danau Sentarum.
Selain itu, Danau Sentarum juga merupakan wilayah hidup dari berbagai primata langka seperti Bekantan (Nasalis Larvatus), Kepuh (Presbytis Melalophos Cruniger), Orang Utan (Pongo Pygmaeus), Ungko Tangan Hitam (Hylobates Agilis), dan Kelempiau Kalimantan (Hylobates Muelleri).
Keanekaragaman Vegetasi
Sejak penelitian botani yang dilakukan oleh Beccari di Danau Sentarum pada tahun 1867 hingga Giesen (1987) telah dapat diidentifikasikan 504 jenis spesies tumbuhan yang dibagi dalam 99 famili, diantaranya tiga famili terbesar berasal dari Dipterocarpaceae, Euphorbiaceae, Rubiaceae. Untuk anda yang tertarik mengetahui lebih jauh tentang vegetasi Sentarum, anda dapat mempelajarinya di tautan ini.
Menuju ke lokasi
Ada beberapa cara untuk mencapai lokasi Danau Sentarum, di bawah ini, saran yang diberikan adalah melalui jalan darat maupun kombinasi antara jalan darat, jalan sungai dan jalan udara.
Dari Pontianak-Lanjak (pintu masuk Danau Sentarum di kabupaten Kapuas Hulu), anda dapat menggunakan bus atau taxi (travel Kijang Innova membayar Rp 450.000 per orang, harga tahun 2012) dengan lama perjalanan 18-21 jam. Perhatikan jika anda memiliki masalah dengan mabuk jika berkendaraan darat sebaiknya anda memilih opsi yang lain.
Ironisnya perjalanan dari Pontianak hingga Lanjak dapat lebih cepat ditempuh melalui Malaysia (sekitar 12-14 jam). Jika anda memiliki kendaraan pribadi dan passport, anda dapat memasuki wilayah Serawak di Pos Lintas Batas (PLB) Entikong (Sintang) dan masuk kembali ke Indonesia melalui PLB Nanga Badau (Kapuas Hulu). Tentunya dengan fasilitas jalan raya yang lebih baik dibandingkan dengan infrastruktur yang ada di wilayah propinsi Kalimantan Barat Indonesia.
Jika anda menggunakan pesawat terbang anda dapat terbang dari Pontianak menuju Putusibau (Kapuas Hulu) sekitar 1 jam untuk kemudian meneruskan naik kendaraan umum atau travel dari Putusibau menuju ke Lanjak selama sekitar 1,5-2 jam perjalanan darat.
Jika anda seorang wisatawan, setibanya di Lanjak anda dapat menghubungi pos TN Danau Sentarum untuk mengurus Simaksi (Surat Ijin Masuk Kawasan Konservasi), namun jika anda peneliti ataupun berkepentingan khusus pastikan ijin anda telah jauh-jauh hari sebelumnya telah diurus.
Di kota kecil Lanjak terdapat beberapa penginapan sederhana untuk menginap, demikian juga penyewaan perahu untuk menuju ke lokasi danau (basis negosiasi dengan pemilik perahu). Di sini, anda juga dapat berkunjung ke kantor WWF Lanjak untuk mengetahui dan menambah berbagai informasi lingkungan dan masyarakat yang terkait dengan Danau Sentarum.
Jalan lain adalah melalui perjalanan darat Pontianak-Sintang-Semitau yang dilanjutkan dengan menggunakan speedboat Semitau-Bukit Tekenang-Lanjak.
Sumber kutipan penting: Mackinnon, Kathy. et al. Editor S.N Kartikasari. Ekologi Kalimantan. Prenhallindo-Jakarta. 2000.