Mongabay Indonesia 2012: dari Media Lingkungan sampai Revolusi di Kaki Gunung Merbabu

Mongabay berbahasa Indonesia mulai hadir di negeri ini, 19 Mei 2012, dengan nama situs: Mongabay.co.id. Ia sebagai media yang memberikan informasi seputar berita kehutanan dan lingkungan.

Setelah itu, Mongabay mengadakan beberapa kali kegiatan seputar isu pelestarian lingkungan Indonesia,  dan jurnalistik lingkungan dengan audiens anak muda, khusus mahasiswa.

Dalam kegiatan-kegiatan ini, Mongabay,  sebagai pembicara dalam diskusi dan pelatihan-pelatihan jurnalistik dan lingkungan di beberapa Universitas di Indonesia, dan menjadi tamu di Unisi Radio, Yogyakarta. Juga media partner kegiatan-kegiatan lingkungan oleh WWF Indonesia dan komunitas-komunitas lain, termasuk temu blogger yang mendiskusikan isu lingkungan. Berikut kami sajikan ulasan beragam event Mongabay, dalam 2012.

19 Mei 2012: Peluncuran Mongabay Indonesia

Dalam acara peluncuran yang diselenggarakan di @america, Jakarta, ini diisi dua workshop, tentang fotografi alam liar oleh Ady Kristanto, dari Indonesia Wildlife Photography, dan penulisan blog atau website oleh pendiri situs Good News From Indonesia, Akhyari Hananto.

Kegiatan yang dihadiri pendiri Mongabay.com, Rhett A Butler ini dipadati tak kurang 200 penonton dari berbagai perwakilan lembaga organisasi lingkungan, jurnalis, fotografer lingkungan, mahasiswa. Hadir pula mantan juru bicara Presiden Abdurrahman Wahid, Wimar Witoelar. Beberapa perwakilan dari lembaga swadaya masyarakat lingkungan antara lain, WWF, The Nature Conservancy, Telapak, dan Greenpeace, Walhi, Satu Dunia.

Menurut Butler, Indonesia memiliki spesies tanaman dan hewan lebih banyak dari negara lain di bumi ini.  Namun, ekosistem yang mendukung  keragaman hayati rusak dengan cepat. Masih sedikit orang yang menyadari tragedi ini. Mongabay.co.id, akan menyuguhkan informasi ke masyarakat dengan menyediakan informasi dan berita lingkungan berdasarkan riset teranyar.

“Saya percaya, sedikit orang yang ingin merusak lingkungan jika mereka tahu akan kehilangan mereka,” kata Butler, pada peluncuran di Jakarta, Sabtu(19/5/12).

Butler mengatakan, Indonesia berada di titik kritis dalam sejarah perkembangannya. Meskipun begitu, masih ada kesempatan mengubah dari pendekatan bisnis biasa yang merusak hutan ke model rendah karbon. Pendekatan yang memanfaatkan hal-hal yang membuat Indonesia unik (dalam keragaman hayati dan kebudayaan), guna meningkatkan taraf hidup seluruh rakyat.

Indonesia sudah memiliki model: Brazil. Laju deforestasi Brazil turun hampir 80 persen sejak 2004, sementara ekonomi naik sekitar 40 persen. “Tak ada alasan Indonesia tak bisa melakukan hal yang sama,” ujar dia.

Mongabay hadir di Indonesia, tak hanya karena keragaman hayati yang begitu kaya juga pengguna internet cukup besar. Media sosial, seperti twitter dan Facebook, Indonesia, menempati urutan lima besar dunia. Media sosial independen menjadi salah satu sarana potensial menjadi ‘corong’ bagi masyarakat. Dengan, Mongabay, hadir berbahasa Indonesia, bisa menjadi salah satu media yang memberikan informasi lingkungan sekaligus , meningkatkan kesadaran masyarakat peduli lingkungan.

Berita-berita yang disajikan Mongabay.co.id mencakup antara lain kehutanan, kelautan, pertanian dan pembangunan berkelanjutan, hidupan liar, dan upaya penyelamatan lingkungan. Juga informasi praktik-praktik yang mengancam kelestarian lingkungan, maupun artikel eksklusif inspirasional dan ilmu pengetahuan.

Butler mengatakan, Mongabay.com telah hadir selama 12 tahun sebagai salah satu sumber analisis, berita, dan informasi hutan tropis terkemuka di internet. Situs ini kini menarik lebih dari dua juta pengunjung per bulan. Hingga menjadi situs fokus pada ekologi yang paling banyak dikunjungi di internet.

9 Juni 2012: Biotech Fair Unity in Biodiversity

Mongabay didaulat menjadi pembicara di acara Biotech Fair Unity in Biodiversity di Universitas Al-Azhar Indonesia dengan topik Maintaining Biodiversity in Indonesia with Biotechnology. Acara ini untuk meningkatkan kesadaran siswa SMA dan mahasiswa dalam mempertahankan biodiversitas Indonesia.

Talkshow ini cukup menarik karena ada interaksi dua arah dari pembicara ke penonton, begitupun sebaliknya. Suasana menjadi makin hidup ketika perwakilan Mongabay Indonesia mengadakan kuis mengenai keragaman hayati di Indonesia seperti perbedaan antara badak Jawa dan badak Sumatera, orangutan Kalimantan dan orangutan Sumatera, dan lain-lain.

3 Agustus 2012: Diskusi Peran Media Sosial dan Gerakan Lingkungan Indonesia

Acara dihadiri para aktivis pers mahasiswa, tim Earth Hour Indonesia Jogja, Kophi Yogyakarta, dan Himpunan Mahasiswa Perikanan UGM. Ini acara perdana Mongabay Indonesia yang diadakan di luar Jakarta. Diskusi santai yang akan membahas seputar peran dunia maya dalam membangun youth and people awareness seputar isu lingkungan ini dibarengi dengan acara buka puasa bersama di Kedai Kedai Nusantara, Jl. Wahid Hasyim, Yogyakarta.

Acara ini untuk membangun jaringan massa pembaca Mongabay Indonesia, seperti kalangan pers mahasiswa, aktivis muda lingkungan, himpunan mahasiswa, dan masyarakat umum.

Diskusi Media dan Lingkungan di Kampus UIN Bandung. Foto: Saepul Hamdi

20 Oktober 2012: Diskusi ‘Selamatkan Lingkungan dengan Jurnalisme”

Hima Jurnalistik Universitas Jurnalistik Universitas Islam Negeri (UIN) SGD Bandung mengadakan seminar bertajuk  “Selamatkan Lingkungan dengan Jurnalisme, pada Sabtu(20/10/12).

Mongabay Indonesia, bersama Walhi Bandung, didapuk  sebagai pembicara dalam acara ini. Acara diadakan di bawah pohon rindang.

Puluhan mahasiswa Ilmu Komunikasi Jurnalistik UIN Bandung, dan mahasiswa universitas lain berkumpul di kawasan DPR (di bawah pohon rindang) Kampus UIN. Diskusi hidup. Peserta aktif bertanya.

Panitia Jufair 2012, Faisal Fadilla mengatakan, talkshow ini dibuat mahasiswa lebih sensitif terhadap permasalahan lingkungan. Terlebih lingkungan kampus sekarang gersang. Hanya ada sedikit pepohonan. Dengan acara ini, diharapkan mahasiswa UIN SGD Bandung bisa lebih sensitif dalam menanggapi isu-isu lingkungan.

Kerjasama Siaran Radio Unisi Yogyakarta dengan Mongabay

Sejak awal November 2012, Mongabay Indonesia menjadi tamu tetap di acara Evening Jamz di Radio Unisi Yogyakarta setiap Selasa pukul 18.00. Siaran yang awalnya hanya berdurasi 30 menit ini, pada minggu ketiga diperpanjang menjadi 60 menit. Mengapa? Karena respon positif dari para pendengar.

Minggu pertama November 2012, diangkat  tema “Dampak Perkebunan Sawit terhadap Lingkungan di Indonesia”, minggu kedua tema “Peran Blogger dalam mengawal isu Lingkungan.” Lalu,  minggu ketiga bertema  “Bagaimana Nasib Penyu Kita?”

Siaran radio serius santai ini mengajak komunitas dan para aktivis lingkungan di Yogyakarta yang memiliki kompetensi menjadi pembicara mendampingi perwakilan Mongabay Indonesia di Yogyakarta. Tujuan kerja sama siaran radio dengan Unisi Yogyakarta ini guna meningkatkan pengetahuan dan kesadaran anak muda tentang isu-isu lingkungan yang berkembang.

Rhett Butler, pendiri dan CEO Mongabay saat membuka acara diskusi. Foto: Aji Wihandardi

14 November 2012: Blogger Bicara Lingkungan

Berbagai kalangan dari beragam komunitas hadir dalam diskusi yang diadakan Mongabay ini. Mulai dari mahasiswa, aktivis lingkungan, sampai para blogger berkumpul di 1/15 Coffee, Gandaria, Jakarta, dalam diskusi Blogger Bicara Lingkungan dengan tema Ketidakjelasan Tata Ruang dan Turunnya Satwa Liar. Tiga pembicara hadir: Zulfahmi,Forest Campaign Team Leader Greenpeace Indonesia, Thomas Barano dari WWF, dan Pramudya Harzani Direktur Jakarta Animal Aid Network (JAAN).

Peserta aktif bertanya dalam yang dimoderatori, Ridzki R Sigit, Koordinator Mongabay-Indonesia.  Kegiatan ini tak hanya ramai di tempat diskusi, kicauan di twitter pun ramai hingga dapat diikuti oleh para followers yang tak sempat hadir di acara.

Acara dibuka dengan sambutan pendiri dan CEO Mongabay, Rhett A Butler. Suasana makin ramai dengan penampilan band Kepal dari Yogyakarta, yang membuka dan menutup acara dengan lagu-lagu bertema lingkungan.

Acara ini akan menjadi kegiatan reguler Mongabay, guna mengajak seluruh elemen masyarakat, baik media, blogger, penulis, generasi muda, pecinta kehidupan bersama-sama membantu melestarikan, menginformasikan dan bekerja sama menyelamatkan kekayaan hayati nusantara.  “Mongabay memandang acara seperti ini diperlukan sebagai suatu bagian membangun pemahaman tentang isu-isu lingkungan di Indonesia secara utuh,” kata Ridzki.

Pemanfaatan bahan bekas untuk peragaan busana. Foto: Tommy Apriando

1-2 Desember 2012: Festival Mata Air 2012: Revolusi Lingkungan dari Kaki Gunung Merbabu di Salatiga

Festival Mata Air 2012 ini merupakan  kali kelima oleh komunitas Tanaman Untuk Kehidupan (TUK). Festival yang mengusung tema Revolusi Untuk Lingkungan ini diselenggarakan pada 1-2 Desember 2012 di bekas Terminal Soka Salatiga. Sejak beberapa tahun lalu tempat  ini sebagai tempat pembuangan sampah ilegal oleh masyarakat sekitar

Berbagai workshop diberikan dalam gelaran ini, mulai, membatik, sablon dan cukil. Tidak ketinggalan, diskusi lingkungan bersama sutradara sekaligus budayawan Garin Nugroho di lokasi mata air, Ngangkruk, Soka, persis di belakang terminal Soka.

Sore menjelang malam, kirab budaya disajikan di FMA. Arak-arakan tumpeng, fashion show daur ulang sampah, penampilan dari Pungkursari Fashion Carnival diiringi Drumblek menjadi tontonan warga Soka, Salatiga.  Setelah mengitari kampung, tim arak-arakan berakhir di depan panggung utama FMA. Pemotongan tumpeng  yang diserahkan kepada Kepala Desa Soka menjadi simbolisasi acara FMA ini.

Artikel yang diterbitkan oleh
, ,