Benua Asia ternyata termasuk benua yang ‘kejam’ untuk para satwa. Berbagai bentuk eksploitasi dan pemusnahan untuk berbagai tujuan dilakukan demi memenuhi hasrat manusia. Dalam tulisannya, Wakil Presiden PETA (People for the Ethical Treatment of Animals) Asia, Jason Baker yang dimuat di bikyanews.com membeberkan berbagai fakta kekejaman ini yang menggambarkan satwa-satwa korban ini tak ubahnya mainan belaka bagi manusia.
Misalnya dalam berbagai ujicoba laboratorium yang mengandung bahan beracun, menjadikan mereka kain dan menyatukannya dengan pakaian yang kita kenakan, atau bahkan makanan pembuka. Kekejaman ini banyak terjadi di kawasan Asia Tenggara, dan sebagian justru terjadi akibat adanya latar budaya untuk menjustifikasi kekeajaman terhadap satwa ini. Pengendalian lewat penegakan hukum, nyaris tak membuahkan hasil karena sulit sekali dikontrol di lapangan, dan hanya sedikit yang bisa berhasil diimplementasikan di lapangan.
Dalam tulisan ini, Jason Baker menyebutkan bahwa umumnya perdagangan satwa liar dan terancam punah banyak terjadi di kawasan ini. Bahkan ujicoba laboratorium di Kamboja, Cina, Indonesia, Mauritius dan Vietnam banyak menggunakan kera sebagai medianya. Philippine Airlines bahkan satu dari sedikit maskapai penerbangan yang masih mau menerbangkan primata untuk dikirim ke laboratorium percobaan.
Hal yang sama juga terjadi di kebun binatang-kebun binatang di Asia Tenggara. Di kebun binatang Manila, satwa-satwa dikurung di kandang berkarat, yaitu sebuah kandang kosong yang tak memungkinkan mereka bergerak secara alamiah seperti di alamnya. Hal serupa terjadi di kebun binatang di Surabaya yang memiliki rekor berbagai jenis satwa mati sepanjang tahun lalu akibat tidak terurus, mulai dari satwa kecil hingga satwa besar seperti harimau, gajah dan jerapah yang mati menelan sampah plastik.
Bahkan satwa yang terdomestikasi seperti anjing pun tak luput dari kekejaman ini. Di sebuah tempat penampungan anjing bernama Tony’s Shelter di Bangkok, anjing-anjing ditaruh di kandang yang penuh kotoran yang jarang dibersihkan, para perawat tak mau mengurus anjing yang patah kakinya, beberapa anjing bahkan memiliki luka menganga akibat perkelahian, lalu beberapa anjing kelaparan bahkan memakan anjing lainnya.
Berbagai fakta mengerikan di Asia Tenggara ini kini sedikit demi sedikit terus diubah ke arah yang lebih baik. Beberapa perkembangan positif sudah terjadi di lapangan. Enam kebun binatang yang ditemukan tak memenuhi standar pakan, ukuran kandang dan perawatan yang baik di Malaysia kini sudah ditutup. Sementara di Vietnam -yang dari hasil survey masuk di urutan ke-23 negara dengan tingkat kejahatan satwa tertinggi di dunia- pemerintah sudah mengambil langkah tegas dengan membubarkan sepasukan tentara yang bersikap kejam terhadap ker yang terancam punah. Warga desa yang terlibat kekejaman terhadap kera tersebut juga ditahan. Lalu di Filipina, pasangan yang membuat video mesra dan menggunakan satwa dalam beberapa aksi mereka kini ditahan dengan tuduhan penyiksaan terhadap anak-anak dan melanggar hukum kesejahteraan satwa.
Penggunaan media dunia maya, yaitu internet dan kebebasan pers yang terus berkembang di Asia kini memberi dampak positif terhadap perlindungan satwa di benua kuning ini.