Pernah Gagal, Kini APP Awali Lagi Komitmen Mereka Jaga Hutan Tropis Indonesia

Dalam sebuah kesepakatan yang dimediasi oleh lembaga The Forest Trust, produsen kertas terbesar ketiga dunia, Asia Pulp and Paper (APP) menyampaikan komitmen mereka untuk mengakhiri penebangan hutan alam di Indonesia untuk memenuhi kebutuhan bahan baku pabrik bubur kertas mereka di Indonesia. Selain mengakhiri penebangan, APP dalam komitmen ini juga menyatakan meningkatkan transparansi akuntabilitas dalam proses penebangan mereka.

“Keputusan APP menjadi sebuah titik balik dalam peran industri yang selama ini lekat dengan kehancuran hutan hujan tropis yang tersisa,” ungkap Scott Poynton, Direktur Eksekutif TFT, yang bersama Greenpeace telah membantu APP membuat panduan konservasi bagi pebisnis kayu raksasa ini. “Jika salah satu produsen kertas di dunia bisa mengidentifikasi cara-cara untuk membereskan langkah mereka terkait berbagai isu sosial dan lingkungan dalam rantai suplai mereka, tentu perusahaan lain juga bisa melakukannya. Hal ini menjadi sebuah awal bagi dunia bisnis internasional terhadap bidang yang selama ini menjadi pendorong utama terjadinya deforestasi di seluruh dunia.”

Hal senada disampaikan oleh Aida Greenbury, Kepala Program Keberlanjutan APP,”Kami sudah berkomitmen untuk menghentikan penebangan hutan alam.”

Dalam kebijakan baru mereka, APP akan melakukan penanaman pohon-pohon baru di area yang sudah ditebang, mereka juga akan memberikan penghargaan yang lebih baik bagi masyarakat di sekitar hutan yang memiliki ketergantungan terhadap hutan, serta meminta anak-anak perusahaan serta penyuplai kayu dari pihak ketiga juga dengan menyelaraskan kebijakan ini. Secara umum kebijakan ini sudah mulai diberlakukan sejak 1 Februari 2013 di seluruh rantai operasi APP di seluruh dunia, termasuk cabang perusahaan ini di Cina.

Tiga poin utama dalam komitmen APP ini adalah:

APP dan penyuplai mereka hanya akan mengembangkan area-area non-hutan sebagaimana diidentifikasi lewat penilaian HCVF (High Conservation Value Forest) dan HCS (High Carbon Stock). Mereka akan memberikan sanksi bagi perusahaan pihak ketiga yang menjadi penyuplai kayu untuk APP jika tidak menaati panduan ini.

APP akan mendukung upaya pemerintah Indonesia untuk menekan emisi gas rumah kaca dengan memastikan perlindungan pada lahan gambut dan memastikan tereduksinya emisi gas rumah kaca dari keberadaan sumber daya alam ini.

Menghindari dan menyelesaikan konflik sosial di seluruh rantai suplai mereka, APP akan bekerjasama dengan para mitra, termasuk masyarakat adat untuk memastikan terpenuhinya prinsip FPIC (free, prior, informed consent) yang dimiliki oleh masyarakat adat dan warga lokal, serta bertanggung jawab untuk menangani protes dan menyelesaikan konflik dengan dialog yang konstruktif dengan mitra lokal, nasional dan internasional. Lebih jauh, APP juga akan meghargai hak-hak masyarakat adat dan komunitas lokal dimana perkebunan baru akan dibangun.

Langkah ini diambil oleh APP setelah berbagai penarikan dari para pebisnis dan penerbit buku kelas dunia menyatakan tidak akan mau menggunakan bahan kayu dari sertan hutan alami yang ada di hutan hujan tropis di seluruh dunia.

Akhir Januari silam, penerbit buku terkemuka dunia, HarperCollins secara resmi menetapkan standar ramah lingkungan bagi kertas yang mereka gunakan dalam seluruh buku produksi mereka, termasuk kebijakan untuk tidak menggunakan kertas yang berasal dari penebangan hutan alam di kawasan hutan hujan tropis di seluruh dunia.

Revisi kebijakan ini dimuat dalam situs resmi perusahaan ini sebagai bagian dari respon mereka untuk menindaklanjuti kampanye yang dilakukan oleh Rainforest Action Network (RAN), yang menyasar perusahan atau produsen-produsen kertas raksasa dunia yang melakukan penebangan di hutan hujan tropis Indonesia yaitu Asia Pulp & Paper dan Asia Pacific Resources International (APRIL). Menurut informasi resmi dari RAN, dengan bergabungnya HarperCollins, maka lengkaplah sepuluh penerbit terbesar dari Amerika secara resmi menolak untuk membeli kertas APP dan APRIL.

Seperti dilansir oleh asiaone.com, komitmen ini, bukan yang pertama dilakukan oleh Asia Pulp and Paper. Komitmen lingkungan serupa pernah dilakukan oleh APP bersama WWF di tahun 2003 untuk melindungi High Conservation Value Forest untuk jangka waktu 12 tahun. Namun kemudian WWF menarik diri dari komitmen ini tahun 2004 karena menilai bahwa APP dinilai gagal dalam membuat kemajuan dalam komitmen yang sudah disampaikan.

Produksi pulp and paper adalah salah satu penyebab utama deforestasi dan degradasi hutan gambut di Sumatera. Menurut perkiraan, APP dan APRIL sudah memusnahkan 2 juta hektar hutan di Propinsi Riau sejak pertengahan 1980-an, yang merupakan setengah dari hutan hujan tropis yang ada di Riau saat itu. Para ahli mengatakan bahwa penebangan yang terus berlangsung ini menyebabkan hilangnya habitat satwa-satwa endemik Sumatera seperti harimau dan gajah.

Hingga kini, sekitar 1,2 juta hektar hutan yang masih berdiri di Riau bahkan sudah termasuk dalam kategori ‘boleh ditebang‘ lewat berbagai perizinan yang dikeluarkan oleh pemerintah Indonesia. Dari analisis Eyes on the Forest, pelepasan hutan tambahan ini akan membuang sekitar 500 juta ton karbon ke udara.

Artikel yang diterbitkan oleh
, , ,