Orangutan Mati, Pemerintah Diminta Tutup Kebun Binatang Punti Kayu Palembang

Setelah kasus kematian seekor orangutan jantan di Kebun Binatang Punti Kayu, Palembang, Sumatera Selatan desakan untuk menutup Kebun Binatang Punti Kayu semakin menguat. Buruknya fasilitas dan pengelolaan dinilai sebagai penyebab kematian orangutan berusia 15 tahun tersebut. Virang mati setelah mengalami sakit, dan terlambat diketahui oleh pihak pengelola Kebun Binatang.

Terkait hal ini, Center for Orangutan Protection mendesak pemerintah untuk segera menutup Kebun Binatang Punti Kayu. Menurut COP selain memiliki fasilitas buruk, kebun binatang ini juga cacat secara perizinan karena tidak memiliki izin sebagai lembaga konservasi eks-situ dan petugas yang ada tidak memiliki kemampuan yang baik untuk memelihara satwa sehingga kondisi satwa-satwa yang ada menjadi tidak terawat.

“Pengelolaan yang buruk bisa menjadi penyebab satwa mati. Contohnya Virang, nama orangutan yang mati tersebut, dia mati karena sakit. Bisa jadi itu karena tidak adanya fasilitas kesehatan yang ada di Punti Kayu sehingga pengelola tidak tahu jika ada satwa yang sakit. Ditambah kondisi kandang yang buruk, penuh sampah, dan terlalu dekat dengan pengunjung, merupakan sumber segala penyakit,” ungkap Daniek Hendarto Koordinator Program Konservasi Ex-Situ Center for Orangutan Protection.

“Jika hal ini dibiarkan, maka tidak menutup kemungkinan satwa lain juga akan mengalami nasib serupa. Sehingga sudah seharusnya kebun binatang ini ditutup agar satwa liar yang tersisa seperti 6 beruang madu, 1 owa, 3 siamang, 2 gajah dan sekitar 25 jenis satwa liar lainnya yang harus diselamatkan ke tempat yang lebih baik.”

Kasus ini terungkap dalam perjalanan APE Warrior yang dipimpin oleh Daniek untuk melakukan perjalanan selama 30 hari bernama Sumatra Mission. Perjalanan ini adalah sebagai bagian dari kampanye COP untuk meraih kesadaran publik untuk memerangi perdagangan satwa liar dan dilindungi.

“Hampir seluruh satwa liar yang menjadi koleksi kebun binatang merupakan sumbangan dari masyarakat, ini artinya mereka adalah korban perburuan dan perdagangan. Mereka akan mati sia-sia di kebun binatang yang buruk seperti di Punti Kayu. Masyarakat dapat menghentikan siklus kejam ini dengan tidak membeli satwa liar,” tutup Daniek dalam rilis medianya.

Artikel yang diterbitkan oleh
, , ,