Celepuk Siau, Misteri Burung Endemik Kepulauan Sitaro

Burung ini masih menyisakan misteri. Keberadaannya hanya diketahui dari awetan yang dikoleksi dari Pulau Siau, Sulawesi Utara, tahun 1866.Seri burung Celepuk siau Otus siaoensis ini adalah serial bersambung burung-burung terancam punah hasil kerjasama antara Mongabay Indonesia dengan Burung Indonesia. Celepuk Siau sendiri merupakan jenis endemik yang hanya hidup di Kabupaten Kepulauan Sitaro (Siau-Tagulandang-Biaro), Sulawesi Utara.

Burung yang aktif di malam hari ini awalnya dianggap sebagai anak jenis dari celepuk maluku Otus magicus. Namun, penelitian yang dilakukan oleh Frank Lambert dan Pamela Rasmussen tahun 1998 menunjukkan bahwa anak jenis ini layak dijadikan jenis tersendiri berdasarkan ciri-ciri morfologinya.

Celepuk siau berukuran sekitar 17 cm dan termasuk dalam kelompok Strigidae. Ia sangat bergantung pada hutan dan diduga mencari makan berupa hewan avertebrata malam. Sebagaimana tipikal celepuk,  jenis ini memiliki ciri bulu tubuh dengan dominasi coklat dan tonjolan bulu seperti telinga yang memanjang dari bulu alis, kepala dan kaki yang relatif besar. Sayap dan ekornya berpalang putih halus.

Hingga tahun 1995,  habitat celepuk siau diketahui masih ada di sekitar Danau Kepetta yang terletak di bagian SelatanPulau Siau. Tetapi hutan yang sudah tinggal sedikit itu pun kemudian dibuka dan dijadikan lahan pertanian. Hutan yang masih tersisa hanyalah di sekitar puncak Gunung Tamata seluas 50 hektar, diketinggian di atas 800 m.  

Sebagai gambaran, Pulau Siau termasuk pulau kecil dengan Gunung Karangetang, gunung berapi yang sangat aktif, di sebelah utara. Sementara di bagian tengah pulau terdapat Gunung Tamata, bekas gunung berapi yang sudah tidak aktif lagi. Hutan yang yang tersisa di Pulau Siau sudah sangat sempit dan berada di puncak Gunung Tamata.

Diperkirakan, populasi celepuk siau tidak lebih dari 50 individu dewasa. Kecilnya habitat dan tingkat deforestasi yang diperkirakan tinggi di Pulau Siau menjadikan jenis ini berstatus Kritis Critically Endangered. Survei menyeluruh diperlukan untuk melengkapi informasi ekologi dan populasinya.

Artikel yang diterbitkan oleh
, , , ,