,

Macan-macan Penghuni PPS Cikananga, dari Cacat Terjerat sampai Sitaan Perdagangan Ilegal

Delapan tahun Gugun menghuni kandang di Pusat Penyelamatan Satwa (PPS) Cikananga, Sukabumi. Ia kehilangan satu kaki hingga tak bisa dilepasliarkan. Meski begitu, macan jantan ini tak kehilangan daya liar. Ia tampak sehat dan lincah. Kali pertama dibawa ke PPS pada 2005, kondisi memprihatinkan. Ia lemah tak berdaya akibat jeratan warga. Team dokter hewan di Cikananga pun terpaksa mengamputasi kaki Gugun.

“Sebelum diamputasi diobati semaksimal mungkin, tapi kondisi makin memburuk. Hingga memaksa kami dua kali amputasi. Pertama, dari dengkul sampai lutut, kedua hingga pangkal paha,”  kata Sucahyo, Manager Nutrisi dan Kesejahteraan Satwa PPS Cikananga, awal Maret 2013.

Sucahyo mengatakan, macan ini dari Garut dijerat karena turun ke pemukiman dan mengancam warga. “Sebenarnya secara fisik kondisi normal. Kalau lihat dikasih makan ia masih bisa berburu. Keadaan bagus, tatpi peraturan kalau sudah cacat, tidak boleh dilepasliarkan ke alam. Khawatir tidak bisa survive.”

Selain Gugun, ada dua macan lain penghuni PPS  ini. Mereka datang tahun lalu. Ada kiriman dari Manado, sitaan perdagangan satwa dan evakuasi akibat konflik dengan warga di daerah Sukaraja, Sukabumi.

Menurut Humas PPS Cikananga, Iing Iryanto, tahun 2012 merupakan tahun macan bagi mereka. Sebab tahun lalu PPS mendapat beberapa kiriman macan, dua tak bisa diselamatkan karena keadaan sangat parah. Kedua macan itu dari Lengkong, Sukabumi. Kawasan itu bukan cagar alam maupun taman nasional, tetapi masuk wilayah Perhutani.  Evakuasi kedua macan dari laporan Perhutani.

“Setelah mendapatkan laporan, kami langsung berangkat ke sana. Macan sudah sangat parah. Terkulai lemah, ada busa keluar dari mulut. Itu terjadi karena diracun warga.”

Warga sekitar Lengkong awalnya bermaksud memberikan racun babi yang merusak perkebunan mereka. Racun disimpan dalam daging ayam dan sayur-sayuran. Justru yang terkena racun macan. “Kita langsung mengevakuasi macan ke Cikananga. Namun luka sangat parah, macan hanya bertahan seminggu,”  ucap Iing.

Tak lama setelah macan dari Lengkong mati,  PPS mendapat laporan dari Perhutani ada macan di tempat sama. Kondisi mirip dengan macan pertama kali ditemukan. PPS Cikananga membawa sampel organ macan itu ke laboratorium di IPB. Hasilnya, ditemukan  pacet di dalam hati. Macan kedua dari Lengkong juga mati.

Diperkirakan  populasi macan di Lengkong, masih banyak. Bisa jadi, di  Sukabumi Selatan, mulai dari Lengkong hingga ke Cianjur merupakan koridor macan.

Macan tutul juga penghuni PPS Cikananga. Foto: PPS Cikananga
Artikel yang diterbitkan oleh
, , , ,