Ditemukan: Raflesia Langka Sedang Mekar di Suaka Margasatwa Rimbang Baling Riau

Tim WWF Riau dan Balai Besar Konservasi Sumberdaya Alam (BKSDA) Riau menemukan lima bunga Raflesia Merah Putih langka (Rafflesia hasseltii) yang satu di antaranya sedang mekar sempurna di Suaka Margasatwa Bukit Rimbang Bukit Baling, Kabupaten Kampar, Riau. Namun tidak jauh dari bunga langka itu ditemukan beberapa sawmill aktif.

Saat ditemukan bunga Raflesia yang mekar sempurna itu berdiameter 50 sentimeter. Satu bunga lainnya juga mekar sedangkan tiga bunga masih dalam keadaan kuncup atau bongkol. Penemuan bunga pada Februari lalu ini cukup mengejutkan karena tim WWF dan BKSDA sering berpatroli melewati kawasan tersebut di ketinggian 448 meter di atas permukaan laut namun tidak menemukan tanda-tanda keberadaannya.

Tim lapangan bersama bunga Raflesia di Suaka Margasatwa Rimbang Baling. Foto: WWF Indonesia

“Penemuan ini sekaligus membuktikan bahwa keanekaragaman hayati di SM Bukit Rimbang Bukit Baling ini masih dalam kondisi baik. Tahun 2012 lalu, di lokasi yang sama, dimana kita memasang kamera perangkap berhasil merekam lima dari tujuh spesies kucing hutan yang ada di Indonesia,” ujar Syamsidar, Humas WWF Riau kepada Mongabay Indonesia hari ini.

Dalam hukum Indonesia, Raflesia Merah Putih dilindungi dalam PP No. 7 tahun 1999 tentang pengawetan jenis tumbuhan dan satwa dan berstatus genting dalam daftar merah lembaga internasional pemeringkat spesies terancam.

Bunga raflesia ini dikenal dengan nama lokal “Cendawan Muka Rimau” dengan warnanya yang merah kecoklatan dengan lempeng warna putih yang relatif besar dan tidak beraturan. Karena warna inilah, bunga tersebut diijuluki Raflesia Merah Putih. Raflesia merupakan tumbuhan parasit dengan inang (genus) Tetrastigma leucostaphyllum. Ada pun wilayah penyebarannya meliputi Selat Peninsula Malaysia, Sarawak dan Sumatera. Di Sumatera sendiri, penyebarannya sangat terbatas, meliputi Taman Nasional Bukit Tigapuluh, Sanglap, Riau, Jambi dan Taman Nasional Kerinci Seblat.

“Dalam catatan WWF, pada tahun 1995 bunga raflesia pernah ditemukan di Taman Nasional Bukit Tigapuluh perbatasan Jambi-Riau. Namun di Rimbang Baling baru kali ini ditemukan,” kata Syamsidar.

Rafflesia haseltii. Foto: WWF Indonesia

Bukit Rimbang Bukit Batu merupakan kawasan dilindungi yang memiliki topografi kemiringan 25%-100% dengan ketinggian sekitar 1.070 mdpl. Keanekaragaman hayati sangat tinggi. Di antaranya juga sebagai habitat tumbuhan langka seperti Mempening, Mersawa, Kempas, Keranji, Pulai. Tercatat 170 jenis burung dan 50 jenis mamalia termasuk tapir, beruang madu, kambing hutan kukang, dan lima jenis kucing hutan di antaranya kucing emas, kucing hutan, kucing batu macan dahan juga harimau Sumatra (Panthera tigris sumatrae).

WWF juga mencatat bahwa Gajah Sumatra (Elephas maximus sumatranus) juga pernah hidup namun diperkirakan telah punah secara lokal dari kawasan tersebut. Karena itu pada 2006 lalu, ahli harimau se-dunia sepakat mengklasifikasikan kawasan itu sebagai habitat penting prioritas jangka panjang konservasi Harimau Sumatra (Panthera tigris sumatrae) 2006.

Penelitian WWF bekerjasama dengan PHKA pada tahun 2005-2008 membuktikan bahwa kepadatan harimau di Rimbang Baling yang terletak di 90 km arah selatan Pekanbaru ini cukup tinggi yakni 0,5158 individu per 100 km2.

“Namun Rimbang-Baling kini terancam serius oleh aktifitas alih fungsi hutan menjadi perkebunan. Baik perambahan oleh masyarakat setempat atau pendatang namun juga pembangunan koridor perkebunan HTI akasia milik PT RAPP di bagian timur kawasan. Di bagian tenggara kini terancam oleh penambangan batubara. Koridor yang dibangun perusahaan inilah yang menyebabkan akses sangat terbuka bagi masyarakat umum untuk melakukan perburuan,” kata Syamsidar.

“Buktinya hanya berjarak sekitar 3 km dari keberadaan bunga Raflesia langka itu, kita temukan sekitar 6 sawmill aktif yang satu di antara operatornya mengaku mendapat pasokan kayu dari kawasan tersebut. Keterancaman ini sangat tinggi maka WWF mendesak pemerintah agar segera bertindak bersama-sama untuk melindungi kawasan sebelum semuanya terlambat,” lanjut Syamsidar.

Artikel yang diterbitkan oleh
, , , , , , , ,