Produsen sawit besar sekaligus anggota Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO) terkemuka, Darmex Agro Group biasa dikenal dengan PT Duta Palma, telah menghancurkan ratusan hektar hutan hujan yang dilindungi moratorium di Sumatera. Laporan Greenpeace International berjudul A Dirty Business ini berdasarkan hasil penyelidikan operasi Duta Palma di Riau—kawasan ini merupakan habitat harimau Sumatera.
Duta Palma memiliki catatan panjang deforestasi, konflik masyarakat, ilegalitas dan ketidak-taatan terhadap peraturan RSPO. Baru-baru ini, pada 7 April 2013, legislatif di kabupaten mengutuk konflik yang terus terjadi antara masyarakat dengan Duta Palma yang telah merenggut korban jiwa.
Wirendro Sumargo, Jurukampanye hutan Greenpeace Indonesia mengatakan, Duta Palma contoh nyata RSPO harus segera memperketat standar. “Bila penjahat kambuhan seperti Duta Palma tidak dikeluarkan dan standar diperketat untuk menghentikan deforestasi, RSPO lebih terlihat seperti macan ompong. Perlu bertindak sekarang, di saat kita masih memiliki beberapa harimau yang masih tersisa,” katanya dalam rilis kepada media Kamis(25/4/13).
Dalam laporan Greenpeace Internasional menunjukkan bukti, Duta Palma ada di balik pembukaan ratusan hektar hutan yang bersebelahan dengan batas resmi salah satu konsesi mereka di Riau, Sumatera. Terlebih, dari hasil penyelidikan Greenpeace, Kementrian Kehutanan tidak pernah mengeluarkan izin di lokasi itu. Lebih parah lagi, dalam peta gambut dan habitat harimau dan kawasan di sekitar itu berdasarkan peta resmi, wilayah moratorium deforestasi. Perusahaan pun tak dapat mengklarifikasi pertanyaan yang diajukan Greenpeace Asia Tenggara tentang kegiatan ini.
Pemeritah, berulang kali mengungkapkan ingin menindak perusahaan-perusahaan seperti Duta Palma. Pemerintah memiliki kekuasaan melakukan itu. “Sekarang waktunya bagi pemerintah mewujudkan janji dan bertindak nyata.”
Pasar global pun harus melihat aksi Duta Palma ini. Cargill, perusahaan swasta terbesar dunia jelas tidak lagi berbisnis dengan Duta Palma. Sementara itu, sampai berita ini diturunkan Mongabay belum berhasil menghubungi Duta Palma.