, ,

Mengapa Kapal Rainbow Warrior Ramah Lingkungan?

Rainbow Warrior telah dibom, ditabrak oleh kapal-kapal pemerintah, diserbu polisi. Di Indonesia, kapal ini pernah membantu pengangkutan obat-obatan bagi korban Tsunami Aceh 2004, namun juga pernah ditolak masuk dan digiring oleh dua armada perang milik pemerintah Indonesia keluar perairan. Kini kapal terbaru Rainbow Warrior kembali berlayar di perairan Indonesia dan sedang berada di Papua. Kapal ini diklaim paling ramah lingkungan.

Rainbow Warrior (RW) sendiri adalah kapal Greenpeace paling legendaris dibandingkan dua kapal lainnya yakni Esperanza dan Arctic Sunrise dan untuk pertama kali berlayar pada 29 April 1978 untuk misi PBB dalam mengatasi perburuan paus untuk komersial. Namun usia kapal RW pertama itu berakhir di 10 Juli 1985 oleh ledakan bom yang ditanam agen intelijen Perancis ketika kapal ini bersiap menghalangi uji senjata nuklir negara itu di perairan Atoll Maruroa. Ledakan itu menyebabkan seorang kru kapal tewas. Namun empat tahun kemudian, Kapal Rainbow Warrior baru mulai berlayar.

RW kedua berlayar menjaga lingkungan dunia hingga tahun 2010. Tugas terakhir kapal ini seharusnya berkampanye menghentikan deforestasi di Indonesia pada Oktober 2010, namun pemerintah Indonesia menolak kedatangannya dan dipaksa keluar perairan nusantara dengan pengawalan dua kapal perang Indonesia. Kini RW dua telah pension dan menjadi rumah sakit apung di Pakistan.

RW terbaru (ketiga) diluncurkan 14 Oktober 2011. Berbeda dengan kapal RW pertama dan kedua yang merupakan kapal riset perikanan bekas yang dibeli dari pemerintah Inggris dan kapal ikan. RW III merupakan kapal yang secara khusus dibuat untuk mengemban tugas kampanye penyelamatan lingkungan dan berlayar di seluruh dunia.

Anak-anak Papua sedang berpose untuk pengambilan foto saat “open boat” Kapal Rainbow Warrior di Jayapura, Sabtu (11/05/2013). Foto: Zamzami

Sebagai kapal yang dimiliki oleh organisasi lingkungan dunia paling berpengaruh ini, isu penggunaan bahan bakar dan pengelolaan limbah dari kapal ini merupakan hal yang paling disorot. Lalu sejauh apa kapal ini menjawab tantangan sebagai paling ramah lingkungan?

Diklaim sebagai paling ramah lingkungan di jenisnya, kapal dibuat ramping dan efisien serta penggunaan material yang diperoleh secara berkelanjutan. Kapal ini telah mengantongi “green passport” yang berarti berstandar tinggi lingkungan, hal ini bisa dilihat dari bagaimana konversi energi panas dari mesin dan generator bisa didaur ulang menjadi penghangat kabit dan menyediakan air hangat. Juga dilengkapi perlengkapan inovatif yang mampu memperkecil gas buang berbahaya.

Selain itu penggunaan cat yang berbasis silikon di bagian lumbung juga bebas racun.  Penggunaan kayu untuk kabinnya telah bersertifikat FSC (Forest Stewardship Council) dan sistem pengolahan daur ulang dan limbah biologis yang ramah lingkungan.

“Ada sistem pengolahan daur ulang limbah yang ramah di kapal ini sebelum dibuang ke laut. Jadi tidak akan ada limbah yang dibuang ke laut yang membahayakan ekosistem laut,” ujar Pete Willcox, Kapten RW di ruang kerjanya kepada Mongabay Indonesia pada hari pertama kapal berlabuh di Jayapura, Papua.

Perbedaan yang mencolok dibandingkan dua kapal RW sebelumnya adalah kapal ini didesain khusus untuk aksi dan bisa berlayar lebih banyak dengan membangun tiang berkonsep “A Frame”. Tiang berbentuk bingkai A dirancang untuk memaksimalkan layar yang memanfaatkan energi angin sebagai salah satu sumber energi utama kapal ini selain energi matahari.

“Pada saat berlayar, bahan bakar (fosil) hanya 20 liter per jam. Sementara ketika menghidupkan mesin pertama dibutuhkan 300 liter per jam. Bisa dibayangkan berapa hematnya,” kata Agus Suwesnawa, kru kapal Rainbow Warrior asal Bali kepada rombongan masyarakat yang melakukan tur saat open boat di Jayapura akhir minggu kemarin.

“Memang ada mesin diesel dan listrik karena memang sistemnya hybrid yang bisa menggabungkan energi kotor diesel dan listrik dengan angin yang bersih dan terbarukan jika dibutuhkan seperti pada kondisi cuaca tertentu atau mengejar kapal pengebor minyak di perairan dalam,” tambah Agus.

Sementara itu rancangan khusus pada kapal ini juga memungkinkannya memiliki ruang yang cukup untuk tiang-tiang radio, antena, dan kubah yang menyediakan internet dan komunikasi satelit – sehingga memungkinkan Greenpeace mengirim berita, tweet dari perairan manapun dan dari lokasi terpencil. Rancangan kapal ini juga membuatnya menjadi media center yang mampu menyiarkan video secara langsung dan foto ke saluran berita di seluruh dunia.

Kapal ini juga dilengkapi ruang untuk editing video, sebuah teater, kantor kampanye, dua buah perahu aksi yang cepat, serta kamera web di depan dan belakang dan gantungan helikopter dan geladak helikopter. Rainbow Warrior III bisa menampung hingga 30 orang. Luas kapal ini 1,290 M2 dengan kecepatan maksimal 15 knot agar bisa menyamai kecepatan kapal-kapal milik industri yang ditenggarai beroperasi secara ilegal dan merusak. Kapal ini juga nyaman bagi para peniliti untuk bekerja pada saat berlayar sehingga tidak harus menunggu bekerja di daratan.

“Dalam situasi darurat, kapal ini bisa menurunkan kapal karet dalam waktu kurang dari 5 menit pada keadaan ketinggian ombak mencapai 3,5 meter,” kata Willcox.

Kapal ini sendiri diperkirakan bisa dipakai hingga 50 tahun mendatang. Kapal paling ramah lingkungan ini dan keharuman legenda hidup namanya kini sedang berlayar dari Jayapura menuju Manokwari, Papua Barat untuk mempromosikan keindahan dan kekayaan hayati hutan dan laut Indonesia ke seluruh dunia dan menyerukan kepada pemerintah untuk memastikan penyelamatannya.

Artikel yang diterbitkan oleh
, ,