,

Dinilai Biang Bencana, Warga Sungai Malaya Blokir Aktivitas PT BPK

“Perhatian, maaf untuk sementara aktivitas PT BPK diblokir. Untuk kepentingan umum dipersilakan, bis sekolah, kendaraan umum boleh lewat.” Begitu bunyi palang kayu yang menutupi sebagian besar ruas jalan akses utama masuk ke kebun sawit milik Wilmar Group itu. Puluhan warga tampak berjaga.

Tampaknya, kesabaran warga Kampung Parit Tengah Baru, Desa Sungai Malaya, Kecamatan Ambawang, Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat, sudah habis. Keberadaan PT Bumi Pratama Khatulistiwa (PT BPK),  di sekitar perkampungan mereka dianggap hanya biang bencana.

Pemblokiran jalan oleh warga Parit Tengah Baru sejak 14 Mei ini akumulasi dari kemarahan yang sudah memuncak. Dari dana Coorporate Social Responsibility (CSR) yang dinilai samar, hingga bencana banjir melumpuhkan perekonomian warga.

“Sudah 18 tahun terakhir ini kami hanya dapat debu dan air. Debu beterbangan tiap hari di saat kemarau dan banjir datang di musim hujan. Hutan tempat kami menyambung hidup pun sudah habis,” kata Nusuri, warga Parit Tengah Baru, ditemui di lokasi pemblokiran jalan, Rabu (15/5/13).

Ayah tiga anak ini tak mampu berbuat banyak ketika bencana banjir datang menerjang desa. Panen sayur yang menjadi penyangga utama ekonomi rumah tangga sehari-hari gagal total. “Tak ada lagi yang bisa diharap kecuali pasrah.”

Dulu, banjir tidak pernah datang seperti sekarang. Sejak BPK datang tahun 1996 dan memulai penebangan, kondisi lingkungan mulai terganggu. Dari banjir mulai datang. Menurut dia, banjir pasti datang sekali dalam setahun. Namun, hanya dipengaruhi pasang surut air.

“Sejak perusahaan ini ada, perhatian mereka terhadap lingkungan seperti banjir dan debu sangat kurang. Cobalah perhatikan parit-parit di sekitar kampung. Jangan sampai tersumbat dan memicu banjir.”

Aktivis Walhi Kalbar, Hendrikus Adam, menyebutkan di sekitar konsesi PT BPK mengalir sejumlah sungai seperti Sungai Tempayan, Sungai Ampaning, Sungai Malaya dan lain-lain. Sungai Tempayan di Kampung Sungai Tempayan (Mega Blora) saat ini tertimbun aktivitas perusahaan. Juga sungai Ampaning, mengalami pendangkalan karena aktivitas perusahaan.

Sungai Malaya saat ini mengalir di Desa Mega Timur dan Desa Sungai Malaya seringkali meluap di musim penghujan. Air pun tak lagi bisa untuk konsumsi. Sekitar 2008, banjir terbesar dialami warga Desa Mega Timur, menyebabkan sejumlah warga mengungsi ke kantor desa. Kehadiran PT BPK juga dinilai berpengaruh pada akses warga terhadap sumber air bersih. Sungai Malaya tak lagi dapat dikonsumsi seperti dulu. Mereka khawatir dampak pencemaran pupuk dari perusahaan.

Parit yang mengaliri Kampung Parit Tengah Baru di Desa Sungai Malaya, yang mudah meluap kala hujan dan kering kala kemarau. Foto: Andi Fachrizal
Artikel yang diterbitkan oleh
, , ,