Mongabay Travel: Pulau Pari, Gairah Wisata Baru di Kepulauan Seribu

Keindahan Alam Indonesia masih tersisa di berbagai belahan tanah air, kendati kerusakan alam kian banyak terjadi akibat ekspansi bisnis ekstraksi alam yang berkelanjutan hingga saat ini. Indonesia, yang dikaruniai ribuan pulau-pulau besar dan kecil, menyimpan potensi wisata bahari dan atraksi alam pesisir yang tak kalah indah dengan berbagai tawaran atraksi wisata di mancanagera.

Salah satu yang kini semakin naik daun, adalah Pulau Pari. Salah satu pulau di gugusan Kepulauan Seribu ini, terletak dua jam naik kapal dari pelabuhan laut Muara Angke. Pulau Pari, yang mulai ditawarkan sebagai atraksi wisata baru oleh masyarakat lokal, kini semakin bersinar. Setiap akhir pekan, tak kurang dari 3000 hingga 4000 orang wisatawan memenuhi pulau seluas 94 hektar ini. Sebelas buah kapal berkapasitas 200 hingga 300 orang siap mengangkut anda untuk menikmati keindahan alam pesisir pulau ini.

Pulau Pari, mulai diinisiasi sebagai salah satu atraksi wisata di Kepulauan Seribu sejak tahun 2010 silam.  Tidak mudah untuk membangun wisata di Pulau Pari seperti yang bisa dinikmati seperti saat ini. Berbagai kesulitan, terkait soal status kepemilikan tanah, hingga pro dan kontra diantara masyarakat awalnya mewarnai inisiasi pulau ini menjadi atraksi wisata.

Pintu masuk ke perkampungan warga di Pulau Pari. Foto: Aji Wihardandi

Kini, setelah tiga tahun bergulir, wisata menjadi bagian yang lekat dengan denyut nadi kehidupan masyarakat. Berbagai bisnis kecil yang dibangun masyarakat untuk mendukung pariwisata, kini terus bertumbuh. Mulai dari penginapan, warung makan, jajanan, penyewaan peralatan snorkling, penyewaan sepeda, hingga operator perjalanan menjadi sumber penghasilan baru bagi masyarakat yang sebelumya menyandarkan pada mencari ikan dan pengembangan rumput laut.

Tak kurang dari 100 homestay, kini bertebaran di seluruh wilayah pulau yang didiami oleh 267 kepala keluarga ini. Bentuknya mulai dari yang sangat sederhana tanpa pendingin ruangan, hingga yang rapi usai direnovasi dengan pendingin ruangan siap menampung wisatawan yang terus melonjak dalam setahun terakhir. Harga yang ditawarkan rata-rata berkisar 300 ribu rupiah untuk satu rumah dengan dua atau tiga kamar tanpa pendingin ruangan, dan 500 ribu rupiah untuk rumah dengan tipe serupa.

Pemandangan dari tepian pantai di Pulau Pari. Foto: Aji Wihardandi

Jika dirasa terlalu mahal, para pengunjung bisa menyewa tenda-tenda yang ada di tepian pantai, atau bahkan membawa tenda sendiri dan membukanya dimanapun lokasinya di tepi pantai. Tidak ada pungutan khusus bagi para wisatawan yang membuka tenda di tepi pantai.

Kerimbunan Pulau Pari, membuat aktivitas tidur di tenda menjadi menyenangkan karena wisatawan terhindar dari pancaran langsung sinar matahari yang menyengat di pantai. Pohon-pohon di sepanjang jalan di kampung, membuat hawa di pulau ini masih sejuk dan nyaman untuk dinikmati sambil bersepeda atau berjalan kaki berkeliling. Umumnya, warga Pulau Pari sangat ramah dan terbuka menyambut kehadiran wisatawan, membuat semua orang betah berlama-lama di pulau ini.

Menikmati keindahan dan kenyamanan Pulau Pari, memang paling pas dilakukan dengan bersepeda. Dengan harga sewa yang murah, yaitu 20 ribu rupiah untuk dua hari satu malam, anda bisa puas mengelilingi pulau ini, dan sekaligus menjadikannya alat transportasi utama anda saat beraktivitas. Selain bersepeda, para wisatawan bisa melakukan berbagai hal lain yang menyenangkan di sekitar Pulau Pari. Umumnya, paket wisata yang ditawarkan kepada para tamu sudah termasuk dengan aktivitas snorkling untuk menikmati pemandangan bawah laut di sekitar Pulau Pari, menikmati ikan bakar di malam hari, dan olahraga air lainnya.

Para wisatawan bersiap melakukan snorkling di sekitar Pulau Pari. Foto: Aji Wihardandi

Harga yang ditawarkan untuk menikmati semua aktivitas tersebut juga cukup murah. Satu kali paket banana boat, para wisatawan akan dikenai biaya sekitar 30 ribu rupiah per orang, sementara untuk melakukan snorkling sekitar 25 ribu rupiah. Jika membeli paket wisata lengkap dengan transportasi dari Muara Angke termasuk makan, penginapan, aktivitas olahraga air, dan ikan bakar, biaya yang dikenakan adalah sekitar 380 ribu rupiah per orang, dengan peserta minimal 10 orang.

Selain olahraga air, Pulau Pari juga menawarkan wisata yang lebih santai, seperti menanami mangrove di sekitar pulau. Untuk yang satu ini, biayanya cukup murah karena harga bibit pohon bakau yang akan ditanam, hanya dijual dengan harga sekitar seribu rupiah per batang. Alternatif lainnya, tentu saja menikmati keindahan pantai-pantai yang ada di sekitar Pulau Pari.

Dua pantai yang terkenal di tempat ini adalah Pantai Perawan di sisi utara Pulau Pari, dan Pantai Kresek, yang ada di sisi barat pulau ini. Keduanya menjadi lokasi utama berkumpulnya orang yang menikmati keindahan pantai di pulau ini. Bedanya, Pantai Perawan memiliki lebih banyak infrasturktur pendukung dibandingkan Pantai Kresek yang lebih alami. Di Pantai Perawan, wisatawan bisa menikmati hari sambil bermalas-malasan di saung-saung yang dibangun menghadap ke arah laut, sejumlah kedai makan juga menjadi tempat untuk melepas lelah dan menikmati kudapan ringan.

Menikmati olahraga voli pantai di Pantai Perawan. Foto: Aji Wihardandi

Masyarakat Mandiri Kelola Wisata

Pengelolaan wisata di Pulau Pari berada di tangan masyarakat secara langsung, dengan pengaturan dilakukan oleh Forum Pemuda Wisata Pesisir di Pulau Pari sebagai badan resmi yang mengatur wisata Pulau Pari. Dengan pengelolaan yang baik, penghasilan dari wisata kini bisa mendukung jasa sosial lain yang berjalan untuk kepentingan masyarakat, karena 5% dari penghasilan pengelola wisata dari penyewaan penginapan, penyewaan alat snorkling, penyewaan kapal, dan jasa catering akan dipotong untuk kas desa dan digunakan untuk mendukung operasional madrasah, masjid, infaq, pemakaman dan aktivitas sosial lainnya.

Salah satu pengelola wisata di Pulau Pari yang biasa dipanggil Bang Andi menyatakan, pariwisata kini menjadi primadona di Pulau Pari. “Kalau dari segi penghasilan, ya jelas taraf kehidupan penduduk terangkat di Pulau Pari, namun dari sisi sosial kita harus siap mencegah dampak negatif sektor pariwisata bagi anak-anak kita akibat perkembangan sektor wisata ini,” ungkap Bang Andi.

Dampak lain yang menjadi perhatian dalam pengembangan wisata di Pulau Pari, adalah soal sampah. Setiap hari dan akhir pekan, sampah dari wisata ini semakin bertambah dan harus dikelola secara lebih komprehensif. Masih terkait sampah, ratusan bahkan ribuan sampah plastik dari kiriman gelombang dari Kota Jakarta sampai saat ini masih terus menyerang pesisir Pulau Pari. Setiap pagi, sebagian warga harus memunguti sampah yang terdampar di pantai Pulau Pari yang dikirimkan dari Jakarta. Bahkan anak-anak terpaksa harus ikut membantu memunguti sampah yang terdampar.

Suasana di perkampungan warga di Pulau pari, nyaman dinikmati dengan bersepeda. Foto: Aji Wihardandi

Kelestarian Lingkungan Akan Memperpanjang Nafas Warga Pulau Pari

Rendahnya kesadaran wisatawan yang datang ke Pulau Pari, masih menjadi pemandangan yang banyak ditemui oleh Mongabay-Indonesia. Membuang sampah sembarangan, menjadi ritual keseharian para wisatawan yang berdandan sangat modis saat berwisata. Tanpa sadar, mereka memutus rezeki wisata warga Pulau Pari secara pelan-pelan.

Pulau Pari hanya satu, dan memiliki sumber daya alam yang terbatas. Jika ledakan sektor wisata ini tidak diiringi dengan kesadaran dari para pelancong, maka bukan tak mungkin Pulau Pari hanya akan menikmati rezeki wisata ini sesaat saja.

Kehadiran wisatawan, memang bak pisau bermata dua. Selain mendatangkan rezeki ekstra bagi warga, masifnya wisatawan di satu sisi justru bisa merusak potensi alam Pulau Pari lebih cepat, tanpa perilaku wisata yang ramah lingkungan. Tak akan ada keindahan Pulau Pari, tanpa kesadaran wisata yang baik. Jangan pernah mengambil apapun, kecuali foto, dan jangan tinggalkan apa pun di pulau, kecuali kenangan.

Artikel yang diterbitkan oleh
, , , , , ,